PART 1 - SHIDERAZAKURA

308 171 295
                                    

"Baik, aku mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik, aku mengerti. Karena Ayah sangat menyukai Seira-san. Jadi kapan pernikahan Ayah dan Seira-san akan dilaksanakan?" Suara laki-laki itu nyaris membuat jantung Sachi berhenti berdetak.

Kepalanya pun menoleh cepat ke laki-laki yang duduk dengan tidak nyaman di seberang mejanya. Mengapa dia berkata begitu? Apa dia benar-benar telah menerima rencana pernikahan orang tua mereka dengan suka rela?

Yang benar saja!

"Terima kasih atas pengertiannya," sahut Ibunya, tersenyum lebar. "Kami sudah memutuskan, pernikahan akan dilakukan dua bulan lagi."

Ucapan ibunya kembali menyerang benaknya sampai nyaris membuatnya hilang akal. Apa, yang benar saja? Apakah Ibunya sudah mempertimbangkan keputusan ini sejak lama?

"Ibu ...." Sachi hendak menginterupsi, barangkali mereka bisa berdiskusi sebentar saja. Mengenai calon ayah tirinya, mengenai tanggal pelaksanaan pernikahan, atau apa pun itu.

"Sachi, dia laki-laki yang baik. Dan calon ayah yang tepat untukmu maupun Sotha," tandas ibunya seakan tak ingin keputusannya diganggu gugat oleh anaknya.

Sachi hanya menggigit bagian bawah bibirnya kecewa. Tangannya terkepal tegang di atas pangkuannya,

Itulah mengapa, pada akhirnya ia hanya tertunduk lesu dengan bahu merosot setelah melayangkan tatapan pada semua orang yang duduk dalam satu meja dengannya, seolah memastikan bahwa mereka mengalami hal yang sama seperti yang Sachi rasakan. Tapi, ternyata tidak. Sepertinya hanya Sachi yang tidak sanggup menerima keputusan itu dan yang lebih buruk, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sudah sangat lama keputusannya tidak lagi penting menurut Ibunya. Walaupun sekadar harapan, ingin sekali apa yang terjadi di hari ini, maupun tempat ini hanyalah mimpi buruk, dan ia segera terjaga pada akhirnya.

Tapi, sialnya ini kenyataan. Pada dasarnya ia selalu terjaga. Dan mau tak mau ia harus menerima segalanya, menyiapkan hatinya untuk kemungkinan terburuk.

Ketika acara makan malam dari dua keluarga itu itu berakhir, untuk yang terakhir kalinya ia kembali menatap mata laki-laki itu lekat-lekat. Apakah ia benar-benar setuju bersaudara dengan Sachi? Ataukah keputusannya tadi hanya sekadar hanya sandiwara? Sachi tidak mengerti.

Bagi Zoe Sachi, dia hanyalah sebatas mimpi yang tiada akhirnya. Pergi semakin menjauh sebelum Sachi mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya. Kepingan mimpi berkesan yang Sachi alami selama dua tahun terakhir. Tapi apakah pada akhirnya ia harus menghapus kepingan mimpi itu?

***

Kakinya tidak berniat berhenti membawanya melangkah membelah keramaian Shibuya yang selalu padat. Sekali lagi ia mendesah berat, berharap rasa nyeri dibenaknya ikut terbawa lepas ke udara. 

Matanya terasa buram, pandangannya kabur, kepalanya berkabut, otaknya terlalu kacau untuk dibuat berpikir hal sepele sekali pun. Ingin sekali ia berteriak sekencang-kencangnya supaya kekacauan di kepalanya menghilang, terbawa keluar ke udara bebas. Namun, ia tak ingin mengambil resiko dianggap sebagai orang gila di tempat umum ini.

The Light Start at 18yo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang