"Ada apa?"
Rasanya jantung Chenle dan Jay telah lompat jauh dari tempat yang seharusnya. Buru-buru mereka menoleh demi mendapati gadis yang mereka teriaki berdiri di belakang mereka. Ikut melongok penasaran akan apa yang sedang terjadi di sana.
Jay menolehkan kepalanya cepat. Bergantian antara Ningning dan seseorang yang jatuh dari lubang besar itu.
"Bagaimana-"
Ningning mendongak. Diikuti oleh Jay dan Chenle.
Dari tempat mereka berdiri, mereka dapat melihat sebuah lubang besar di atap dengan bentuk yang sama persis. Lubang terbuka itu meneteskan darah kental dari pinggirnya. Menimpa tubuh yang sepertinya sudah menjadi mayat di bawah sana.
Mata Chenle memburam. Diikuti dengan tekanan yang menimpa kepalanya.
"Kamu kenal dia?" tanya Ningning. Entah ditujukan pada siapa pertanyaan itu. Dia sendiri tidak yakin.
Jay berjalan menuju seberang. Mencoba mencari jalan untuk turun.
"Aku menemukan tangga di pintu belakang. Sepertinya kita bisa turun dari sana."
Jantung Chenle masih berdetak kencang. Namun dia mengikuti saran Ningning. Berjalan bersama menuju pintu belakang yang terletak di samping tangga.
Pintu itu terbuka lebar. Menampilkan kegelapan tak berujung.
"Sebentar."
Jay berputar arah. Kembali menuju jendela di samping pintu masuk rumah tua itu. Mengambil lilin dari sana.
Chenle menjentikkan jari. Dari suara jentikan itu, muncul api kecil. Membakar jari telunjuk pucatnya. Lelaki itu mendekatkan telunjuknya yang terbakar ke ujung lilin. Membakar benda merah panjang itu.
"Bagaimana kamu melakukannya?" Ningning terkagum.
Chenle mengendikkan bahu. "Hanya bakat alami."
Jay berjalan lebih dulu. Memimpin jalan mereka untuk menuruni tangga. Sedikit berdebu di sana. Beberapa sudut dipenuhi oleh sarang laba-laba. Membuat tenggorokan dan hidung Ningning terasa gatal.
Mereka terus turun.
Brak.
Suara benda jatuh kembali terdengar. Membuat mereka terperanjat.
"Apa itu?"
Sesuatu terjatuh di depan mereka. Sebuah tombang besar menancap di lantai tangga yang terbuat dari kayu lapuk itu. Panjangnya sama seperti tinggi manusia dewasa. Mata tombak itu seukuran setengah kertas HVS A4.
"Apa ... yang terjadi?"
Mereka mendongak. Mendapati sebuah lubang seukuran bola tenis di atas sana. Ujung lubang itu tidak terlihat. Tapi yang jelas, lubang itu jauh lebih dalam dibandingkan panjang tombak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion || JayNing
FanfictionNiat baik bukanlah hal baik ketika kau melakukannya melalui cara yang buruk. . . . . Sebuah dosa besar membuat Ningning harus terjebak dalam penjara ilusi. Tanpa sepotong pun ingatan yang tersisa, Ningning terpaksa menjalani kehidupan membingungkan...