PART 19 - LOVE TRIANGLE?

96 61 88
                                    

"Akira-kun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akira-kun ...."

Tersuarakan layaknya sebuah panggilan biasa. Ratusan gadis pernah menyerukan namanya, namun bagi Akira tidak akan ada yang mampu membangkitkan getaran di hati selain suara gadis itu.

Lantas kakinya yang melintasi koridor berhenti secara spontan, seolah panggilan yang tidak ada istimewa-istimewanya dari Zoe Sachi bertindak seperti rem yang mampu menahan laju sebuah roda.

Setelah nyaris satu minggu tifus membuatnya tak mampu beraktivitas layaknya orang normal, ini hari pertamanya usai segala bentuk rasa sakit itu mereda.

Ketika tubuhnya berputar ke kelas B, matanya menjumpai Zoe Sachi berlari-lari kecil ke arahnya. Ujung rambut coklatnya yang dikuncir kuda memantul-mantul layaknya pegas, seirama gerakan tubuhnya.

"Ohayou, Sachi-chan," sambutnya antusias.

Tanpa melibatkan rasa canggung yang semestinya dimiliki oleh seorang gadis yang telah melecutkan sebuah penolakan terhadap pengakuan cinta Akira, gadis itu menarik senyum lebar.

"Bagaimana kabarmu? Apakah sudah lebih baik?"

Jika saja, ingatan mengenai penolakan Sachi tidak terlintas di kepala, maka nada perhatian dan kepedulian yang dilayangkan gadis itu sudah pasti membuatnya salah paham.

"Sudah lebih baik. Mungkin karena kau sering menjengukku," tandasnya.

Mengingat ketika ia sakit, nyaris setiap hari Zoe Sachi dan Ryuichi Hiro selalu menyempatkan untuk menjenguknya. Sesekali gadis itu menghadiahi makanan buatan tangannya. 

Dan karena hal kecil itu, cukup membuat semangat Akira untuk kembali sehat menjadi lebih besar. Meskipun, ia kehilangan beberapa kilo bobot tubuhnya, dan efek itu sama sekali tak dapat dihindari ketika nafsu makannya menurun drastis.

Seolah yang ia lakukan bukan sesuatu yang layak untuk mendapatkan sanjungan, gadis itu menggeleng tidak enak. "Tidak-tidak, aku tidak melakukan banyak hal yang berarti," sanggahnya. "Oh, ya. Di mana Hiro-kun. Dia berangkat bersama Akira-kun, bukan?"

Oh, secepat itukah topik ini berganti? batin Akira.

Mata laki-laki itu menyipit curiga, ketika dirasa ada sesuatu yang aneh terhadap pertanyaan gadis itu. Hanya sesaat, sebelum pada akhirnya keraguan itu ia usir paksa. Tentu saja, mereka 'kan saudara tiri yang tinggal dalam satu rumah, sudah pasti pertanyaan sejenis itu cukup wajar.

"Dia sedang menemui Sensei," jawab Akira terus terang, "menyerahkan kuisioner karir masa depan."

Sepasang mata gadis itu membulat dan menampilkan binar yang berbeda. "Benarkah?"

Seakan ia tidak membutuhkan jawaban dari Akira, senyum terkulum yang lebih ditunjukkan untuk dirinya sendiri timbul.

Namun, mau tak mau kecurigaan di hati Akira terbit kembali. Ada apa ini? Mengapa dia sangat antusias ... dan peduli?

The Light Start at 18yo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang