Ningning membuka kelopak matanya. Sinar matahari begitu menyilaukan hingga dia harus menghalanginya dengan lengan. Di sini sangat panas. Separuh tubuhnya yang tidak tertutup oleh apapun terasa gatal akibat dari kasarnya pasir pantai yang manyelimuti kulitnya.
Tunggu!
Pasir pantai?!
Rasanya otaknya tidak mampu berproses. Dia duduk. Mengambil posisi ternyaman karena sejak tadi pantatnya sakit tertusuk kulit kerang.
Di mana dirinya sekarang? Pantai apa ini? Apa yang terjadi?
Ningning merasa pikirannya menjadi buta seketika. Dia bahkan tidak mampu mengingat hal yang terjadi semalam.
Kejadian ini sudah berulang kali terjadi. Ningning bahkan tidak mampu mengingat lagi kapan pertama kali dia mengalaminya. Dia juga tidak ingat apa yang sudah dia alami dan tempat-tempat mana yang pernah ia kunjungi. Semua terjadi begitu saja. Seperti keajaiban. Namun Ningning justru menganggap semua ini adalah neraka.
Ningning rindu hari-hari normalnya, yang bahkan sama sekali tidak dia ingat.
"Sudah bangun, nona muda?"
Sebuah suara tidak asing menembus gendang telinganya. Sejauh ini, hanya suara ini yang mampu dia ingat. Suara dari seorang laki-laki menyebalkan yang sayangnya hanya dialah yang mampu Ningning ingat selama menjalani hari-hari hidupnya.
"Kau?!"
"Lupa namaku?" Lelaki itu tersenyum jahil. Dia duduk di sampingnya. Bajunya kering, tapi celana bahan yang dipakainya justru basah kuyup.
"Apa yang telah kau lakukan?" sinis Ningning. Dia sedikit tidak nyaman dengan kehadiran pemuda ini.
"Bermain," jawabnya santai. "Pantai ini terlalu indah untuk dianggurkan."
Ningning menengadah. Matanya menelusur sekitar. Lelaki itu benar, pantai ini indah. Pasirnya berwarna biru dan airnya berwarna merah muda mengilap.
[Lily ga nemu gambar yang sesuai, jadi, ya, kira-kira kaya gini pantainya💁♀️]
Eh?!
"Di mana kita?!" Ningning berteriak. Bulu kuduknya berdiri. Jelas sekali ini bukan di bumi. Tidak ada tempat di bumi yang memiliki pemandangan seperti ini.
Lelaki itu berdiri. Ningning ingat namanya. Dia Jay. Seseorang yang selalu menemaninya melewati hari-hari gila yang semakin hari kian menggila. Lelaki itu berjalan mendekati bibir pantai. Membiarkan air membasahi kedua kakinya yang memantulkan sinar matahari. Lantas berbalik. Menatap kedua mata Ningning dengan kedua mata tajamnya.
Jay menggeleng. "Aku tidak tahu."
Alis Ningning bertaut. Kerutan tercipta di dahinya. Sambil berjalan menuju bibir pantai, dia mengatakan sindiran yang membuat Jay tertawa. "Kau tidak tahu, atau hanya tidak ingin memberitahuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion || JayNing
FanfictionNiat baik bukanlah hal baik ketika kau melakukannya melalui cara yang buruk. . . . . Sebuah dosa besar membuat Ningning harus terjebak dalam penjara ilusi. Tanpa sepotong pun ingatan yang tersisa, Ningning terpaksa menjalani kehidupan membingungkan...