8. Bolos ke rumah Adhitama

628 29 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen














Happy Reading 🍰

🥛🥛🥛🥛🥛

"Ibu gapapa Tama tinggal sendiri?"

Ibu Tama menyengir saja mendengarnya, mengusap kepala sang putra yang tertutup topi sekolah, dibenarkannya dasi yang sedikit miring, kedua bahu di tepuknya sedikit keras membuat Tama meringis ngilu, "Ibu gapapa, Tama."

"Beneran?"

Ibu Tama mengangguk, "bener."

"Kalo Ibu kenapa-napa gimana?" Adhitama takut. Setiap sang ibu jatuh sakit ia selalu takut. Takut ditinggalkan lagi.

"Kalo kamu gak berangkat sekolah, ibu jadi kenapa-napa."

"Ibu..."

Kedua pipi Adhitama dicubit, kulit pipinya hanya sedikit yang bisa ditarik akibat terlalu kurus, membuat Ibu Tama menunduk sedih, mengapa bisa ia membuat putra nya kurus kering seperti ini.

"Ibu pusing?"

Segera Ibu Tama mengangkat kepala. Menggeleng pelan, sekali lagi mengusap kepala Adhitama yang tertutup topi sekolah, "Ibu gapapa, sekarang Tama berangkat ya, nanti terlambat."

Berpamitan, lalu menuju pangkalan angkot, yang Adhitama harapkan, semoga Ibu nya baik-baik saja di rumah sendirian, semoga tidak terjadi apa-apa sampai Adhitama pulang sekolah.

Angkot datang membawa beberapa penumpang, pagi-pagi memang angkot lumayan sepi, Adhitama masuk dan memilih tempat duduk paling belakang, karena ia tahu akan turun paling terakhir.

Ribut dengan pikirannya, Adhitama tidak peduli dengan ayam yang berisik di sampingnya, satu ikat besar daun pepaya yang mungkin saja getahnya mengenai baju sekolah, juga laki-laki berpenampilan urakan yang duduk di depannya. Asap rokok yang dihisap laki-laki urakan itu hanya dianggap angin lalu.

Adhitama hanya ingin cepat sampai sekolah, cepat pulang juga.

Tiga puluh menit berlalu, sebentar lagi angkot akan melewati sekolah, Adhitama tersadar, segera menyetop angkot agar berhenti pas di depan gerbang sekolah.

"Kiri bang."

Angkot berhenti, perkiraan nya pas, berhenti di depan gerbang, Adhitama segera turun, merogoh saku baju nya, mengeluarkan selembar uang berwarna ungu, diserahkannya kepada sopir angkot, "gak ada receh, Dek?"

"Nggak, Bang."

Dikembalikan kepada Adhitama hanya uang dua ribu, "kurang ini, Bang."

"Gue nggak ada receh, udah ya! lain kali pake duit receh makanya." Angkot itu pergi begitu saja. Adhitama jadi harus membayar dua kali lipat sekali naik. Kalau begitu, ia pulang harus berjalan kaki.

Langkahnya gontai, masih ada sedikit waktu sebelum upacara dimulai, Adhitama memilih duduk di sebelah Pak Setyo, satpam sekolah yang sedari tadi sudah menepuk lantai sebelahnya saat Adhitama turun dari angkot.

"Anak muda pagi-pagi kok lemes? kayak bapak dong!!!" bangkit dari duduk, bergaya seperti memamerkan otot lengan.

Adhitama hanya tersenyum tipis. Pak Setyo memang paling jago menghibur Adhitama.

"Ada masalah apa niiii? masalah cinta?" tebak Pak Setyo.

Segera Adhitama menggeleng cepat, "nggak Pak."

"Loh? Bapak kira lagi berantem sama Neng Alexa."

Adhitama menggaruk kepalanya yang tidak gatal, canggung jika ada yang membahas cewe tomboi itu.

CEWEK TOMBOI & COWOK CUPU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang