Episode 03: Nenek yang Tertukar

209 36 20
                                    

Mau ngingetin nih, kalo buku ini menerima "sumbangan" episode berdasarkan kejadian nyata dari kalian para pembaca yang pastinya harus horor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau ngingetin nih, kalo buku ini menerima "sumbangan" episode berdasarkan kejadian nyata dari kalian para pembaca yang pastinya harus horor. Kalo mau nyumbang saya tunggu dengan senang hati, kalo emang gak punya pengalaman mistis ya semoga nanti segera ada. Eeh 🙏🏻

Enjoy Reading 😗✨

--------⟨⟨🕷️⟩⟩-------

Menjual kayu bakar, mengembalakan kambing, menjadi kuli panggul kebun pun mereka lakoni demi bertahan di tanah yang terus berjalan. Sebagian besar membayar dengan uang, sisanya hanya mampu memberi upah berupa hasil kebun dan beras. Tidak apa-apa, toh keduanya sama-sama masuk ke perut. Xiao Zhan dan Yibo menerima bayaran seikhlasnya dari warga yang mereka tawarkan jasa. Bekerja sambil beramal, anggap mereka.

"Kau tidak takut airnya akan salah tingkah?" Yibo menggoda Xiao Zhan yang sedari tadi anteng bercermin dari pantulan beningnya air sungai.

Xiao Zhan mengerjap, kaget karena tak menyadari kedatangan Yibo. "Aku habis cukur kumis. Wajahku agak menghitam, aihh."

Sambil duduk di samping Xiao Zhan, Yibo menyerahkan sebotol air yang baru dibelinya. "Setelah semua pekerjaan kasar yang kita lakukan di bawah terik matahari, kau masih mengira penampilan kita akan tetap sama?"

Xiao Zhan terkikik lalu meneguk airnya perlahan. Baju yang mereka pakai bahkan sudah mulai lusuh, selaras dengan muka mereka yang membuluk. Ternyata menjadi seorang petualang itu menguras banyak pengorbanan sampai ke tulang.

"Oh, iya. Aku lihat celanamu sudah sobek. Ayo kita cari pasar dan berbelanja? Aku juga mau beli topi," usul Xiao Zhan.

Yibo mengangguki dengan semangat. Setelah kerja keras yang melelahkan, akhirnya mereka bisa membeli sesuatu dari hasil keringat sendiri.

Di perbatasan desa, terdapat sebuah pasar tradisional yang lumayan ramai. Dari kejauhan sudah terdengar suara pedagang yang berteriak menawarkan barang dagangan, pula bunyi kendaraan roda dua yang hilir mudik meramaikan jalan. Karena pasar itu adalah pusat perbelanjaan bagi lebih dari 5 desa terdekat, segala macam dagangan di sana terbilang cukup lengkap. Hanya saja, letaknya berada di ketinggian yang tidak dianjurkan untuk pejalan kaki.

"Pantas saja semua orang memakai motor," desah Yibo sambil memegangi lututnya yang mulai meleyot.

Xiao Zhan yang berhenti duluan karena sudah ngos-ngosan lalu duduk di tepi jalan, sekilas menatap ke langit yang mulai gelap.

"Untung saja katanya pasar itu masih buka di malam hari," timpal Xiao Zhan penuh syukur.

Setelah beristirahat selama beberapa menit, keduanya pun melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal satu belokan saja. Lampu-lampu menyala terang dari lapak para pedagang dan gerobak-gerobak penjual makanan yang meramaikan pasar. Terlihat seperti surga berbayar di mata Xiao Zhan dan Yibo yang kebetulan sama-sama merasa lapar.

TELL ME ABOUT THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang