Chapter 9

2.1K 82 1
                                    


"Ah, khun Win, kalau kau tidak berhenti memelukku seperti itu. Aku tidak bisa memasak dan pagi ini tidak akan ada apa pun untuk kita berdua makan." Jeremy memarahi Winter yang kini sudah kecanduan dan tidak mau melepaskannya.

Winter seperti anak berumur dua tahun yang terikat pada ibunya. Dia menempel pada Jeremy sepanjang waktu, bahkan tidak melepaskannya selama beberapa menit. Ini berarti Jeremy hampir tidak bisa berbuat apa-apa.

Meski kemarin malam dan pagi mereka selalu bersama, namun kini Winter tampak jatuh cinta pada pemuda manis itu, tidak mau menjauh darinya, dan jika bisa terus memakannya.... pasti dia sudah memakannya lagi dan lagi.

"Baiklah, kita bisa pesan sesuatu untuk dimakan. Kau ingin makan apa?" Winter menjawab dengan suara datar, tapi tangannya tidak tidak melepas anak laki-laki manis itu, dan terus memeluk pinggangnya kemanapun dia pergi.

Jeremy hanya bisa menghela nafas pelan karena situasi ini, tapi sebenarnya dia tidak merasa kesal sebagaimana seharusnya, sebaliknya, itu membuatnya merasa lebih baik.

"Ah.., Khun Win!" protes wajah cantik itu dengan suara garang karena dia kaget saat Winter memeluknya dari belakang dan dengan berani menghirup aroma dari lehernya.

Aroma tubuh si kecil masuk ke paru-parunya seolah sedang menghirup udara murni Selandia Baru, Pegunungan tempat para Elf berasal.

"Kau bisa memanggilku Win," kata Winter sambil mempererat cengkramannya di pinggang Jeremy, seolah-olah akan naik ke level berikutnya.

"Tidak mau. Sekarang, biarkan aku pergi memasak makanannya. Duduklah dengan tenang, dan tunggu sampai kita bisa makan."

Jeremy berusaha terdengar tegar, tak jarang Jeremy galak, namun kali ini ia benar-benar sudah tidak tahan lagi. Winter tidak berhenti memeluknya, dan mencium bagian belakang lehernya. Tapi sekarang setelah dia berjalan untuk duduk di sofa, dia masih tetap tersenyum bahagia.

Jeremy puas karena dia bisa memarahi orang itu dan dia melakukan apa yang perintahkan.

"Hmm, enak sekali. Kau memang pandai memasak." Setelah memasukkan makanan ke dalam mulutnya, Winter memujinya dengan wajah yang tulus dan senyuman yang menyentuh.

"Aku sering ditinggal sendirian di rumah, jadi harus bisa memasak makananku sendiri. Jka kau menyukainya, aku..."

Pemuda itu tidak berani mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Dia hampir lupa bahwa mereka tidak ada memiliki hubungan apapun.

"Kau akan membuatnya lebih sering, kan?" Winter berbicara dengan lembut sambil menatap lurus ke matanya, yang membuat Jeremy merasa sangat malu hingga harus menunduk.

"..."

"Kemampuanmu bisa dibandingkan dengan ibuku," kata Winter ketika dia melihat wajah orang lain memerah karena kata-katanya, tapi itu semakin membuatnya malu.

'Hm... Kenapa dia menyamakan aku dengan ibunya?' pikirnya marah pada dirinya sendiri dan itu terlihat dari wajahnya yang merah.

Winter menghabiskan hari liburnya bersama Jeremy dengan terus melekat padanya lebih dari yang pernah dia bayangkan. Dia tidak pernah membayangkan bergantung pada orang seperti itu, sampai dia tidak melakukan apa pun di hari-hari senggang itu, selain bersama Jeremy.

Sekarang, si kembar yang lebih tua hendak mengajak pria kecil itu untuk mandi.

"Khun Win, aku bukan anak berusia dua tahun. Kau tidak perlu memandikanku. Aku masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan. Kenapa kau harus selalu berada di dekatku sepanjang waktu?"

Wajah cantik itu mulai memarahi si kembar yang lebih tua karena berada di dekatnya sepanjang waktu dan tidak membiarkannya melakukan tugasnya dengan tenang. Seolah-olah dia sepenuhnya bergantung padanya saat ini.

HELL TWIN - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang