12

1.9K 139 3
                                    

"MAU APA LU BAJINGAN!"

Pria ini terkekeh remeh melihat ekspresi Jeno yang sedang ketakutan.

"Mau bunuh lu sebenarnya... Secara, lu gak langsung udah ngerebut cewek yang udah gua incer dari lama"

Jeno mengernyitkan dahinya, "Siapa?"

"Ya jelas Karina lah siapa lagi"

"Hah?"

Jujur Jeno gak paham maksud dari pria ini, apa yang dimaksud si Karina itu? Yang pernah memberinya hadiah lewat temannya? Wah gila sih.

Jeno sempat menghubungi Karina tapi saat itu entah kenapa Jeno makin males menghadapi perempuan itu yang menurutnya makin lama makin alay.

Tanpa basa-basi Pria itu langsung meninju rahang kanan Jeno, lelaki sipit itu langsung terpental kebelakang lalu memegangi rahang yang bekas dipukul, karena tak terima ia mencoba untuk berdiri dan melawan tapi niatnya terurung saat pria itu mengeluarkan pisau.

"Sampai kapan pun lu gak bakal bisa dapetin Karina, karena dia cuman milik gua!"

Bugh.

Pisau terjatuh begitupun dengan pria itu, Jeno menatap kaget saat melihat seseorang yang habis memukul pria itu.

"Mark"

Mark tersenyum manis, lalu ia mengambil pisau itu dan membantu Jeno agar berdiri, "Ambil barang yang penting, sekarang" bisik Mark.

Jeno dengan sigap langsung berlari kecil untuk mengambil dompet, Handphone serta kunci motor.

Mark menarik Jeno berlari keluar rumah itu, dan langsung menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil.

Jeno sungguh bingung dengan tingkah pria ini yang makin lama ngebuat nya merasa ada yang gak beres.

Diperjalanan mereka berdua hanya terdiam sampai Jeno merasa bahwa Mark akan membawanya ke apartmennya.

Sampai dikamar, Mark menutup pintu dan berjalan kearah dapur untuk mencuci tangan, memasukan pisau itu ke dalam plastik dan memasukannya ke nakas samping kiri tempat tidur

"Thanks ya"

Mark mendongak lalu tersenyum, "Sementara lu tinggal disini dulu ga papa kan? Untuk masalah itu besok gua laporin ke polisi" Jeno mengangguk.

"Kenapa tadi gak usir dia aja?" Tanya Jeno penasaran.

Mark menghela nafas, "Tadi waktu gua masuk ke komplek perumahan lu itu di samping sisi kanan ada segerombolan pria lagi ngumpul di sana kayaknya nungguin lu deh, soalnya mereka bener-bener pakaiannya mirip sama yang tadi di kamar lu itu"

"Dan feeling gua, saat lu melarikan diri ke jalan utama lu bakal dihabisin sama mereka, jelas banget mereka bawa senjata tajam"

Jeno mendelik ngeri, lalu ia bersyukur bahwa Mark datang tepat waktu. Perasaan nyaman saat didekat Mark kembali muncul setelah sekian lama, wangi yang khas membuatnya jadi semakin relax.

"Btw lu wangi banget Jen, wkwk" goda Mark.

Perasaan dilubuk hati Jeno dirinya secara tak langsung sedang memuji wangi tubuh Mark, kok malah di real life Mark sendiri secara terang-terangan memuji wangi tubuh Jeno.

Jeno merasa bahwa telinganya memerah, ia menendang kaki Mark dan membuat sang empu meringis kesakitan.

"Apaan dah?" julid Jeno.

Mark terkekeh, lalu ia berjalan menuju dapur Jeno rasa pria itu akan memasak sesuatu atau membuat.. Mungkin (?)

"Hari ini menu makan malam cuman mie instan aja, gua belum beli stok makanan sebulan" Jeno melihat punggung Mark yang masih fokus terhadap masakannya.

"Mau gua bantu?" Mark menggeleng.

"Duduk aja di situ, sekalian setel tv"

Jeno mengangguk, ia menaruh handphone serta dompet diatas nakas, lalu berjalan keluar keruang keluarga sekaligus yang menjadi ruang tamu, menyetel dan Jeno menghampiri Mark yang sedang menuang makanan diatas piring.

"Kenapa?" tanya Mark membelakangi Jeno.

"A-anu, gua mau bikin minuman buat kita makan.. Sekalian bantu-bantu" Mark masih dengan posisi Jeno tersenyum samar-samar.

"Sure"

─────────────────────

"Enak ga?" Mark memandangi wajah Jeno yang sedang asik menyeruput mie instan.

"Ya rasa mie lah, enak"

Mark mengangguk, kembali fokus memakan mie yang sedang ia pegang sambil menyetel film horor, "btw lu biasa masak selain mie?" entah kenapa Jeno ingin bertanya seperti ini.

"Gua kagak bisa masak selain mie sama masak air, lagian dulu udah gua coba tapi selalu gagal"

Jeno menatap Mark kaget, nih orang tidur sendirian di apartment masa iya setiap hari dia beli diluar, apa gak boros?

"Mulai hari ini gua yang masak aja Mark, gua bisa lah walau gak nguasain banget" Mark menoleh.

"Bisa?"

"Lu gak percaya sama gua?"

Eye contact dengan mereka─ alias Jeno dan Mark, mereka berdiam sejenak memandangi mata yang sedang di lihat masing-masing tersenyum tipis walau tak terlihat.

"Percaya, dikit"

"Bangsat"

"Kok toxic sih?"

─────────────────────

Boleh votenya kakaaaa.

Brengsek | MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang