2

2.5K 148 0
                                    

"Jen, kamu udah nugas buat ppt dari pak Taeil?" tanya seseorang sembari menatap Jeno yang sedang rebahan diatas kasur.

Jeno menggelengkan kepalanya, dia merasa capek kalau harus membahas tugas dari pak Taeil.

"Kamu jangan lupa makan, bunda udah masakin, bunda mau ke mall dulu belanja bulanan sama ayah"

Jeno mengangguk, mendudukan dirinya lalu mencium tangan sang bunda sembari tersenyum tipis, setelah bundanya pergi dari kamar Jeno, ia kembali merebahkan dirinya diatas kasur.

Menghela nafas panjang sembari menatap langit-langit kamarnya, ia mengira bahwa Mark yang ganjen terhadap Yeji, nyatanya malah terbalik.

Yeji memacari Jeno hanya untuk dirinya bisa dikenal oleh The Dom, Jeno muak sama percintaan di kampusnya. Jeno bangkit dari duduknya, ia lalu mengambil jaket dan kunci motor berniat untuk nongkrong dengan geng nya.

Butuh waktu dua puluh menit Jeno menyusuri jalan raya yang sekarang sudah lumayan sepi karna hari sudah mulai malam, entah kenapa bunda dan ayah Jeno lebih suka untuk belanja dimalam hari, mungkin karna jalanan sepi dan tidak membuat mereka terjebak macet.

Saat sampai di tempat tongkrongan, ia memarkirkan motor ninjanya ditengah-tengah motor milik temannya itu, memasuki area cafe dan mencari keberadaan geng nya.

"Akhirnya.. Gua kira lu gak bakal mau ikut nongkrong" Sapa seseorang bernama Daeyoung.

Jisung mengenyitkan alisnya, menatap wajah murung Jeno, pria bermarga Lee itu duduk lalu memesan kopi kesukaannya sembari mengeluarkan sebatang rokok untuk ia hisap.

"Lu kenapa Jen?" tanya Jisung.

Renjun, Daeyoung, serta Sion yang tadi sedang asik bermain game kini mata mereka tertuju kepada Jeno. Memang sedari tadi Jeno hanya berdiam diri, tidak bawel atau memaki seseorang yang biasa ia buat kesal di jalanan.

"Ga papa" Jeno menatap datar kearah kopi yang tergeletak diatas meja.

"Galauin Yeji?" tanya Sion memberanikan diri.

Jeno mengangguk sekilas, menatap keempat temannya yang malah menghela nafas, ia lalu menatap mereka dengan tatapan bingung.

"Kenapa?" tanya Jeno.

"Gak usah galauin tuh cewe murahan, masih banyak cewek dikampus yang bisa lu deketin" ucap Renjun sembari meneguk minuman yang entah apa itu namanya.

"Padahal niat gua mau serius sama dia, malah dibuat begini" Jeno kembali menghela nafasnya, meneguk sekali kopi yang ia pesan.

Teman Jeno juga bingung mau bagaimana lagi, namanya juga orang patah hati, pasti mau dikasih omongan panjang lebar ujung-ujungnya tetep balikan lagi.

Tapi untuk masalah ini kayaknya beda, Jeno tidak serendah itu sampai harus mengemis-ngemis minta balikan, kecuali disini dia yang salah.

─────────────────────

Jeno bangkit dari duduknya, menatap keempat temannya yang juga menatapnya bingung.

"Gua balik dulu" ucap Jeno sembari mengambil jaket serta kunci motor miliknya.

"Loh? Masih jam 11 malam, nanggung ampe tengah malam aja" tawar Jisung.

Jeno menggelengkan kepalanya, "Gua capek mau tidur, gua balik dulu ya".

Keempat temannya mengangguk pasrah, lalu mereka tos-tosan ala pria sebelum Jeno pergi, menatap punggung Jeno yang semakin menjauh dari posisi mereka.

"Gua gak ngira kalau Jeno beneran sesayang itu sama Yeji" ucap Sion, dan ketiga temannya kembali menatap mata Sion.

"Gua juga" Renjun yang berbicara.

Diperjalanan Jeno sedang mengebut menuju kerumahnya, tapi ia melihat di tepi jalan ada seseorang yang menyeret seseorang, sepertinya bakal terjadi keributan, sebenarnya Jeno sedang capek tapi dia tidak bisa tinggal diam melihat kejahatan itu.

Jeno menepikan motornya, turun dari motor lalu memasukan kunci motornya di kantong jaket, menyusul orang tadi yang sedang ia incar, akhirnya ketemu. Mereka sedang berada di sebuah gang yang lumayan sepi.

"Woi nyet!" teriak Jeno, keempat pria itu menoleh, Anjai ngaku juga lu pada mirip monyet, batin Jeno.

Jeno membelalakan matanya menatap kaget seseorang yang tadinya ingin ia bantu, ternyata itu Mark. Mark juga sama, menatap Jeno kaget, tapi tatapan mereka putus saat keempat pria itu mulai membacotin Jeno.

BUGH

Pukulan pertama mengenai rahang Jeno, kenapa harus Jeno yang pertama kali dipukul? Padahal jelas-jelas Mark lah yang mereka incar tadi, jika Jeno tau bahwa seseorang yang ingin ia tolong itu Mark ia tidak sudi menolongnya, bahkan sekarang ia menjadi korban tonjokan pertama.

"Bangsat" Jeno bangkit dari duduknya, memegangi rahang kanannya yang sedikit kaku dan sakit, Mark yang melihat itu hanya diam.

BUGH

Jeno kembali menonjok orang yang tadi berani nonjok dirinya, "Kalau mau ngehabisin tuh orang, habisin aja gua gak bakal nolong lu" kata terakhir sambil melihat Mark yang hanya berdiri menatapnya tanpa ekspresi.

Jeno membalikan tubuhnya meninggalkan Mark yang kembali diserang habis-habisan oleh preman itu, entah kenapa saat Jeno berjalan menjauh ia tidak mendengar ada perlawanan dari Mark, Jeno memberanikan diri untuk menoleh kebelakang yang sekarang jaraknya lumayan jauh.

Jeno melotot kaget saat melihat Mark tergeletak penuh luka lembab, jika Mark melawan keempat pria itu Jeno yakin Mark akan menang, karena Mark memang setiap hari selalu berantem dengannya.

Jeno berlari kecil menghampiri posisi Mark dan keempat preman yang sedang menendangi tubuh Mark, Ia lalu menendang punggung salah satu preman itu yang membuatnya tersungkur.

Ketiga pria itu menoleh termasuk Mark tapi balik lagi tanpa ekspresi.

Jeno memulai pertengkaran tiga lawan satu, dan tentu saja ia menang. Lalu ia menghampiri salah satu preman yang tadi tersungkur di tanah.

"Masa preman baru ditendang punggungnya aja udah gak mampu berdiri sih, ayo sini lawan gua!" teriak Jeno, ia lalu menarik baju yang di pakai pria paru bayah itu.

Berkali-kali Jeno layangkan pukulannya, tiga hingga empat dan pukulannya terhenti saat Mark ingin Jeno berhenti memukulinya.

─────────────────────

Jangan lupa dukungan yaaa
ヾ(^-^)ノ

Brengsek | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang