oh who is she?

70 9 0
                                    

Ini bukan di bumi yang dimana terdapat ratusan negara, ribuan budaya, dan ribuan bahasa. Namun, di suatu dunia yang dimana terdapat 7 negara yang dipimpin oleh seorang archon di setiap negaranya dengan celestia sebagai kekuasaan tertinggi.

Seorang pria dengan lambang bintang emas di lehernya sedang memahat sebuah patung seorang wanita di tengah lebatnya badai salju di gunung dragonspine, entah mengapa pria ini tiba-tiba memahat sebuah patung terlebih lagi patung seorang wanita di laboratorium tempat bekerjanya.

Tak hanya patung, sang pria juga membuat satu buku penuh tentang sang wanita yang ia pahat. Buku tersebut hanya tentang sang wanita, namun sayang sekali nama sang wanita tak tercantum dalam didalam buku tersebut.

Ia selalu memimpikan sosok wanita itu, suaranya yang lembut namun juga terkesan tegas, tatapannya yang hangat namun juga menyimpan kesepian.

Cuaca dingin dragonspine bukan menjadi halangan baginya untuk memahat sang wanita, butuh satu bulan lamanya ia memahat, memastikan setiap detail hingga bagian terkecil.

Ia mengambil beberapa langkah kebelakang, melihat hasil pahatannya.

Sempurna, sangat sempurna. Sang wanita seperti hidup dalam pahatan tersebut.

Matanya tak berkedip saat melihat patung tersebut.

Cantik.

Itulah yang ada dalam pikirannya. Walaupun itu hanyalah sebuah patung, entah mengapa ia dapat merasakan sesuatu yang berbeda dari patung tersebut.

Tangannya bergerak, membelai sisi pipi patung dengan penuh kasih. Gerakan yang sangat berhati-hati, seakan takut merusak pahatan indahnya.

Mata birunya tak sedikit pun berpaling.

Lagi dan lagi ia melihat sosok tersebut. Wanita cantik yang tersenyum hangat kepadanya. Senyuman itu sangat indah. Suaranya sangat lembut serta manis bak madu. Mata kosong itu gemerlapan seperti bintang dengan tawa riang yang menyambut, seolah semua hal spesial yang dilakukan sang wanita tersebut hanya ditunjukkan kepadanya.

Mata Albedo terkunci pada kejelitaan sang dara. Angin berhembus dengan lembut membuat surai gelap yang tampak sangat halus itu beterbangan.

Entah mengapa Albedo dapat merasakan tangannya ia genggam erat. Entah mengapa dapat ia rasakan hangatnya tangan sang wanita saat ia genggam tangan yang lebih kecil itu. Entah mengapa dapat ia rasakan halusnya pipi sang wanita.

Dapat ia rasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasa hangat menjalar ke wajah sang pria. Perut nya terasa tergelitik seolah ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

Rasanya sangat candu.

Tetapi, mengapa hatinya juga merasa sakit secara bersamaan?

Sakit sekali rasanya.

Matanya memanas. Air mata membendung di ujung matanya, siap akan tumpah kapan saja jika ia tak mengontrol emosi nya.

Netra biru itu terbelalak. Sang wanita melepaskan genggaman mesra mereka. Kakinya melangkah, menjauh ke hamparan bunga yang tak terlihat ujungnya.

Sang wanita tersenyum manis kearahnya. Namun, senyuman tersebut sangat menyakitkan.

Tangan yang berlapisi sarung tangan tersebut berusaha meraihnya. Berusaha meraih sang wanita agar kembali ke pelukannya.

Albedo berlari. Mengejar nya hingga sang wanita hilang dalam cahaya yang meninggalkan bekas serpihan bintang yang berterbangan.

Kepalanya menoleh kesana-kemari dan menyadari bahwa ia sendirian di tengah hamparan ladang bunga.

Seketika ia merasa ada sesuatu yang kosong, sesuatu yang hilang dari hidup nya.

Namun, apa itu?

Seketika suara teriakan melengking khas anak kecil memanggil namanya yang membuatnya terkejut dan kembali ke realita.

"KAK ALBEDOO!!!"

Seorang anak kecil berambut pirang dan bertopi merah tak lupa tas merah yang digendongnya itu dengan gantungan dodoco.

Albedo yang dipanggil pun menoleh kearah suara dan tersenyum lembut kearahnya.

Jika saja Klee tak datang sembari meneriaki namanya, mungkin ia akan jatuh lebih dalam.

"Ah, Klee? Kau datang."

Klee pun mengangguk semangat, namun atensinya beralih ke arah patung yang albedo buat. Matanya mendadak bergemerlap seakan ada kelap-kelip bintang dimatanya itu. Ia menunjuk kearah patung tersebut dengan semangat.

"ELLA! ITU KAK ELLA!"

Satu nama yang membuat Albedo bingung. Siapa orang yang Klee maksud?

Juga, kenapa rasanya sangat sakit ketika mendengar nama tersebut?

Ia melihat kearah Klee seolah ia tak mengerti ucapan sang gadis cilik bertopi merah tersebut "Ella?"

Albedo memiringkan kepalanya bingung seakan bertanya, siapa 'Ella' itu?

Klee hanya mengangguk dengan semangat, wajahnya tampak berseri saat Albedo membahas Ella.

"Iya! Waktu itu kan kak Albedo, Klee dan kak Ella main di taman yang penuh bunga! Waktu itu kak Ella sedang melukis dan lukisannya sangaaat indah!"

Penuturan Klee membuat Albedo terkejut. Itu terdengar sangat familiar. Mendadak kepalanya terasa sangat pusing. Telinga nya berdengung hebat. Nafasnya memburu berat, ia berusaha menenangkan dirinya.

Klee yang melihat itupun cemas, kaki kecilnya berjalan kearah Albedo dan menggenggam erat tangan nya.

"Kak Albedo tak apa?"

Tersirat nada penuh kekhawatiran dari sang gadis kecil yang dibalas anggukan oleh sang empu.

Albedo menatap nanar kearah patung tersebut sebelum ia menghela nafas panjang. Ia mencoba menjernihkan pikirannya.

"Klee, apa kau tau dimana Ella tinggal?"

Albedo mencoba tenang dan menggali beberapa informasi. Klee membalas anggukan cepat.

"Tentu! Kak Ella tinggal di bumi!"

Alis Albedo terangkat menandakan ia merasa terkejut namun juga heran.

"Bumi? Dimana itu? Aku belum pernah mendengar nya. Apa itu sisi lain teyvat?"

"Ihh bukan! Bumi itu bukan di teyvat!"

Mata Albedo mendadak melebar sempurna. Ia memfokuskan percakapan ini dengan informasi yang diberikan.

"Lalu? Dimana bumi itu? Dan bagaimana caranya kita kesana?"

"Um..klee tidak begitu tau bagaimana menjelaskannya, intinya waktu itu kita ke bumi bersama mama!"

Seketika Albedo dapat merasakan bahunya melemas.

Ahh, tentu saja. Tante Alice. Semuanya sangat jelas sekarang. Bagaimana ia bisa tak memikirkannya.

Sedangkan disisi lain, seorang wanita dengan rambut yang senada dengan Klee terkekeh geli melihat interaksi anaknya dengan seseorang yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Hampir saja ketahuan ya..."

Wanita tersebut hanya tersenyum penuh arti lalu membalikkan badannya berjalan kearah sisi yang lain.

"Sebaiknya aku kembali lagi... takut Ella akan mencari ku."























❝Let's meet in the field of green❞

The End

Fantasy || AlbedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang