Disclaimer : MK
Author : Hyuuga Nicha Annisha (Acha)
Fanfic : SasuSaku
Judul : jatuh cinta lagi
Part : 3Sakura memberi salam dengan membungkukan badannya hormat pada pria bermasker itu, berbeda dengan Sasuke yang dengan dinginnya langsung duduk.
"Hi, saya Mei Terumi, sekretaris Hatake Sama." Wanita berambut merah itu mengulurkan tangan mengajak Sakura untuk bersalaman, Sakura menyambut tangan tersebut sebelum sepenuhnya ia duduk.
"Saya Sakura Haruno, sekretaris Uchiha-sama." Sakura mengulas senyum.
"Kulihat jalanmu sedikit aneh Sakura, apakah terjadi sesuatu?" Tanya Pria bermasker itu, Hatake Kakashi.
"A-aku terpeleset sedikit, hanya luka kecil sebentar lagi pasti akan sembuh." Sakura merasa kikuk, pasalnya atasannya sendiri tidak peduli, tapi Kakashi langsung menyadari ada yang aneh dengan jalannya. Ah tentu saja Sakura mati-matian menahannya.
"Permisi," ucap Kakashi memberi kode pada pelayan di kafe itu untuk menghampirinya.
"Tolong bawakan es batu beserta handuk kecil, temanku terluka, harus segera di kompres sebelum membengkak."
"Baik Tuan." Pelayan itupun mengangguk dan pergi untuk mengambil sesuatu yang di minta oleh Kakashi. Begitu baik hati dan pedulinya Hatake itu tanpa membeda-bedakan atasan dan bawahan, karena yang membeda-bedakan adalah si Uchiha.
Sakura merasa malu, sekaligus kagum pada pria yang kiranya berumur 35 tahun itu, andai atasannya sebaik Hatake Kakashi mungkin dirinya tidak akan tersiksa.Tak menunggu lama pelayan itu membawakan apa yang di minta Kakashi.
Sasuke merasa risih dengan sikap klaiennya itu yang seolah tengah mencari muka, menurut pemikirannya."Kakashi, tidak perlu sepeduli itu, dia sekretarisku jadi dia adalah tanggung jawabku, kita dengan sengaja mengatur waktu dan tempat yang pas bukan untuk memperlakukan Haruno dengan demikian," ucap Sasuke, tangannya tiba-tiba menyambar wadah berisi es batu dan dengan kasar menyerahkannya pada Sakura. Dirinya tak terima ada yang memperlakukan Sakura dengan lembut, lebih tepatnya Sasuke lebih senang jika Sakura menderita sepertinya.
"Bukan begitu, aku hanya kasihan dengannya Sasuke, tidak perlu seserius itu, keberlangsungan meeting juga ada karna sekretaris, jika sekretarisnya kurang sehat atau terjadi sesuatu itu adalah tanggung jawab atasan, kalau begini sama saja kau hanya memperdulikan kerja kerasnya."
Sasuke diam tak membalas perkataan Kakashi, sekilas matanya menatap tajam Sakura yang tengah menggenggam es batu dengan di bungkus handuk kecil.
Sakura mengompreskan es batu di kaki kirinya yang tadi keseleo, nampak kakinya sedikit membiru.
.
.
Setelah beberapa saat meeting-pun selesai, Sasuke dan Sakura kembali kekantor. Mereka kini tengah berjalan beriringan menuju ruangan kerja mereka, para karyawan melihat kearah Sasuke dan Sakura dengan rasa penasaran, lebih tepatnya mata mereka memperhatikan Sakura yang berjalan tertatih menahan sakit.
Sasuke menghela nafas kasar begitu pantatnya sudah mendarat di kursi kerja empuknya, mata sehitam malam kelam itu menatap Sakura dengan tatapan tidak bisa di artikan, gadis musim semi itu tengah mengolesi minyak urut di kakinya, dengan raut wajah yang tengah menahan sakit, Sasuke berusaha untuk tidak peduli, tetapi hatinya sedikit iba terhadap gadis itu. Tidak, Sasuke harus tetap terlihat tidak peduli.
"Kenapa kau tidak pergi kerumah sakit saja," ucap Sasuke dingin.
"Ini hanya luka kecil," balas Sakura tak kalah dingin, kesabarannya selalu di uji di depan pria angkuh ini, Sakura tidak bisa tahan dengan sikap atasannya ini, sekali-kali bersikap sama-sama angkuh, tidak apa-apa bukan?
"Bagaimana kau tahu itu luka kecil?"
"Luka kecil atau luka besar sekalipun, aku sudah biasa menanggungnya."
"Luka itu kau sendiri yang melukis." Sakura terdiam, dia tahu maksud dari perkataan Sasuke, luka 'itu' yang dia maksud adalah luka lama. Tapi Sakura sudah tidak peduli, sekarang baginya Sasuke tidak lebih dari atasannya, tentang perasaan itu, Sakura hanya memiliki rasa benci dan dendam terhadap Sasuke.
"Tidak ada orang yang mau melukis lukanya sendiri, jatuh cinta itu adalah anugrah, bukan luka. Jika luka yang kau dapat dari cinta tersebut berarti kau mencintai orang yang salah, seperti halnya aku dulu, tetapi aku yang sekarang beda dengan aku yang dulu. Dulu adalah gadis bodoh yang tengah mengalami cinta monyet, sehingga membuatnya menjadi bodoh." Sakura memukul Sasuke telak dengan sebuah fakta, tidak peduli prinsip dirinya yang tidak ingin membahas masa lalu, salahkan Sasuke yang memancing Sakura untuk mengungkapkan unek-unek dirinya, Sakura merasa jauh lebih lega, mumpung jam makan siang belum berlalu jadi Sasuke, Sakura anggap orang biasa, berbeda jika dalam masa jam kerja Sasuke adalah atasannya.
"Maaf, tidak bermaksud untuk membahas hal itu, aku permisi dulu, Tuan Uchiha." Sakura bangkit dari kursi yang di dudukinya, berbeda dengan Sasuke yang diam di kursi sembari memperhatikan gerak gerik Sakura dari jarak 5 meter, ya tempat duduk mereka hanya berjarak 5 meter.
Deg!
Sakura tersentak ketika hendak keluar, seseorang berdiri di depan pintu. Sakura mengusap dadanya berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar."Maaf mengagetkanmu," ucap orang tersebut sadar dengan keadaan Sakura.
"Ah tidak apa-apa, Tu-Naruto?"
"Sakura, ya?"
Mereka terkekeh bersamaan, tidak percaya bertemu kembali dengan teman lama setelah 9 tahun lamanya.
"Sakura-chan, kemana saja kau selama ini?"
"Aku tinggal di korea, karena ayahku membuka perusahaan di sana."
"Aku pikir kau pergi karena kejadian itu," Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal, terdengar hati-hati dalam berkata takut jika Sakura tak enak hati.
"Tidak juga."
"Ayo kita makan, sekalian mengobrol." Naruto mengajak Sakura, mereka beriringan menuju kantin terdekat, tidak sadar bahwa di belakang mereka Sasuke tengah mengawasi, ada rasa aneh di dalam dirinya ketika mendapati Sakura tengah tertawa bersama laki-laki lain, teringat masa dulu ketika dirinya masih berteman baik dengan Sakura, gadis musim semi itu memang selalu ceria seolah tidak pernah memiliki luka tetapi sekarang setelah 9 tahun, gadis itu berubah drastis tak kalah dingin seperti dirinya namun bedanya Sasuke dingin kesemua orang, Sakura hanya dingin terhadap dirinya.
"Argh...!" Sasuke nampak frustasi seolah ada sesuatu yang menghilang dalam dirinya.
.
.
"Apa saja yang kau lakukan disana?" Tanya Naruto, meletakkan secangkir kopi yang barusan di minum olehnya.
"Tentu saja melakukan hal biasa, contohnya sekolah, kuliah, dan bekerja."
"Soal Sasuke?"
"Kenapa dengan dirinya?"
"Lho, bukannya kau... "
"Itu dulu, sekarang beda lagi, aku sudah tidak mengenal dirinya."
"Lucu sekali kau bisa dengan mudah mengatakan itu," timpal Naruto di iringi kekehannya, prilaku Naruto memang tidak berubah selalu jujur dan blak-blakan.
"Aissh... kau, ku pukul mau? Kau masih sama seperti dulu." Sakura hanya mendelik kesal.
"Masih suka memukul?""Ya, tapi pukulanku ini hanya digunakan untuk kepalamu," balas Sakura tak mau kalah.
"Aku hanya penasaran, adakah rasa keinginan untuk memukul Sasuke?"
"Kau... "
"Kupikir karna dulu kau sangat cinta sama si Teme sehingga tidak pernah memukulnya meski beberapa kali tersakiti olehnya secara tidak langsung."
"Jangan mulai ya Baka," ucap Sakura memperingati Naruto untuk berhenti membahas Sasuke, semua karyawan yang tengah makan di kantin sempat melihat kearah mereka.
"Nah sekarang kau sudah tidak punya rasa apapun, maka pukulah dan luapkan semua emosimu." Naruto memprovokator Sakura dengan semangat, ini seperti punya dendam tersendiri.
"Kau saja yang lakukan."
"Ehemm!"
TBC