Enam: Flashback

70 5 0
                                    

"Rici, Rici, Rici, ajarin aku main game PUBG, dong." Shila menggoncang-goncangkan lengan cowok yang sedang duduk di depan laptop serta beberapa buku dan kertas fotokopian yang tercecer berantakan di atas meja ruang tengah. Cowok itu pusing sekali karena tugas KKPI-nya belum selesai-selesai juga.

"Rici, ajarin aku main game dong, pliiisss ..." rengek gadis itu manja. Ia tertarik sekali dengan game yang biasa dimainkan cowok barbar itu.

"Paan sih lo, udah nonton TV aja sana!" cowok itu kembali bersikap kasar seperti biasanya.

Aneh justru kalau seorang Rici tidak kasar. Karena 'kasar' adalah sifat alaminya sejak lahir. Bahkan sejak dalam kandungan.

"Rici, plis, sebentar doang kok, abisnya game ini lagi viral banget di kalangan remaja, aku kan pengen kayak kids zaman now."

Rici langsung menepis kasar genggaman cewek itu dari lengannya.

Gadis ini hanya menambah beban saja, pikirnya.

Kalau saja hantu itu cowok, pasti sudah Rici hajar habis-habisan. Pasti sudah sejak dulu Rici mengajaknya baku hantam.

"Rici ..." rengek hantu itu manja sekali.

"Woy!!!" teriak cowok itu kasar. Ia menyorot dengan tatapan tajam menghujam membuat si hantu tersentak kaget dan tanpa sadar kakinya melangkah mundur.

"Bisa gak sih sehariiii aja lo biarin gue tenang, keberadaan lo itu ngeganggu gue banget tau nggak?!" Rici benar-benar sudah kelewat kesal, namun lihatlah, cewek yang di omelinya habis-habisan itu tetap dengan wajahnya yang polos tak berdosa dan tampak tak terpengaruh sedikitpun dengan bentakan kasarnya.

"Rici ..." panggilnya manja, persis seperti bocah yang merengek minta dibelikan Barbie. "Aku kan mau bantuin kamu belajar, bukannya gangguin kamu ..."

"Tapi dengan hadirnya lo disini tuh bikin gue gak konsen. Dengan lo 'napas' di deket gue tuh ngeganggu banget tau nggak?! Denger gak lo? Punya kuping gak lo? Jadi, mendingan lo jauh-jauh deh, keluar. Diem di pohon kek, ke kuburan kek, kemana kek, asal jangan disini." Rici terus nyerocos dongkol berharap ia bisa tenang sekali ini saja. Namun, sekali lagi, gadis yang dibentaknya hanya cemberut manja tanpa ada niat sedikitpun menjauh darinya.

"Paham gak lo apa yang gue omongin?" tanya Rici kemudian. Nada suaranya terdengar begitu dingin.

Shila menggeleng polos.

Ia memang tak mengerti dengan apa yang diucapkan cowok barbar itu.

Napas? Sebagai hantu, Shila bukan makhluk hidup yang sehari-harinya harus bernapas.

Rici menyuruhnya ke kuburan? Sebagai hantu nyasar, Shila bahkan tak tahu dimana letak kuburannya sendiri. Bahkan sepertinya ia tidak pernah dikuburkan.

"Lo beneran gak ngerti?" tanya Rici memastikan.

"Nggak ..." geleng Shila dengan mulut cemberut manja ciri khasnya.

"Astagaaa ..." dongkol betul Rici dibuatnya. Ia menghirup oksigen dengan rakus. "Serah lo, dah."

Secepatnya Rici merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas untuk kemudian ia keluarkan dan ia pelajari lagi di kamar. Ia ingin sekali jauh-jauh dari makhluk halus yang kerap mengganggunya itu.

"HANTU BAWEL"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang