4. Ketemu

806 41 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Tandai kalo ada typo :)













Happy Reading 🍰

🥛🥛🥛🥛🥛

Hujan rintik turun di malam hari. Mengguyur tanah kering kerontang sejak sebulan yang lalu full musim kemarau. Nikmat yang patut disyukuri. Jalanan berubah menjadi becek, lubang-lubang kering di jalanan terisi air hujan.

Paling nikmat memang menyantap mie rebus pakai cabai rawit 3 biji ditambah telor rebus setengah matang.

Sederhana saja, meminum teh hangat pun sudah cukup.

"Dingin..."

Berjalan ke arah gerobak cilok, membuka panci yang tertutup, "masih lumayan banyak..." ada sekitar 100 biji lagi cilok yang tersisa. Belum setengahnya dari bayaran SPP sekolah setiap bulan.

Hujan yang turun membuat Adhitama harus meneduhkan diri di depan toko, paling penting meneduhkankan gerobak dan cilok-cilok yang masih lumayan banyak.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:30.

Sudah terlalu lelah untuk menjalani hidup yang seperti itu-itu saja. Siklus hidupnya hanya, bangun pagi ➡️ sekolah ➡️ berjualan cilok ➡️ tidur ➡️ buat cilok, sampai bangun pagi lagi.

Hanya renungan tentang hidup, makanan sehari-hari Adhitama, renungan tentang bagaimana agar bisa keluar dari segala kesusahan yang menimpa, tak ada kata-kata lain yang bisa membuatnya selalu tangguh.

“Jalani saja.”

“Yang peduli memang banyak, tapi yang tulus, hanya diri sendiri.”

Berniat ingin melanjutkan berjualan di tengah guyuran hujan, Adhitama urungkan, bisa-bisa ciloknya akan penuh kuah hujan. Lebih baik menunggu saja. Menunggu sampai reda.

Daripada nanti sakit dan akan menyusahkan Ibu. Lagi.

Dingin. Hanya memakai baju lengan pendek bewarna putih dan celana hitam. Seharusnya membawa jaket, tapi sedang dicuci. "Jangan sampai sakit..."

🥛🥛🥛🥛🥛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥛🥛🥛🥛🥛

Hujan sudah mengguyur bumi selama 1 jam. Sangat malam bagi cewek seperti Alexa diluar sendirian bersama payung hitam yang melindunginya. Hoodie besar hangat melekat di tubuh. "Males banget anjir!"

Jangan lupakan sendal jepit kesayangan yang sudah basah terkena air hujan tentu saja. "Sialan!" umpatnya. Mengumpat sepanjang jalan. Sampai ditatap sinis oleh ibu-ibu yang sibuk menutup warung, "apasih Bu?!"

"Itu mata sinis amat kayak ular cobra."

"HEH! ANAK SONGONG!!"

"KABURRRR!!!" ia berlari dengan pelan. Memang masih ingin meledek.

CEWEK TOMBOI & COWOK CUPU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang