Her; series - 003.

385 50 17
                                    

Her, when being so passionately.

...


Vote and comment is a must.



















━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


MANIK mata jernih miliknya itu terfokus pada satu objek, dan ya, siapa memang yang mampu menolak pesona dari sosok Kiara Jasmine.

Oh, Tuhan.

Miguel pun berani untuk bersumpah kalau tunangannya ini merupakan salah satu kesukaan Tuhan pada ciptaanNya.

Habisnya, bagaimana tidak?

Tunangannya itu punya paras rupawan nan jelita yang diatas rata - rata, tinggi semampai, senyum manis, dan tubuh proporsional yang digilai banyak kaum hawa juga kaum adam karna memang seindah itu manusia yang sebentar lagi akan menyandang nama keluarganya di nama belakangnya.

Bahkan dulu, ia harus bersaing dengan banyak orang untuk memperebutkan hati Kiara.

Saking banyaknya yang ingin bersama dengan sosok tunangannya tersebut.

Miguel bahkan tak sampai hati untuk menoleh atau mengalihkan pandangannya dari sosok Kiara yang begitu cantik dengan tutu dan juga baju balletnya.

Entah apa namanya, Miguel tak paham.

Puan cantik itu tengah mengajarkan beberapa anak untuk berlatih dansa.

Ballet lebih tepatnya.

Senyumannya yang tak kunjung pudar saat mengintruksi beberapa anak berusia; paling besar 5 dan paling muda 3, itu terlihat sangat mengagumkan.

Oh, jangan lupakan dengan gerakan - gerakan yang diperlihatkan oleh Kiara pada bayi - bayi menggemaskan itu.

Miguel sangat merasa hangat di dadanya hanya karna melihat dan memperhatikan tunangannya ini begitu, apa ya, cantik? Indah? Mengagumkan?

Tuhan, ia bahkan tak bisa memilih kata yang pantas disandang oleh Kiara saat ini.

Detik demi detik. Menit demi menit.

Semuanya pun berganti jam, dan Kiara terlihat seperti sedang membubarkan kelasnya setelah 2 jam.

Ah, Miguel bahkan tak merasa letih atau pun lelah mengingat dirinya hanya berdiri di antara para orang tua dari bocah - bocah menggemaskan ini.

Sungguh. Ia tak merasakannya.

"El," sapaan hangat dari kekasihnya itu memicu cengiran pada wajah Miguel yang rupawan, "Lama ya?"

Kepalanya menggeleng kecil.

"Enggak, udah beres? Mau langsung pulang atau makan dulu?"

Keduanya berbagi kecupan seolah tak membiarkan orang lain merebut perhatian satu sama lain, Miguel pun meraih duffle bag milik sang kekasih dan menggenggam tangan mungil Kiara dengan tangannya yang lain.

"Sushi, boleh?"

Miguel tersenyum lebar, "Anything that you want, I'll granted it."

Ucapan dari yang lebih muda itu membuat wajah Kiara makin terlihat sangat cantik sebab tersenyum begitu hangat, ah, Miguel memang selalu bisa dan selalu paham untuk memperlakukannya dengan baik.

Kiara bahkan tak segan untuk mendekap lengan tunangannya tersebut dengan mesra.

"Makasih sayang,"

Pipi gembil milik Miguel pun menjadi sasaran kecupannya Kiara.

"Sayaaaang banget sama kamu!"

Membuat sosok yang lebih muda itu hanya tertawa pelan serta membiarkan sikap Kiara yang menurutnya sangat menggemaskan itu.
















...


Lain saat mengajar, lain pula saat memasak.

Meski Kiara itu tak sejago dirinya.

Puan berwajah oval dengan tahi lalat di dagu juga sekitar pipi itu terlihat begitu menggemaskan.

Ah, ayolah. Bagaimana tidak?

Bibirnya mengerucut kecil atau hidungnya setelah mendapatkan instruksi dari sang mami.

Miguel merasa sangat amat beruntung saat ini, sungguh.

Dirinya bahkan tak melebih - lebihkan.

Sosok yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu terlihat begitu fokus dengan berbagai macam instruksi yang diberikan oleh Tatianna, sang mami, untuk memasak sesuatu yang disukainya.

Apalagi kalau bukan hidangan khas dari negeri ginseng itu.

Dubu jigae.

Miguel sendiri tak bisa mengambil alih, dan membiarkan sang calon istri juga sang mami yang menyiapkan semuanya.

Ya, Tuhan.

Emangnya boleh ya bisa menggemaskan dan secantik itu cuman karna mau masak?

"Kiaranya gak diambil orang itu,"

Kelakar dari sang mama membuat Miguel nyaris terlonjak karna dikejutkan oleh sosok wanita yang selama ini membesarkannya itu.

"Mama," keluhnya.

Tamaraㅡsang mama hanya tergelak dan kemudian menepuk bahu lebar dari sang bungsu, "Makanya jangan bengong aja,"

Miguel tak menjawab.

Ia tak bengong, tidak. Ia hanya mengagumi bagaimana Kiara terlihat begitu serius dan begitu menggemaskan di matanya saat memasak.

"Kan, malah bengong. Mending ikut mama ke depan,"

Titahan dari Tamara membuat Miguel mengerang pelan, dan itu, juga kontak menjadi pusat perhatian dari dua orang yang sedari tadi diperhatikan olehnya.

Kiara dan Tatianna pun tertawa.

Menyebalkan, ternyata ya, kalau ketahuan seperti ini?


.

.

.


TBC/fin, maybe.

Ini draft dibuat sebelum bumantara divisi 6 dipublish dAaAAAN aku baru nyadar pas lagi ngescroll kebawah ada beberapa lembar chapter soal Kia sama El, awokawokawok.

Drabbles Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang