Niat baik bukanlah hal baik ketika kau melakukannya melalui cara yang buruk.
.
.
.
.
Sebuah dosa besar membuat Ningning harus terjebak dalam penjara ilusi. Tanpa sepotong pun ingatan yang tersisa, Ningning terpaksa menjalani kehidupan membingungkan...
Kedua mata itu terbuka setengah, kemudian kembali menutup. Tersilaukan oleh sinar matahari menyengat yang langsung menimpa pupilnya.
Tangannya berusaha menyingkirkan helaian rambut berantakan dari wajah. Walau percuma saja karena angin kencang tiada henti mengganggu.
Dua kali
Tiga kali
Angin itu bertambah cepat. Hingga hampir menerbangkan paksa kepalanya ke samping.
Dan-
Wusss
Ningning terbangun dari tidurnya. Langsung mendudukkan diri akibat keterkejutan yang terjadi. Baru saja, jantungnya diajak berlomba dengan kencangnya angin yang berhembus. Hingga organ kecil penopang hidup itu berdetak hampir dua kali kecepatan normalnya.
Gadis berambut coklat itu tersadar sepenuhnya. Kini dirinya terduduk di bawah pohon trembesi. Terhalangi sepenuhnya dari terpaan sinar matahari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sinar yang tadi ... dari mana?
Ningning beranjak dari duduknya. Enggan untuk bertanya-tanya - bahkan jika hanya dalam benaknya - mengenai sinar yang tadi sempat menimpa dirinya.
Ketika badannya berdiri sempurna, matanya justru membulat sempurna.
Mata bulat itu menatap sekeliling. Menoleh dengan gerakan putus-putus. Bahkan badannya ikut terasa kaku.
Dia, berada di tengah pemakaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemakaman itu sangat luas. Sekitar 500 meter tiap sisinya. Dengan satu pohon trembesi tempatnya berteduh tumbuh rindang di tengah lahan. Seakan menjadi pusat dari semua makam yang terjajar rapi.
Ningning tidak berniat berdiam di sini. Dia melangkah. Menyusuri satu persatu makam dengan nisan tertancap tinggi yang tertutupi rerumputan hijau nan subur. Sesekali membaca nama-nama asing yang terukir di nisan.
Semua nisan yang berada di sini nampak bersih. Seperti masih baru.
Ningning terus berjalan. Hingga dia sampai pada lahan di mana hanya ada dua nisan. Yang satu terukir nama seorang wanita, sedang satunya adalah nisan kosong yang tidak tertulis nama siapapun di atasnya. Seakan memang dibiarkan begitu.