Chapter 1

6.9K 151 6
                                    


"Sial, aku bosan. Ren sudah jadi pecundang semenjak dia punya istri."

(T/N. Istilah istri disini tidak merujuk kepada istri yang sesungguhnya, tetapi pasangan, bisa perempuan atau laki-laki)

Winter, si kembar yang lebih tua, berbicara dengan tatapan bosan. Pemilik mata tajam menawan di balik kacamata merek mewah, mencerminkan tatapan tajam dan wajah tampan orang lain di depannya.

"Itu bagus, bukan? Dengan begitu, meskipun dia memenangkan taruhan, dia tidak menerima taruhan kita. Kalau tidak, kita pasti akan dipukuli oleh ayah dan ibu."

Si kembar yang lebih muda, Summer, mengulangi apa yang kakak laki-lakinya katakan, jadi sekarang mereka tidak perlu menjelaskan apa pun.

Kedua anak kembar itu sama persis, yang membedakan hanyalah yang satu berkacamata dan yang lainnya tidak. Yang sebelumnya mereka pertaruhkan adalah bar bisnis keluarga dan panti pijat. Ini adalah bagian dari permainan anak laki-laki kaya masa kini, seperti permainan melayani cinta dan mencari perempuan untuk diajak bermain. Sekarang Ren telah memilih seorang gadis sebagai istrinya. Karena Ren adalah anak yang baik, dia menyuruh mereka untuk menghentikan permainan dan taruhan mereka.

Tapi, jiwa petarung itu ada dalam darah si kembar.

"Jadi, kau ingin kita sepertimu yang setiap hari mengikuti istrimu? Membosankan sekali!" Winter berbicara dengan suara tenang, ketika bibir tebal pemuda berambut hitam itu memegang sebatang rokok dan dia perlahan-lahan menghirup asap putih ke dalam mulutnya.

Laki-laki berwajah tajam lainnya di sebelahnya mengeluarkan asap dari mulutnya seperti bad boy. Selain itu, dia adalah pemilik kebiasaan buruk dan merupakan yang terburuk dari lima temannya.

"Oh, akhir-akhir ini aku tidak punya banyak waktu luang, ayah dan ibu memaksaku untuk mengurus urusan di rumah." Haru sang pemilik tempat mereka berada sekarang berkata dengan marah, wajah tampannya yang selalu tersenyum kini merasa kesal karena keluarganya mulai memaksanya untuk menangani bisnis keluarga agar dia tidak terlalu sering bepergian.

"Apa yang akan kita lakukan untuk menghilangkan kebosanan?" Si kembar yang lebih tua bertanya menggunakan jari-jarinya yang kurus untuk mengatur kacamatanya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor untuk menelepon seseorang yang akan menghilangkan kebosanan, karena dia tidak mendapat tanggapan dari teman-temannya.

Arena balap pinggiran kota.

Sebuah tempat yang dibangun dengan satu tujuan, terletak di pinggiran kota. Balapan berkecepatan tinggi diadakan di sana, tempat itu menampilkan lintasan oval tajam, dan lurus yang membentang sejauh mata memandang. Arena ini dikelilingi tribun yang dilengkapi dengan sekat dan pagar pengaman yang melindungi pengemudi dan penonton dari kejadian yang tidak terduga. Suasana penuh dengan kebisingan mesin mobil kelas atas yang berakselerasi menarik perhatian semua orang. Bau bensin dan karet terbakar di udara memenuhi seluruh tempat memberikan kesan bahwa balapan besar akan segera terjadi

Tangan sang kakak mengambil helm balap mahal dari tangan adiknya sebelum mereka saling mengangguk dan bersiap masuk ke dalam mobil balap yang baru dibelinya, sementara kelompok teman-temannya mulai membuat keributan untuk menyemangati mereka agar menang.

Ya, seperti yang dikatakan sebelumnya, jiwa pertarungan dan kompetisi ada dalam darah si kembar dan yang paling bersemangat untuk itu adalah si kembar yang lebih tua.

Malam ini, teman SMA-nya, Saint, telah menutup arena itu khusus untuk mereka berdua. Saint berbisik di telinga Winter, bahwa lawannya hari ini adalah Dean, yang terhebat dari semua pembalap dan akan segera menjadi pembalap profesional. Namun si kembar tidak peduli, karena dia sendiri tidak kalah pamor dari pria itu dan dia memiliki kekayaan yang memungkinnya bisa melakukan apa saja dengan mobil balap mahal miliknya.

Namun betapapun mahalnya mobil itu, jika pengemudinya tidak kompeten, mustahil untuk bersaing dan menang. Namun dalam hal ini, Winter sangat ahli dan akhirnya dia memenangkan kompetisi dalam sekali putaran. Hadiahnya berupa uang tunai yang tidak seberapa, apalagi untuk pewaris keluarga mafia sepertinya. Satu-satunya tujuannya mengikuti balapan ini hanya karena ingin mencari sesuatu untuk dikerjakan, yang pada akhirnya... dia hanya mendapat trofi yang terlihat aneh.

Di akhir pertandingan, mereka pergi untuk merayakan trofi (yang tidak berharga) itu. Kenyataannya mereka hanya berpura-pura merayakan trofi tersebut, karena mereka hanya ingin alasan untuk berpesta, bersenang-senang, minum, dan menikmati wanita. Saat ini, hanya orang-orang terkenal lingkungan sekitar yang bisa hadir dan berpartisipasi dalam semua acara; seperti para model, artis, dan idol yang akan berlari ke pesta hanya dengan di telepon.

"Saint, anak laki-laki yang sedikit bungkuk di depan itu, dari mana kau mendapatkannya?"

Anehnya, Winter bertanya kepada temannya, pemilik arena balap itu, ketika matanya yang tajam dibawah kacamatanya menatap ke arah seorang pemuda yang sangat manis. Mata pemuda itu hitam legam, kontras dengan rambut coklatnya, bibirnya yang penuh mengilat, dan itu semua secara bertahap memenuhi bidang visual si kembar.

"Aku tidak tahu, seseorang mempekerjakannya. Jika kau menyukaiku, aku akan menyuruhnya datang ke sini."

"Tidak. Lihat Cherry, dia menempel seperti gurita. Aku harus menyelinap pergi agar aku tidak mati." Winter mengacu pada aktris cantik yang menjalin hubungan dengannya. Dia sendiri telah tinggal bersamanya selama beberapa waktu, tapi karena dia adalah orang yang cepat bosan, dia tidak suka tidur dengannya berulang kali, tidak dengan siapa pun.

Semua orang tahu dia tidak memperdulikan gadis itu lagi, tapi sepertinya Cherry tidak menyadarinya dan mengikuti Winter kemanapun. Sulit untuk mengatakan hal seperti ini, jadi Winter memilih untuk tidak mengatakan apapun, hanya berusaha melarikan diri darinya kapan pun dia bisa.

Di sisi lain, anak laki-laki manis yang tidak bisa mengalihkan pandangan Winter adalah Jeremy. Dia adalah seorang pemuda yang dipekerjakan di arena balap ini. Dia bertugas mengemudikan mobil ke trek, membantu memarkirnya, mengganti ban dan menjaga semuanya dalam kondisi sempurna dengan perbaikan yang diperlukan.

Tinggi Jeremy sekitar 162 cm. Dia sama sekali tidak tinggi untuk anak laki-laki pada generasi ini, tapi itu tidak masalah karena tubuhnya cocok dengan wajahnya yang manis dan imut.

"Apa semuanya akan baik-baik saja Phi? Aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya," ucap Jeremy dengan tatapan gugup dan polos pada orang yang mengajaknya bekerja disini, tapi sekarang orang itu meminta Jeremy untuk melayani pengunjung di arena balap.

"Semuanya baik-baik saja. Kau hanya tinggal duduk, minum dan mengobrol dengan mereka. jadi jangan terlalu khawatir."

Dalam benak pemuda itu, dia hanya berpikir bahwa dia harus mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Jika dia bisa memuaskan pengunjung, dia berpikir akan mendapatkan tips yang besar.

Ketika mengetahui besarnya tips dari anak-anak kaya itu, maka untuk orang yang membutuhkan uang sepertinya akan bersedia melakukan apapun untuk mendapatkannya. Karena hutang yang Jeremy miliki terlalu besar dan tidak memungkinkannya untuk memilih pekerjaan, maka di tempat ini, yang dia harus lakukan adalah menjadi patuh dan mengikuti perintah atasannya.

Setelah duduk dan menemani minum di sana beberapa saat, Winter memperhatikan Jeremy dengan cermat dan tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Sementara Jeremy, anak laki-laki berpenampilan manis itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak meminum segelas demi segelas minuman keras dan memasukkannya ke dalam mulutnya, hingga tak lama kemudian, efek alkohol mulai mempengaruhinya.

Saat itu, Winter ingin pulang karena Cherry mengikutinya tanpa henti. Pria berkacamata sudah cukup kesal, jadi dia segera memberitahu teman-temannya bahwa dia akan segera pulang dan yang mengejutkan adalah... dia menyeret Jeremy bersamanya.

"Kemana kau akan membawaku?" Jeremy bertanya pada pria yang menyeretnya keluar kantor tanpa basa basi, sementara Cherry berjalan setengah berlari, tepat di belakangnya.

"Jangan banyak bicara. Jadilah anak baik, ikut ke kondominiumku. Aku akan membayarmu dengan baik."

Dia berbicara dengan arogan dan segera menyeret Jeremy ke mobil. Meski mabuk, Jeremy dengan jelas mendengar kata bayar dan dia hanya mengangguk. Dia mengerti bahwa dia hanya perlu menuangkan minuman keras untuknya, seperti yang dia lakukan beberapa saat yang lalu, jadi itu mudah dan sederhana.

"Oke..." Jeremy mengangguk seperti anak baik.

.

.

.

HELL TWIN - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang