- Chapter 2 -

601 33 8
                                    

          Seperti janjinya kemarin saat ini Areksa sedang duduk di sebuah Cafe yang berada tepat di seberang kampus Kanala. Satu jam berlalu namun tidak ada tanda-tanda kedatangan gadis yang ia tunggu.

Tringgg...

          Lonceng berbunyi, seorang pembeli masuk kedalam Cafe membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arah pintu begitupun dengan Areksa.

          "Lu liat ga si muka sok polos nya tadi? Dia kaya gitu pura-pura bego apa beneran tolol sih?" Ucap salah satu dari segerombolan pembeli yang baru saja memasuki Cafe itu.

          "Tapi dia ga akan ngadu ke siapa-siapa kan ya?" Ucap seorang gadis dengan suara pelannya dari sudut Cafe.

          "Santai aja kali nama dia juga uda jelek di mata dosen gara-gara image otaknya."

          "HAHAHA." Terdengar suara tawa pecah mereka berlima seolah merasa puas dengan apa yang baru saja mereka lakukan.

          Areksa bangkit dari tempat duduknya dengan minuman yang belum tersentuh sama sekali. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres tentang gadisnya.

• • •

          Kanala memunguti barang-barangnya yang berantakan satu persatu akibat ulah dari Bianca dan teman-temannya.

          Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikan kegiatannya dan menunggu hingga Kanala selesai membereskan barang-barangnya.

          "Wuahh! Kaget aku, kamu sejak kapan berdiri disitu." Teriak Kanala melihat Areksa sedang berdiri dan menyenderkan badannya ke tembok.

          Tanpa bicara sepatah katapun Areksa menarik tangan Kanala dan membawa nya ke tempat mobilnya berada.

          "Lain kali kalo uda main fisik lawan jangan diem aja, gua cuma suruh lu diem kalo mereka cuman nyinyir biasa beda cerita kalo main fisik. Lu lemot bukan bego."

          Kanala hanya menundukkan kepala nya sedari tadi tidak berani menjawab ucapan Areksa, karena ia tau Areksa pasti kesal harus menunggu lama di Cafe dan sekarang mereka terlambat satu jam dari janji yang seharusnya untuk menemui Ibunda Areksa.

          Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara pelan deru mobil dan lantunan musik yang terdengan dari airpods milik Kanala. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara, Areksa dengan ego nya yang tinggi saat sedang kesal dan Kanala yang takut untuk memulai obrolan.

          "Mamaa.." Panggil Kanala saat pintu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita paruh baya sedang tersenyum hangat ke arahnya.

          "Halo sayang.." Kanala ikut tersenyum mendengar sapaan hangat yang diucapkan wanita yang sudah dia anggap ibu ke-2 nya.

          "Kok lama kalian kemana dulu? Mama udah masak tinggal nunggu kalian." Kanala yang mendengarnya langsung menatap Areksa seakan mengirim kode rahasia untuk tidak mengatakan apa yang tadi terjadi.

          Areksa yang seakan mengerti akan kode tersebut hanya pergi melewati mereka tanpa berkata apa-apa.

          "Tadi Kanala telat keluar kelas, soalnya harus diskusi dulu buat tugas kelompok ma." Bohong Kanala dengan senyum manisnya.

          "Yaudah, ayo makan dulu mama udah masak banyak buat kamu sama Areksa."

          Jam telah menunjukkan pukul 19:00, saat ini Kanala sedang duduk sembari menonton TV di sofa ruang tamu bersama ibunda Areksa. Suara langkah kaki terdengar dari tangga terlihat Areksa disana mengenakan setelan jaket jeans hitam dengan celana panjang.

          "Kamu mau kemana?" Tanya sang ibunda saat melihat anaknya sudah berhenti dihadapannya dengan tangan yang hendak menarik Kanala untuk ikut dengannya.

          "Mau ke rumah temen sekalian nganter Kanala dulu pulang." Areksa menarik-narik tangan Kanala pelan mengisyaratkan Kanala untuk segera berdiri.

          "Masih jam segini kamu ke rumah temen kamu dulu aja Sa, biar Kanala sama mama nanti kalau kamu sudah pulang baru anter Kanala."

          "Gabisa ma, Reksa pulang malem ribet juga lagian bolak-balik."

          Satu tangan Kanala masih berada ditangan Areksa dan saat ini tangan satunya justru ditahan oleh sang ibunda.

          "Kalo gamau yauda Kanala pulang pake taksi aja ntar." Areksa melepas genggaman tangan Kanala dan keluar untuk mengambil mobilnya.

          "Kanala pulang bareng Reksa aja ya ma, takut kemaleman juga nanti papi marah." Setelah mendapat anggukan dari ibunda Areksa dan berpamitan, Kanala pergi untuk pulang bersama Areksa.

          Hanya butuh waktu sekitar 20 menit menembus kemacetan Jakarta untuk sampai didepan rumah Kanala.

          "Kamu mau langsung cabut? nggak mau mampir dulu?" Ucap Kanala dengan tangan memegang gembok pagar hendak membukanya.

          "Gabisa sekarang next time aja ya, aku harus ke rumah Yohan urgent." Belum sempat Kanala merespon Areksa sudah hilang dari pandangannya.

• • •

          Dentuman suara musik terdengar diseluruh penjuru ruangan, banyak orang yang tengah asik menggoyangkan badannya mengikuti alunan musik.

          "Yo whats up bro! Gimana? Kok lu bisa kesini? Kanala ga marah?" Ucap salah satu dari ketiga temannya.

          "Aman, soalnya gua bawa nama Yohan." jawaban Areksa mengundang gelak tawa dari teman-temannya.

          "Gua mulu yang ditumbalin." Seorang laki-laki yang sedari tadi diam tampaknya tidak terima dengan yang dilakukan Areksa.

          "Nih minum."

          "Thanks, Dan." Tanpa berpikir panjang Areksa mengambil botol yang disodorkan oleh Aidan.

          "Ketengah lah lagi asik nih." Mereka pun akhirnya ikut menari ditengah menyatu dengan keramaian.

Deg!

          Areksa menoleh ke belakang tepat ke arah seorang perempuan yang bertabrakan bahu dengannya, Areksa hendak menegur perempuan itu namun fokus nya teralihkan karena Aidan memanggilnya duluan.

          Disisi lain entah ini keberuntungan atau kesialan perempuan yang bertabrakan bahu dengan Areksa adalah Nasya teman baik Kanala. Melihat kejadian barusan Nasya segera pergi dari tempat itu untuk menghubungi Kanala.

          Tak butuh waktu lama untuk Kanala menjawab panggilan dari Nasya. "Apa lek?"

          "Lu dimana?" Nasya tidak melihat Kanala disana, ia khawatir jika kemungkinan Kanala masih ada di dalam.

          "Gua di rumah, kenapa?"

          Terdengar suara hembusan nafas lega dari arah Nasya setelah mendengar jawaban Kanala. "Cowo lu dimana?"

          "Abis nganter gua balik tadi dia pamit ke rumah Yohan. Emang kenapa si cya?"

          "Lu gapernah cerita ke gua Na, kalo cowo lu berengsek."

          "Apa sih anjir? Lu kalo ngomong yang jelas."

          "Cowo lu di club dongo! Lu dikibulin."

• • •

~ to be continued?

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang