Dari sekian banyak rasa sakit, melihatmu bersama orang lain adalah hal yang paling sakitAlegra Rafinandra
*
*
*

***Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. malam ini, adalah malam untuk menanti hari esok yang sudah lama alisya tunggu-tunggu. dan malam ini juga, Alisya tak dapat membendung air matanya kala mengingat kedua sosok yang berarti dalam hidupnya telah pergi sebelum hari kebahagiaanya.
Kini alisya tengah berada dikamar zeno. sosok lelaki tangguh yang sudah lama menemaninya semenjak kedua orangtuanya pergi.
"Kak, siapa yang bakal jadi wali pengganti mama sama papa besok? Gue sendiri ya" tersenyum miris, Alisya menatap pantulan wajahnya di cermin.
"Syuttt... siapa bilang lo sendiri hm? masih ada gue. gue nggak akan ninggalin adik kesayangan gue. gue yang bakal gantiin mama sama papa buat jadi wali Lo besok" tutur zeno lembut sembari menepuk punggung alisya yang bergetar. Alsiya berbalik, menubruk dada bidang Zeno. Menenggelamkan tangisnya dalam dekapan sang kakak.
Rapuh.
Itulah yang zeno lihat dari adiknya semenjak kepergian kedua orangtuanya. walaupun alisya termasuk keras kepala, akan tetapi itu tak bisa sama sekali menutup kenyataan bahwa alisya masih sering menangis ketika mengingat wajah dan kenangan kedua orang tuanya.
zeno tak menuntut alisya sama sekali. begitupun dengan Vira yang selalu memberi support kepada alisya. sosok pengganti ibu keduanya kini.
Tok.. tok.. tok...
"Masuk."
Dari balik pintu muncul sosok yang sangat mereka kenali.
"Bibi?"
"Ada apa Zen? kenapa dengan Alisya?" Vira menatap khawatir, bergegas menuju alisya yang tengah berada di pelukan zeno.
"Kenapa sayang? anak cantiknya bibi kok nangis? ada masalah apa, sayang? bukannya besok hari bahagianya lisya ya?" Vira bertanya lembut sembari mengecup puncak kepala alisya. Alisya tak menjawab apapun. Ia masih setia terisak dalam pelukan Vira.
Zeno melihatnya terenyuh. Setidaknya setelah kepergian kedua orangtuanya masih ada Vira yang menyayangi mereka tanpa balas jasa. tak menuntut keduanya menjadi apa yang ia mau. persis seperti kedua orangtuanya dulu. Tatapan zeno berubah sendu kala mengingat janji nya kepada kedua orangtuanya.
"Maaf bi, zeno gagal ngebahagian lisya,"
Zeno menunduk dalam, tak berani bersitatap dengan pandangan vira.
"Loh, kenapa? nggak kok zeno nggak gagal sayang. udah jangan nyalahin diri sendiri! memang sudah jalan takdirnya seperti itu. kita gak boleh putus asa. ingat zeno sama alisya harus bisa banggain mama sama papa diatas sana,"
"Kalau memang alisya nya nangis gara-gara nggak ada wali untuk besok, bibi bersedia kok sayang!" Sambungnya.
"Makasih bi, zeno bakal ikut buat acara besok" cetus zeno.
Laki-laki itu mendongak, dengan binar terpancar dengan mata berkaca-kaca. Vira tersenyum sembari mengusap puncak kepala zeno, bangga.
"Maaf bi, lisya ngerepotin bibi terus."
"Gak kok sayang, bibi nggak ngerasa direpotin sama sekali."
***
Keesokan harinya sesuai janji Vira semalam, hari ini ia ikut alisya ke sekolah untuk menjadi wali pengganti. Begitupun dengan zeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alegra [END]
Ficção AdolescenteFrom Her To Her ; Follow Dulu Sebelum Membaca, . Alegra, mendengar nama nya saja orang langsung takut ingin berhadapan dengan nya. Laki-laki pemilik wajah tampan namun berbanding terbalik dengan sikapnya yang menyerupai iblis. Namun, tidak sedikit p...