02.

144 14 0
                                    

Jihyo terbangun di sebuah ruangan putih. Aroma obat sangat amat menyengat. Dari sini bisa ia simpulkan kalau dia masih berada di rumah sakit.

"Kau sudah sadar" ucap Mina membuat Dahyun dan Chaeyoung bertengkar pun berhenti berargumen. "Kepala mu masih pusing? Mau minum air?" tanya beruntun Mina.

"Di mana Tzuyu?" wajah Mina seketika muram. "Katakan di mana Tzuyu!!"

"Jihyo tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku" air mata Jihyo mulai menetes keluar. "Kalian panggilkan Sana Eonni. Aku akan berusaha menenangkan Jihyo"

Mereka pun berjalan keluar dari ruang inap Jihyo. Jihyo masih menangis dan Mina bingung cara untuk menenangkan Jihyo. Tak lama pintu terbuka dan Sana datang menghampiri keduanya. Langsung saja Sana memberikan pelukan ternyamannya untuk Jihyo.

"Tzuyu... aku takut. Eonni..." lirih Jihyo disertai dengan tangisannya.

"Hust... Tzuyu akan kembali. Percaya padaku. Tenanglah dan kita berdoa untuk Tzuyu" Jihyo mengangguk pelan.

.

Jihyo berjalan menuju ruang inap Tzuyu bersama Sana. "Apa kita bisa menjenguk Tzuyu sekarang?" tanya Jihyo ke Momo yang masih stay di situ bersama Mina.

"Bisa. Tapi harus pakai pakaian khusus dan yang bisa masuk hanya satu orang" jawab Momo.

"Di mana yang lainnya?" tanya Sana yang tak melihat member lainnya.

"Mereka pulang. Mereka harus bertemu dengan Sajang-nim untuk meeting mengenai kondisi Tzuyu" jawab Mina. Keempatnya diam sejenak. "Kau masuklah. Kita ke kantin rumah sakit dulu" ucap Mina lalu menarik Momo dan Sana agar menjauh dari Jihyo.

Jihyo menghela nafas pelan dan berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Dengan pakaian khusus, Jihyo berjalan mendekati kasur tempat Tzuyu terbaring lemas dengan alat-alat medis terpasang ditubuh gadis Chou itu.

Jihyo berdiri di samping kasur itu dan mengusap pelan kepala Tzuyu yang terbalut perban. "Melihat mu terbaring lemas ini membuat ku tak tega. Maafkan aku yang tak bisa menjaga mu" lirih Jihyo.

Tangan Jihyo beralih menggenggam tangan Tzuyu. Usapan lembut Jihyo berikan pada punggung tangan Tzuyu. "Ku mohon bangunlah" lirih Jihyo seraya mengusap pipi Tzuyu.

Air mata Kembali menetes keluar perlahan. Jihyo mendongakkan kepalanya guna menahan keluar air matanya.

"Aku tidak mau menangis lagi. Kamu tidak suka saat aku menangis" lirih Jihyo. Entah matanya yang salah lihat, ia bisa melihat air mata keluar dari mata Tzuyu. "Don't cry, baby" lirih Jihyo. Ia mengecup kilas tangan Tzuyu sebelum memilih untuk keluar dari ruangan itu.

Jihyo menutup pintu ruang inap Tzuyu dan duduk diam di kursi yang berada di seberang ruangan itu. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya guna menutupi wajah bengkaknya akibat tangisan.

Mina, Momo, dan Sana kembali sambil membawa sebuah kantong kresek berisikan roti. "Makanlah" suruh Sana. "Aku tidak membelikan mu makanan berat karena rasanya tidak akan enak jika makan makanan berat setelah menangis"

"Kau pulanglah bersama kami. Biar para manager yang menemani Tzuyu" ucap Mina.

"Aku tidak mau. Aku takut terjadi apa-apa pada Tzuyu saat aku tak berada di sampingnya"

"Tapikan-" ucapan Mina terpotong akibat Momo menarik tangannya.

"Biarkan saja. Dia sudah terlalu banyak tekanan. Beri dia waktu" bisik Momo. Mina menghela nafas dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kami pulang dulu. Pulanglah saat kamu ingin pulang"

Sebuah usapan lembut mendarat di kepala Jihyo dari Momo.

Ketiga member Jepang itu pergi meninggalkan Jihyo.
.

3 hari Jihyo setia menemani Tzuyu di rumah sakit. Ia sama sekali tidak pulang ke dorm walau sekedar untuk mandi. Ia meminta para member atau manager untuk membawakannya pakaian ganti. Sudah berulang kali member TWICE dan para manager membujuk Jihyo untuk pulang. Namun gadis itu tetap kekeh pada keputusannya.

Seorang manager datang menghampirinya. "Kondisinya sangat miris" gumam manager itu saat melihat seberapa hitam kantong mata Jihyo. Idolnya itu sudah bertransformasi menjadi panda dalam waktu cepat.

"Jihyo-ya, pulanglah" suruh manager itu.

"Aku tidak mau, Oppa. Sudah berulang kali aku mengatakannya"

"Tzuyu tidak akan senang melihat mu seperti ini. Ia akan sedih saat melihat Leadernya seperti ini karena dirinya"

Seketika Jihyo diam termenung. Helaan nafas berat keluar dari mulutnya. "Aku akan pulang. Tapi aku akan menemui Tzuyu terlebih dahulu"

Sang manager mengangguk kilas. Jihyo masuk ke ruangan Tzuyu. Masih dengan pakaian khusus yang harus ia gunakan.

"Tzuyu-ya, aku pulang dulu" sebuah kecupan Jihyo daratkan di dahi Tzuyu yang tertutupi perban.
.

Jihyo masuk ke dalam dorm dan berpapasan dengan para member yang hendak pergi ke rumah sakit.

"Eoh? Sudah pulang?" tanya Jeongyeon. "Kau tidurlah. Makanan sudah ada di dapur. Kita pergi dulu"

Jihyo hanya diam tak menjawab. Setelah pintu terdengar menutup, ia berjalan menuju kamar milik Tzuyu.

Aroma khas yang sudah lama tak ia cium itu masuk ke indra penciumnya. Begitu cepat untuk menggantikan aroma obat yang selama 3 hari ini ia hirup.

Ia berjalan pelan ke kasur gadis Chou dan berbaring di atas kasur gadis itu. "Aku merindukan aromanya" gumam Jihyo dan mulai memejamkan mata.

The Darkest DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang