Chapter 3

234 38 8
                                    

Satu minggu berlalu sejak Isagi ber transmigrasi ke dalam au milik temannya. Kurang lebih, Isagi sudah mengenal karakter-karakter di dunia gila ini sedikit lebih baik.

Isagi seperti biasa hanya melakukan rutinitas harian nya. Menurut Isagi, hidup di dunia ini juga tidak jauh berbeda dari kehidupannya yang sebelumnya.

'Ga di sini, ga di sana, gua kaya orang nolep'

Gumam Isagi dengan helaan nafas panjang. Isagi kini sedang berjalan di koridor sekolah sendirian, entah ke mana kedua monyetnya itu menghilang.

Seperti biasa, siswa-siswi memandangnya dengan tatapan yang aneh. Yah, itu tidak terlalu mengejutkan bagi Isagi, mengingat bahwa Isagi dicap buruk karena selalu menebarkan kebencian pada Chigiri. Isagi tidak menghiraukan tatapan mereka, ia kini hanya ingin pergi ke tempat yang tenang.

Perpustakaan, tempat yang tidak cocok untuk ditempati Isagi. Isagi bukan orang yang gemar membaca buku, justru ia merupakan orang yang begitu membenci sebuah benda berisi lembaran-lembaran kertas itu. Dia pergi ke perpustakaan hanya untuk mendapat ketenangan, berhubung kelas nya sedang kosong hari ini.

•••

Sepi, hal yang wajar untuk perpustakaan, tidak mengherankan. Karena faktanya, remaja zaman ini lebih menyukai membaca melalui internet, tidak terkecuali Isagi. Selain itu, di perpustakaan juga terdapat aturan untuk tidak berisik.

Isagi menyusuri perpustakaan yang sepi itu. Buku-buku yang tertata rapi di tempatnya, terlihat seperti tidak pernah disentuh. Isagi mencari tempat membaca yang nyaman untuk mengistirahatkan dirinya.

Setelah mendapatkan tempat yang nyaman, ia langsung menempatkan dirinya di salah satu tempat duduk di sana.

Isagi tidak begitu peduli jika nanti guru yang mengajar kelasnya hari ini mencatat bahwa dirinya alpa. Sebenarnya, Isagi bahkan belum mengerjakan tugas dari gurunya. Jadi, daripada dihukum dan disuruh mengerjakan, lebih baik ia bolos bukan? Walaupun mungkin ia akan dipanggil bk. Lagipula, gurunya juga sebenarnya sedang rapat, jadi gurunya tidak akan memasuki kelasnya.

Isagi meletakkan kepala nya di meja, sembari berpikir 'kenapa sekolah ga nyediain bantal di perpustakaan, ya? '

Niat awal Isagi sebenarnya ingin ke UKS, namun UKS berada di ujung lorong lantai satu, terlalu jauh dari kelasnya yang berada di lantai dua.

Jika dipikir-pikir, entah mengapa jalan cerita yang Isagi jalankan saat ini sedikit berbeda dari AU yang dia baca. Yah, persetan dengan itu, Isagi sudah tidak ingin memusingkan apapun yang berhubungan dengan dunia ini, selama ia masih hidup, mengapa tidak?

Padahal ia lumayan sering membaca AU tentang reinkarnasi, biasanya akan ada sistem yang memberi informasi ataupun membantu sang karakter untuk berbagai hal. Entah dia harus berharap apa pada cerita ini.

Isagi menepis seluruh pemikirannya yang tidak masuk akal itu, sekarang ini ia terlalu mengantuk karena semalaman bermain api gratis. Isagi menoleh ke kanan dan ke kiri, kosong.

Isagi membuka handphone nya lalu menyalakan musik sambil sesekali bernyanyi sembari mengistirahatkan kepala nya di atas meja. Baru dua atau tiga musik berlalu, seseorang menghampiri Isagi, entah orang itu datang darimana, tiba tiba saja menegur Isagi.

"Kalau mau nyanyi jangan di perpus"

Isagi meliriknya dengan mengernyitkan dahi, seorang lelaki yang memiliki tubuh lebih besar dibanding tubuhnya dengan kacamata yang terpajang di wajahnya. Lelaki itu terlihat cukup tinggi jika dibandingkan dengan tubuh yang Isagi tempati.

"Apa? "

Tanya Isagi dengan nada yang sedikit kesal karena kegiatannya diganggu. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah Isagi lalu duduk di kursi depan Isagi, meletakkan buku yang ia bawa di atas meja.

Dimensi Lain?! - Allsagi (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang