Her, when get sad.
...
Vote and comment is a must, brader.
━━━━━━━━━━━━━
KEHENINGAN di kamar utama yang dihuni oleh dirinya dengan Kiara itu menjadi alasan kuat kenapa dirinya harus tetap tenang.
Miguel menarik nafas sesaat.
Sebelum membuka pintu dari kayu mahoni tersebut dengan perlahan.
"Ki?"
Suaranya yang lembut tak serta merta membuat Kiara bersuara, atau menjawab panggilannya.
Dua manik mata jernihnya pun tak menangkap sosok dari tunangannya.
Dimana..?
Kata sang bunda, ibu dari Kiara, salah satu anak asuhan sang tunangan itu mendapatkan cidera sebab kurang awas dari pengamatan sang terkasih.
Meski sudah dikatakan berulang kali oleh orang tua murid, dan juga, bunda.
Hal tersebut murni kecelakaan.
Tampaknya itu menjadi penyesalan paling dalam dari puannya tersebut, Miguel yang baru pulang kerja ini pun dengan khawatir mencari keberadaan sang kekasih di kediaman mereka.
"Kiara?"
Suaranya menggema di ruang kamar berukuran besar ini.
Tapi sekali lagi.
Ia tak bisa menemukan sosok puannya yang biasanya selalu menyambut kepulangannya dengan tangan terbuka atau sekedar membubuhi bibirnya dengan kecupan hangat.
"Ki? Kiara," panggilnya sekali lagi.
Miguel bahkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dari ruang utama ini.
Dan, ya.
Matanya berhasil menemukan sosok Kiara yang terduduk lesu diatas closet dengan dua tangan mungil yang menutupi wajahnya, seolah sedang menangis karna bahunya pun naik turun.
Itu membuat dadanya berdenyut nyeri.
Melihat kondisi sang kekasih yang tidak bisa dikatakan bagus ini.
Puan kesayangannya itu memang perasa.
Dan, sangat sentimental terhadap sesuatu yang menurutnya sendiri adalah salahnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Miguel pun melangkah mendekati sang kekasih sebelum akhirnya bersimpuh di depan Kiara yang masih belum menyadari keberadaannya itu.
"Hey," sapaan dari Miguel terdengar begitu halus.
"Little Kia,"
Kiara yang semula menangis tanpa suara itu pun mengangkat wajahnya, dan, oh, Tuhan, Miguel makin merasa dadanya sesak saat melihat wajah kekasihnya ini.
Sungguh.
Linangan air mata dan juga wajah memelas yang begitu sedih membuat hatinya makin berdenyut nyeri.
"Kenapa?" tanyanya lembut.
Dua tangan yang jauh lebih besar dari tangan - tangan mungilnya Kiara itu pun menangkup wajah oval bak telur milik kekasihnya tersebut, diusapnya secara lembut pula air mata yang masih mengalir dari pelupuk matanya.
"Why my baby crying like this?"
Bisikan lembut dari Miguel, tentu saja membuat Kiara makin menangis.
"A-aku," isaknya dengan nafas tak beraturan sebab mungkin sudah terlalu lama menangis, "A-aku gagal ja-jadi guru ya-yang baik,"
Miguel sendiri tak menyelak perkataan dari sang kekasih.
Ia hanya mendengarkan dan mengusap air mata yang masih terasa deras itu untuk setidaknya membuatnya terhenti, mungkin sesaat?
"Ta-tadi, Bella ja-jatuh hiks kak-kinya cidera,"
Oh, ia tau bagian ini.
Bunda dari Kiara itu sudah menjelaskan semuanya sebelum Miguel bahkan masuk ke condo yang ditinggali olehnya dan juga sang tunangan.
Ia hanya membiarkan Kiara melepaskan uneg - unegnya.
"A-aku hiks a-aku, gabecus ya ja-jadi guru?" isakan itu makin terdengar pilu membuat Miguel akhirnya menghela nafas dan menatap sang kekasih dengan hangat.
Memberikan kecupan hangat di dua pelupuk mata sang kekasih sebelum kembali menatapnya.
"You're great teacher, Kiara," katanya mutlak tanpa mau dibantah sebab tau jika sang kekasih ingin memprotes ucapannya tersebut, "Sometimes, sometimes, a great teacher made mistakes too. But that's doesn't mean you're not worth being teacher."
Kiara yang masih sesenggukan itu mengangguk kecil.
"My Kiara always be great teacher,"
Ucapan Miguel itu bak mantra yang mampu menghentikan isakan lirih dari sang terkasih.
"And don't say, she's not worthy. I would slap you if you dare saying it."
Buktinya, Kiara sudah berhenti menangis dan memilih untuk memeluk yang lebih muda darinya itu meski posisi Miguel yang masih bersimpuh di depannya.
Oh, Kiara merasa sangat beruntung.
"There you go, this is my Kiara." bisik yang lebih muda ini bangga saat melihat senyuman sang kekasih, "My beautiful Kiara."
Sangat amat beruntung karna dirinya memiliki seorang Miguelle Angkasara.
"I love you,"
Miguel tersenyum dan membalas pelukan sang kekasih, "I love you too, my Kiara, always have and always will." balasnya berbisik.
Itu membuat Kiara ikut tersenyum meski wajahnya berada di antara perpotongan bahu dan juga leher dari Miguel itu sendiri.
Setidaknya membuat Miguel lega.
Kiaranya tak lagi menyalahkan diri sendiri seperti tadi.