Sebelas: Bukan bucin

79 6 0
                                    

"Maman, 7 x 9 berapa?"

Cowok yang kembali berpakaian nyeleneh itu mendongakkan kepalanya ke arah langit-langit berlagak berpikir.

"22, Bu." jawab Maman sekenanya.

"BUAHAHA ... geblek." bisik Nita pada teman dibelakangnya, Risma dan Weli. Mereka cekikikan ketika melihat kawan satu tongkrongannya sedang di tes Bu Nopnop.

Bu Nopnop hanya menggelengkan kepalanya miris mendengar jawaban Maman.

"Pokoknya kamu gak boleh duduk sebelum bisa jawab pertanyaan saya, Maman." putus Bu Nopnop, puas betul mengerjai cowok berkulit hitam manis itu.

Mampus gua. batin Maman. Tau gitu, mendingan gua bolos aja hari ini. Apes banget dah.

"8 x 7 berapa, Maman?"

Mampus! Gua kagak tau bangsat! ngegas Maman dalam hati.

Begitulah Bu Nopnop, saking killer-nya, anak SMK pun masih saja ia tes perkalian layaknya bocah esdeh. 

Beberapa murid yang mengaku sudah kelas tiga esemka itu pun masih banyak yang salah pula ketika menjawab perkalian yang 'seharusnya' sudah mereka kuasai.

Pantas saja, banyak sekali di antara mereka yang nilai ulangannya naudzubillah.

"Maman, sebelum kamu ke SMK, kamu masuk SD dulu, kan?" tanya Bu Nopnop sarkas.

"Masuk, Bu." jawab Maman seadanya. "Tapi cuma nyampe gerbang."

Meledaklah tawa anak-anak XII TKJ 1 mendengar jawaban nyelenehnya.

Sekali lagi, guru berusia dua puluh lima tahun itu pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya miris. Namun, apa boleh buat, ia harus ekstra sabar saat mengajari siswa-siswinya.

"Ya sudah kamu duduk saja," perintah Bu Nopnop.

"Yes!" girang sekali dia.

Bu Nopnop membiarkan saja cowok berkumis tipis itu duduk di bangkunya, dan ia mulai mengajar.

Wanita berperawakan langsing itu menulis beberapa soal di whiteboard yang kemudian diikuti semua siswa yang duduk di bangkunya masing-masing.

Beberapa detik kemudian guru itu bertanya, "Ada yang sudah selesai?"

"Gila tuh guru, baru juga nulis soal," bisik Mardani pada teman sebangkunya, Jejen.

"Belum juga mikir," sahut Dika.

"Baru juga napas, gue, udah engap lagi," timpal Jejen.

"Ah itu mah emang lo bengek, Jen." ejek Ilham selow.

"Gue malah kagak bisa napas di pelajaran ini," sahut Mardani.

"Tau tuh guru, kejem banget. Mending tadi gue gak masuk kelas, ke warung, ngerokok. Kan enak," gerutu Dika.

"Saya sudah selesai, Bu." sahut gadis tomboy bernama Nay. Memang jenius sekali anak penggemar Matematika dan Kimia itu. Membuat banyak siswa sekaligus siswi kagum padanya. Tetapi, gadis itu sangat tomboy. Cara jalannya saja persis seperti cowok. Tubuhnya tinggi kurus lempeng. Beberapa cowok angkat tangan minta ampun padanya. Bisa benjol mereka kalau berani mendekatinya.

"HANTU BAWEL"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang