Chapter 3

1.2K 68 4
                                    

Chapter 3

Keesokan paginya, merasa mual lagi. Muntah-muntahnya berkurang di sore hari dan sepenuhnya berhenti menjelang malam, yang ia anggap sebagai pertanda buruk. Ia berbaring di ranjang sambil menyentuh perut bagian bawahnya.

Bayi.

Ia tidak percaya bahwa sebuah kehidupan bisa dimulai dengan cara yang begitu buruk. Anak-anak seharusnya diinginkan dan disayangi oleh orangtua mereka, bukannya dianggap sebagai kesalahan. Sampai saat itu, Fourth tidak menganggap bayinya sebagai seseorang yang memiliki perasaan dan kebutuhan. Namun setelah sekarang ia berpikir demikian, ia tak bisa menghapus bayang-bayang yang ada dibenaknya.

Anak.

Sekarang setelah ia mulai menganggap bayinya sebagai 'seseorang', sulit baginya berharap bayi itu tidak ada. Saat masih kecil, ia selalu ingin punya anak suatu hari nanti tentunya dengan menikah seorang wanita dan menjadi seorang ayah. Namun hal ini justru berbalik tidak sesuai dengan impiannya, karena pada akhirnya dia termasuk salah satu male pregnant dimana pada akhirnya justru dirinya lah yang tengah mengandung anak. Sebenarnya, impiannya sudah pupus ketika masa lalu telah membuatnya trauma dan berbalik mengubah dirinya menjadi tertarik kepada pria daripada wanita dan berpikir mungkin saja bisa menyewa ibu pengganti untuk mendapatkan anak.

Fourth meringguk ke samping dan memeluk pinggangnya dengan kedua tangannya, tiba-tiba merasa protektif terhadap kehidupan yang mungkin sedang tumbuh di dalam dirinya. Winny dan Satang masuk kedalam kamar tidurnya, kemudian Satang duduk diatas ranjangnya, "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Fourth berguling hingga terlentang, "Aku sedang berusaha menerima berbagai kemungkinan. Karena aku belum yakin aku hamil atau tidak. Sulit memutuskan bagaimana perasaanku, tapi kurasa..... yah kalau memang aku hamil, kurasa aku berhutang pada bayiku untuk berbahagia karenanya. Memangnya kenapa kalau itu menjungkir balikkan hidupku? Ada hal-hal yang lebih buruk daripada itu."

Winny menyangga kedua tangannya ke belakang diatas kasur. "Aku setuju. Melihat sisi buruknya tidak ada gunanya. Kalau kau memang mau mempertahankan bayi ini, kita harus berpikir positif." Fourth menatap langit-langit kamar. Beberapa hari yang lalu, ia sudah bisa menangkap alur tekstur di plester langit-langit, sekarang tidak lagi. Ia berharap itu hanya karena pencahayaan yang kurang.

"Aku akan mempertahankan bayi ini. Aborsi bertentangan dengan semua nilai yang kupegang, semua yang kuyakini."

"Kita belum benar-benar membahas masalah ini, tapi aku tahu kau akan berpikir begitu." ucap Satang dengan lirih, Satang mengerti situasi yang dihadapi Fourth karena Satang juga mengandung anak, hanya bedanya Winny dan Satang saling mencintai satu sama lain. Tentu saja mereka menyambut kehadiran bayi dalam kandungannya, namun berbeda dengan Fourth. Dia hamil mengandung anak karena kesalahan yang tidak terduga pada malam itu.

"Aku cuma bisa berpikir begitu." gumam Fourth. "Ibuku sudah berumur empat puluh tiga tahun waktu mengandungku. Aku yakin ayah dan ibuku pasti sempat mempertimbangkan untuk menggugurkanku mengingat usia ibuku. Kalau mereka benar-benar melakukannya, aku tidak akan ada disini."

"Pasti berat memikirkan hal ini seumur hidupmu." ucap Satang menggenggam tangan Winny.

"Hal itu membuatku mampu berpikir rasional. Ada kalanya terutama waktu aku masih remaja, aku sedih karena terlahir buta. Aku selalu menghibur diri dengan memikirkan kemungkinan lain, tidak dilahirkan sama sekali. Memang tidak selalu mudah, tapi aku menikmati hidupku, dan aku ingin menjadikan hidupku berarti dengan bekerja membantu orang-orang dengan keterbatasan penglihatan. Kalau kulihat dari sudut pandang iya atau tidak sama sekali. Aku benar-benar bersyukur orangtuaku tetap melahirkanku."

[completed] Between Me & You | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang