08 | Janji

3.1K 289 30
                                    

◦○◦ SERENDIPITY ◦○◦

Saat kecil, Jaemin memang sering bermain sendiri karena orang tuanya sibuk bekerja untuk menyambung hidup. Juga mengumpulkan tabungan untuk Jaemin sekolah.

Mereka berpikir, kalau orang tuanya tidak sekolah, anaknya juga tidak boleh merasakan hal yang sama. Jaemin harus sekolah, harus pintar dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik.

Walaupun dampaknya, masa kecil Jaemin harus ditemani oleh kesepian dari pagi sampai sore. Jaemin hanya bermain dengan kucing yang diambil dari jalanan untuk menemaninya. Mengajak Jaemin bermain-main.

"Kamu ingin keluar? Aku juga ingin. Tapi, Mama dan Papa pasti tidak memperbolehkannya."

Jaemin saat itu berusia 6 tahun. Berdiri di depan pintu sebelum memasuki halaman rumah. Kucing berwarna hitam putih itu mengeong, menggaruk-garuk pintu tua itu dengan cakarnya.

"Apa sebentar tidak apa?" gumam Jaemin. Dia mendekat, sedikit berjinjit untuk menggapai handle pintu. Dan Jaemin menariknya sampai pintu terbuka.

Si kucing berjalan keluar lebih dulu. Jaemin menyusul, menutup pintunya lebih dulu. Dia berjalan mengikuti kucingnya yang seolah menunjukkan jalan untuknya.

"Kita akan ke mana?" tanya Jaemin, dia menggapai kucingnya untuk digendong. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Kaki kecil tanpa alas kaki berjalan mengikuti jalan.

Keributan terjadi. Entah apa penyebabnya, tapi mereka saling melempar barang membuat kucing Jaemin melompat turun, berlari meninggalkan si tuan.

"Eh! Jangan pergi!" Jaemin berlari menyusulnya. Kucing itu terlalu gesit, dan Jaemin terlalu banyak menabrak para pejalan kaki.

Napas Jaemin memburu. Dia menoleh ke segala arah. Mencari keberadaan si kucing. Dan ya, kucing itu berada di dekat rel kereta. Orang-orang mulai menyingkir dari rel kereta. Jaemin malah mendekat.

"Jangan kabur lagi, nanti aku tidak memiliki teman." kata Jaemin setelah kucingnya berada digendongannya.

Suara kereta terdengar. Beberapa orang berteriak padanya untuk menjauh dari rel. Tapi, Jaemin malah sibuk mengusapi leher si kucing.

Kepalanya mendongak, dia menoleh. Terdiam saat kereta semakin mendekat padanya. Jaemin semakin mendekap tubuh kucingnya.

Tubuh Jaemin ditarik dari belakang. Kakinya tidak menapak jalanan lagi. Kali ini, tubuhnya dipeluk oleh seseorang.

"Ah, untung saja ada yang menolongnya."

"Anak-anak memang tidak bisa dibiarkan bermain sendiri."

Jaemin mengerjap. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Orang-orang mulai pergi. Melanjutkan pekerjaan mereka yang tersisa. Lalu, Jaemin menunduk. Melihat kakinya yang menjuntai.

"Oh astaga, kenapa kau bodoh sekali?"

Jaemin diturunkan. Dan pria yang menolong Jaemin, membalik tubuhnya agar menghadapnya.

"Bagaimana kalau kau terlindas kereta, huh? Kau mau mati muda, ya?"

Jaemin mengerjap. Memandang pria dewasa di depannya yang sedang mengomel. Jaemin tersenyum, bukannya merasa ketakutan.

"Ini anak malah senyum. Kau tadi hampir mati."

Jaemin masih tersenyum, "Paman, terima kasih."

"Heh! Kau pikir aku setua apa sampai dipanggil paman?! Aku masih muda."

Jaemin menggeleng, kepalanya mendongak saat pria yang menolongnya itu bangkit berdiri. Sudah bersiap pergi.

"Paman, kalau aku sudah besar nanti, aku akan menikah dengan paman! Aku janji."

Dan pria itu menghilang dibalik kerumunan orang. Jaemin menunduk, memandang kucingnya.

"Kau jangan mati dulu sebelum aku bertemu paman tadi."

◦○◦━◦○◦

"Bagaimana? Ingat tidak?"

Jaemin menggaruk pipinya. Dia tersenyum. Selimut dia genggam semakin erat. Menutup tubuh telanjangnya.

"Aku mana ingat. Dan lagi, kucingku sudah mati." balas Jaemin tidak merasa bersalah, "Tapi, terima kasih sudah mengingatkanku."

Haechan menghembuskan napasnya, "Kau beruntung karena aku ini baik." katanya dan kedua sudut bibirnya terangkat. Membentuk sebuah senyuman.

Jaemin mendengus. "Menyebalkan sekali," gerutunya kesal.

Haechan menarik kepala Jaemin sampai mendongak dan dia merendahkan kepalanya. Menekan hidungnya ke hidung Jaemin, menggeseknya pelan.

Jaemin memejamkan matanya. Senyum yang tadi sempat menghilang, sekarang kembali terlihat.

"Apa perasaanmu nyata?"

Dan Haechan tidak membalas pertanyaan Jaemin. Dia hanya tersenyum, mendekap Jaemin dalam kehangatan.

"Biarkan waktu yang menjawab."

◦○◦━◦○◦

Dan cerita ini resmi TAMAT. Yeay!!

Kamis, 14 September 2023.

Terima kasih semuanya. Lope banget sama yang masih betah baca, padahal ini cerita gak jelas dan gak ada alur.

Lope sekebon.

Bye, ketemu lagi di HYUCKNA-ku yang lain.

Serendipity - ©LisaPutri0503

SERENDIPITY » HYUCKNA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang