0.3 La Nuit Dernière

208 51 13
                                    

—#🌷; Last NightBooks, Coffee, and a Beautifull Rainy Night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—#🌷; Last Night
Books, Coffee, and a Beautifull Rainy Night.


















⋘ 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑎𝑖𝑡... ⋙
𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .



















19 Maret 1978

Pada malam itu, angin berhembus begitu kencang menyapu bulu kuduk siapapun yang berada di sekitarnya. Bersamaan dengan debu yang bertebaran, hingga tak sengaja menyakiti netra seorang gadis yang tengah kesusahan untuk berjalan.

Jubahnya terangkat, seakan ingin membawanya terbang bebas bersama hiruk-pikuknya angin malam. Gadis itu tak sempat memakaikan tudung jubah pada kepalanya. Dan sialnya, buku yang sedang ia bawa malah ikut tertiup angin pula.

Lembar demi lembar dari buku itu terbuka, membuat dirinya semakin kesulitan akan hal itu. Sepertinya ia harus meminta Kreacher untuk membawakan kacamata hitam milik Mothernya besok—Walburga Black.

"Oh tuhan," ucapnya pasrah. "Aku hanya ingin berjalan menuju kastil dan mengembalikan buku ini ke tempatnya, apakah serumit ini?!" Lanjutnya.

Leila menarik napasnya dalam, kemudian menghembuskannya kasar. "Oh c'mon, kemana orang-orang pada saat diriku sedang kesulitan?!" Ucapnya lagi, ia hanya bisa meracau pada angin.

Tadi—beberapa menit yang lalu, dirinya pergi ke pohon besar dekat Black Lake hanya untuk mengambil bandonya yang tertinggal di sana. Sungguh, gadis itu tidak bisa hidup tanpa bando di kepala sepertinya. Ia membawa sekotak besar untuk dirinya di Hogwarts, dan masih ada 2 kotak lagi di rumahnya.

Terkadang Sirius dengan tingkah rampoknya, dengan sengaja ia mengambil bando tersebut diam-diam dari dalam tempatnya, kemudian di sembunyikannya bando itu ke dalam lemari milik Regulus.

Hey! Tunggu sebentar, sepertinya samar-samar Leila melihat seseorang dari sebrang sana. Tengah memegang buku, sama seperti dirinya. Sekarang dirinya sangat bersyukur dengan keadaan saat ini, sepertinya tuhan telah mengabulkan permintaannya—walau sembari meracau tidak jelas.

Dengan berat hati dan penuh rasa gengsi di dalam lubuk hatinya, ia dengan lantang memanggil orang tersebut. "Hey! Aku tahu kau dengar, mau kah kau menbantuku?!" Teriaknya.

Orang tersebut menoleh ke arah sumber suara, bisa Leila lihat sepertinya orang tersebut sedang menerawang dirinya. Apakah yang berteriak tadi manusia sungguhan atau makhluk jadi-jadian.

Leila menghela napasnya gusar. Sepertinya semakin malam angin bertiup semakin kencang, dengan netranya yang terkadang kemasukan debu.

"Please, tidak ada waktu untuk makhluk tak kasat mata bermain-main di saat seperti ini," ucapnya berteriak, walau begitu tetap saja suaranya masih bisa terbawa angin. Sungguh angin malam, sangatlah kejam untuk si gadis malang ini.

Thantophobia-Remus LupinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang