- Chapter 5 -

308 11 4
                                    

          "Ah elah, lu tuh emang gabisa di andelin. Ga kaya Karen."

          Sambungan telepon terputus meninggalkan sebilah pisau yang terasa menusuk dada Kanala, hatinya tidak bisa berbohong ini sakit sekali.

          'Karen ya Sa? Udah lama aku ga denger nama dia keluar dari mulut kamu, aku pikir kamu udah mulai lupa ternyata aku salah.'

          Kanala pulang dengan keadaan matanya sembab hatinya masih terasa perih sekali, ia berjalan menyusuri trotoar dekat halte kampusnya. Hujan tengah mengguyur kota Jakarta hari ini seakan mendukung Kanala untuk menangis bersama butiran hujan yang membasahi jalan.

          "Hachu!" Sudah 6 kali Kanala bersin sejak sampai di rumah hingga maminya mulai khawatir dan membawakan semangkuk sup ayam panas untuk meredakan flu Kanala.

          "Besok kamu absen dulu aja kuliahnya kasian demam gitu." Ucap mami sembari tangannya memeras kain kompres di baskom.

          "Engga mi, cici minum obat aja besok juga sembuh kok." Bukan Kanala kalau tidak keras kepala, maminya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perkataan putrinya.

          Jam menunjukkan pukul 21:07, saat ini Kanala sedang duduk di sebuah sofa didekat jendela kamarnya memandangi ponselnya yang tidak menunjukkan adanya panggilan ataupun pesan satupun dari Areksa.

          'Ah elah, lu tuh emang gabisa diandelin. Ga kaya Karen.'

          Ucapan Areksa siang tadi masih terputar jelas diotak Kanala, setiap kata dan setiap kalimatnya tersimpan rapat diingatannya meninggalkan perih yang melukai hatinya.

          Tringgg...

          Kanala mengusap air matanya akibat luka yang datang kembali, dengan segera Kanala mengambil ponsel dan mengangkat telepon tanpa membaca nama yang tertera disana.

• • •

          "Cheers!" Suara dentingan gelas yang saling beradu dan dentuman musik yang memasuki telinga bagaikan surga bagi manusia manusia disana.

          "Lu abis berapa botol anjing?" Ucap Yohan dengan tangan memegang botol ditangan Areksa mencegahnya untuk meneguk botol itu kembali.

          "Baru 2." Areksa menepis tangan Yohan dan kembali meneguk botol minumannya hingga hanya tersisa setengahnya.

          "Udah anjing, lu ga bisa minum lebih dari 2 botol." Sekarang giliran Bintang yang ikut menahan tangan Areksa.

          "Gausah ngatur-ngatur gua bangsat, kalian sama aja kaya Kana.. HUEK!" Areksa tiba-tiba memuntahkan minumannya dan meringkuk memegang perut dan dadanya, rasanya panas sekali.

          "Nah kan, terus kalo udah kaya gini gimana anjing?" Ucap Bintang sembari berusaha membantu Areksa untuk duduk.

          "Bawa ke rumah sakit dulu, punya temen udah ngeyel nyusahin orang sialan." Aidan dan Yohan membopong Areksa menuju mobil Bintang.

          "Kabarin siapa? Karen? Gua call Karen ya?" Aidan hendak mengeluarkan ponselnya dan dihentikan oleh Bintang "Gila lu udah putus goblok."

          "Kabarin Kanala." Ucap Yohan dari balik kursi kemudinya.

• • •

          Tringgg...

          "Halo? Areksa?" Tidak ada jawaban dari seseorang diujung ponsel sana, Kanala masih menunggu jawaban dari seseorang yang ia harapkan.

          "Ini Kanala ya? Ini Bintang." Kanala refleks melihat tulisan nama yang tertera di panggilan ponselnya dan benar saja bukan nama Areksa yang ada disana.

          "Oh iya Bintang? Kenapa ya?"

          "Sebelumnya gua sama anak-anak mau minta maaf, Areksa tepar kobam abis 3 botol."

          Tangan Kanala mengepal nyeri seperti tersengat listrik, perutnya mual, pandangannya menerawang. Ia khawatir dengan Areksa rasa panik memenuhi pikirannya.

          "Ini kita mau bawa Areksa ke Rumah Sakit Medika Taruma."

          Ucapan Bintang barusan mebuyarkan lamunan Kanala ia segera menutup panggilannya, mengambil tas dan kardigan tipisnya lalu segera menuju ke Rumah Sakit yang Bintang sebutkan.

          Sesampainya Kanala disana sudah terlihat Yohan, Aidan, dan juga Bintang berdiri didepan IGD, mereka terlihat kebingungan dengan kedatangan Kanala yang tiba-tiba.

          "Kanala? Lu kesini sama siapa?" Hanya Yohan yang menyapa Kanala karena Aidan dan Yohan memang belum pernah bertemu Kanala secara langsung sebelumnya.

          "Sama papi, Areksa mana?" Mata Kanala menelusuri seluruh sudut Rumah Sakit mencari dimana laki-laki itu berada.

          Mata Kanala tertuju ke sebuah brankar terlihat postur tubuh yang sangat dia kenal dan benar saja itu adalah Areksa. Kanala duduk disamping brankar dan menggenggam tangan Areksa, menapat setiap sudut wajahnya yang sedang terlelap.

          "Halo, ko?" Setelah puas memandangi Areksa yang sedang terlelap, Kanala menepi dan mencoba menghubungi kakak laki-laki nya yang merupakan seorang dokter.

          "Iya kenapa, La?"

          "Koko tau nggak kalo pingsan abis minum gitu harus gimana?"

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang