Chapter 22

1.4K 48 1
                                    


Pada saat mereka meninggalkan rumah peristirahatan, langit mulai berubah warna dan mereka tiba di teras tempat makan malam lezat disajikan di atas meja.

"Saat ini cuacanya bagus dan cocok untuk bersantai di tepi laut, jadi aku meminta tim dapur mengatur makan malam barbekyu untukmu. Apa kau menyukainya?" Winter berbalik dan bertanya pada pemuda itu. Dia sangat ingin mendengar suaranya yang manis. Namun sebaliknya, dia mendengar suara serak adiknya.

"Kau apanya? Akulah yang menelepon mereka!." kata Summer, dengan cepat menoleh kepada Jeremy dan mengubah nada suaranya.

"Makan malam dengan BBQ tidak tersedia setiap hari. Hanya ada hari-hari tertentu dan jumlahnya terbatas, jadi harus reservasi terlebih dulu untuk mendapatkannya."

Jeremy berbalik untuk melihat sekeliling dan segera mengerti kenapa resor harus membatasi jumlah reservasi.

Pantai berpasir putih saat ini telah disulap menjadi ruang pesta kecil, kegelapan langit malam diterangi kerlap-kerlip bintang dan bulan yang mulai muncul dari barat, sedangkan awan putih menebarkan bayangan keperakan di atas air.

Terasnya dihias dengan kain berwarna putih dengan bunga-bunga ringan yang menambah kemewahan, dengan pancaran cahaya keemasan dari lampu antik sederhana dan bohlam yang diberi tali panjang menerangi seluruh area. Suasana laut di tepi pantai pada malam hari begitu menawan dan tenang bagi para pengunjung dan pasangan yang sedang jatuh cinta.

Suara deburan ombak di bibir pantai menciptakan ritme yang membuai semua orang dalam keadaan menenangkan. Angin malam yang sejuk berhembus dengan aroma garam dan laut menambah kesegaran udara dengan aromanya yang harum, beberapa lilin di atas meja telah ditata dengan cermat oleh adik kembarnya.

Untuk mendekorasi tempat seperti ini tentu membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Tapi semua bahan dan hiasan sudah ada di meja dekat panggangan, bahkan orang yang menyukai segala sesuatu yang sempurna pun terkesan karena semuanya terlihat bagus.

Resor telah menyiapkan dan mengirimkan sejumlah besar minuman ringan dan anggur mahal, jadi semuanya sempurna.

"Jerry, apa kau menyukainya?" si kembar yang lebih muda bertanya dengan nada khawatir, tapi wajahnya tampak bangga.

"Aku sangat menyukainya," jawab Jeremy sambil tersenyum manis, tak lupa juga mengulurkan senyuman itu kepada si kembar yang lebih tua.

Winter yang matanya berbinar-binar kegirangan, melihat senyuman manis pria kecil di sebelahnya, hatinya membuncah. Melihat pria manis itu menoleh ke arahnya, dia bahkan lebih bahagia. Si kembar yang lebih muda bergegas membawa Jeremy ke meja, tempat semua makanan disiapkan untuk mereka, dengan pemandangan laut yang indah.

Mendekati meja, Summer buru-buru berjalan untuk memindahkan kursi agar Jeremy duduk, sementara Winter di sebelah panggangan dengan paksa membuka sebotol anggur.

Jeremy belum pernah meminum wine jenis tersebut, namun ia telah melakukan sedikit riset, hanya dengan melihat botol dan labelnya, ia langsung mengenali bahwa itu adalah produk impor dari sebuah kota di Perancis yang terkenal dengan perdagangan wine.

Winter dengan ahli menuangkan anggur, sementara Jeremy memandangnya dengan kagum. Winter sangat bersih dan lancar dalam segala aktivitasnya, semuanya tampak baik-baik saja dan sepertinya dia sendiri menguasainya. Itu sebabnya, sambil menyajikan wine, dia tersenyum bangga, membuat Jeremy merasa senang.

Jeremy menoleh ke arah Summer, si kembar yang lebih muda telah menoleh ke panggangan samping dan mulai mengerjakannya dengan cekatan. Dia memanggang beberapa roti kecil dan mengolesinya dengan mentega, dengan sikap sempurna dan penuh keyakinan yang sama seperti kakak laki-lakinya.

HELL TWIN - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang