Prologue

1.6K 62 16
                                    

Hargailah karya orang lain jika ingin dihargai orang...

Happy Reading Guys

Author Point Of View .....

Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring porselen menjadi satu-satunya suara yang menghiasi makan malam kali ini. Disebuah restoran Italia yang terkenal di London menjadi tempat pertemuan dua keluarga yang sudah saling mengenal sejak lama.

" Jadi bagaimana, apakah kalian setuju?" Tanya salah seorang pria dengan umur berkepala empat itu dari dua orang pria dewasa yang ada di tempat itu. Menatap sepasang anak Adam dan Hawa bergantian.

Pemuda dan Gadis yang ditanyai itu masih membungkan rapat mulut mereka.

"Baiklah-bagaimana denganmu, Justin?" tanya Mr. Lanch pada pemuda yang diketahui bernama Justin. Lebih lengkapnya adalah Justin Raymond Mackleister.

" Aku menyetujuinya Paman, kalau bisa dipercepat juga boleh" Jawab Justin dengan tegas tanpa ada keraguan sedikit pun. Nada bicaranya terdengar sangat dingin begitu pula dengan ekspresinya saat ini. Begitu datar, dingin, dan sorot mata yang begitu tajam.

Lailah dengan gerakan spontan menoleh kearah Justin, dan mendelik tajam. Ya. Wanita yang dijodohkan dengan seorang Justin R. Mackleister adalah Lailah Ester Lanch. Gadis muda yang cantik, sederhana, dan juga cerdas.

"Apa-apaan lelaki ini! Mendengar Aku akan dijodohkan saja jantungku ingin copot! Dan Dia sekarang minta dipercepat? Ohhh yang benar saja. Aku akan meninggal usia dini!" gerutu Lailah dalam hati.

"Lailah..Bagaimana denganmu cantik?" Mrs. Mackleister bertanya suara yang lembut dan ke ibuannya. sembari menolehkan kepalanya menghadap seorang wanita cantik guna mendapat jawaban yang akan terlontar dari bibir ranumnya tersebut.

Lailah gugup, Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia memainkan jari-jari yang terpoles cat kuku berwarna softpink itu dibawah meja bundar tersebut. Suasana hening seketika, orang-orang itu menghentikan acara mengunyah menu utama mereka demi mendengar jawaban Lailah.

" Umm... Aku-Aku belum dapat memutuskannya Paman, Bibi. Kurasa ini begitu mengejutkan dan terkesan... umm bagaimana yaa, tapi-huh mungkin begitu terburu-buru, dan sepertinya Aku membutuhkan waktu untuk berpikir dengan matang" Jawabnya tergagap. Lailah menatap satu per satu orang-orang yang ada disekelilingnya dengan takut. Mata cokelay Lailah bersibobrok dengan mata emas madu milik Justin yang saat ini sedang menatap tajam kearahanya. Lailah buru-buru menundukkan kepalanya takut akan bertemu lagi dengan tatapan tajam milik Justin.

"Tak usah takut, honey. Kami akan memberikanmu waktu untuk berpikir dengan matang, ambilah waktu sebanyak-banyaknya bila perlu. Lagipula pernikahan ini bukan untuk main-main, melainkan untuk kehidupanmu dan Justin kedepannya. Kami akan menunggu jawabanmu saat kau benar-benar telah siap dengan pilihanmu" Mrs. Mackleister kembali angak bicara, Ia berusaha membuat Lailah tenang dan nyaman, karena Ia melihat raut wajah Lailah yang sepertinya takut dan gugup.

" Terimakasih Bibi, secepat mungkin Aku akan memberitahu keputusanku" menatap Mrs. Mackleister Lailah memberikan senyuman simpul terbaiknya.

" Ya sayang, Mom setuju dengan Bibi Pattie. Apapun keputusanmu Mom, Dad, Paman, Bibi, serta Justin akan berusaha menerimanya" kini giliran Mrs. Lanch yang angkat bicara, Ia juga tengah berusaha meyakinkan sang Putri satu-satunya.

" Terimakasih Mom, Kau memang yang terbaik" Lailah memeluk Ibunya yang tempat duduk disamping kanannya.

" Baiklah sepertinya menu utama kita sudah habis, dan inilah saatnya kita memakan makanan penutup" Mr. Lanch mencoba mencairkan suasana dengan mengalihkan topik pembicaraan.

My Lovely Husband (Re-Write) 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang