Suara mesin deteksi jantung semakin detik semakin melambat, diikuti dengan ritme pernapasan yang semakin lemah. Kepanikan melandai kami sebab tidak hanya dia saja yang mengalami penurunan fungsi organ secara signifikan, tetapi hal yang sama terjadi kepada lima objek sekaligus.
"Ambil mesin pompa! Cepat!" seorang pemuda yang lebih tua dari kami, NB-134 berteriak, terdesak akibat kondisi salah satu objek yang tingkat kritisnya meningkat tajam. "Hei, mana mesin pompanya?"
"Tapi, objek ini juga sekarat," RD-129 membalas, wajahnya tak kalah panik dengan NB-134. "Detektornya 0,23."
NB-134 terdiam, wajahnya pucat dan pandangannya kosong. Dia lirik detektor objek yang hendak ditanganinya dan menemukan angka 0,24 di sana.
Selalu, mereka yang sekarat selalu berselisih satu angka saja.
FM-131 mendekati NB-134 dan menepuk pundaknya. "Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi sekarang. Mereka sudah tamat."
"Tapi bagaimana dengan proses digitalisasinya?"
Menerima pertanyaan tersebut, FM-131 hanya bisa mendengkus pelan. "Kita tidak tahu. Tidak ada yang pernah tahu soal itu, kecuali Tuan Moravec."
Pasrah, bahu NB-134 merosot, decakan kesal turut keluar dari bibirnya. Tampak semangat hidupnya menguap seolah dia baru kalah judi.
"JH-126 dan RK-123, siapkan katrol." FM-131 memberi perintah sambil melepaskan alat penunjang kehidupan pada seorang objek yang sudah mencapai 0,00. "Kita akan keluarkan mereka semua setelah dia." FM-131 menunjuk objek di hadapan NB-134. "Detektornya sama dengan objek ini."
Aku melirik ke tempat JH-126 berada, ketika mata kami bertemu, dia mengangkat bahu sebagai tanda kalau dia tidak memiliki ide apapun selain menuruti perintah FM-131. Sesaat sebelum berangkat, kutengok kondisi NB-134 dan objeknya. Mereka masih sama, hanya saja tinggal beberapa detik lagi objek itu akan mati.
Di luar ruang digitalisasi, akan mudah bagi kami menemukan katrol yang dimaksud FM-131. Gedung tempat kami bernaung memang relatif kecil, itupun di bawah tanah tanpa adanya jalan keluar. Kecuali dengan katrol angkut ini. Hanya saja katrol ini tidak bisa digunakan oleh manusia hidup karena mekanismenya ketika mengangkut.
JH-126 mengecek kesehatan mesin dan memastikannya masih berfungsi dengan baik, sementara aku mempersiapkan besi pengaitnya apakah terpasang sempurna pada katrol. Yang kudapati dari chip di kepalaku, memasang pengait tidak perlu terlalu kencang karena di atas sana pengaitnya harus lepas dari katrol dan bukan dari tubuh objek.
"Sudah siap, RK-123?" JH-126 bertanya setelah dia selesai dengan urusan mesin.
"Kurasa sudah," aku membalas dengan tersenyum masam. "Sudah lima pengait ada di katrol."
"Yah, kita tinggal tunggu saja."
Ternyata tak butuh waktu lama bagi kami untuk menunggu, FM-131 dan NB-134 datang dengan wajah lelah mereka sambil menyeret kereta mayat. Ranjang beroda yang dipasangi rangka sambung. RD-129 tidak ikut bersama kedua pemuda ini karena harus membereskan tabung hibernasi bekas kelima objek.
"Kita angkut satu-satu." FM-131 mengangkat satu objek yang mati lebih dulu, label di lengan kirinya bertuliskan DP-166. "Sesuaikan pengaitnya."
Aku segera mengambil alih, ketika FM-131 dan NB-134 secara bersamaan mengangkat tubuh kering objek mendekati katrol, aku segera memasangkan besi pengaitnya pada lubang pendigitalan di tengkuk objek, tepat di tempat otak kecil berada. Setelah objek berhasil dikaitkan, JH-126 mengoperasikan katrol untuk mengangkat tubuh objek itu naik ke atas, ke jalan keluar satu-satunya dari gedung ini.
Tubuh objek berayun mengikuti gerakan mesin, kondisi yang kering dan pucat serta bola mata memutih membuatnya tampak seperti kayu yang dipahat secara asal. Kami menatapi tubuh itu seolah sedang melihat pameran boneka, padahal sebenarnya setiap objek di sini adalah manusia hidup yang sama seperti kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World Of Silence (Kumpulan cerpen)
Short StoryPernahkah kau berada di tengah hutan, ditemani suasana gelap dan seramnya? Atau pernah bertemu dengan psikopat yang menjalankan rutinitas paginya seperti manusia normal, hanya saja dengan cara berbeda? Terjebak dalam sebuah dunia penuh fantasi, berm...