"HAH?! APA?!" Kanala refleks menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar suara teriakan nyaring dari dalam ponselnya.
"LU NGAPAIN NGERJAIN TUGAS AREKSA ANJIR?"
"Gua mau balik dulu bye, Cya." Kanala memutus sambungan telepon dan berjalan keluar dari area kampusnya.
Dengan telepon masih digenggamannya Kanala sedang berusaha menghubungi Areksa memintanya untuk menjemput Kanala. Sudah hampir setengah jam Kanala menunggu disana dengan puluhan pesan yang ia kirimkan namun tidak kunjung mendapat balasan dari sang penerima.
"Kanala?" Mendengar namanya dipanggil ia menoleh dan mendapati wajah yang tak asing tengah berdiri dan menatapnya dari samping.
"Yohan?" Kanala mengerutkan keningnya tanda kebingungan dengan kedatangan Yohan yang tiba-tiba.
"Gua tadi abis beli makan di sana." Tangannya menunjuk ke arah sebuah rumah makan padang yang tengah ramai pengunjung hari itu. "Terus gua liat lu disini sendirian, nunggu Areksa?"
"Eh? Iya nunggu dia." Pandangan Kanala kembali ke ponselnya melihat apakah ada jawaban dari laki-laki yang sedari tadi ia tunggu kedatangannya.
"Woy monyet." Terdengar suara yang tidak asing di telinga Kanala, Kanala menoleh ke arah suara dan benar saja ternyata itu adalah Nasya.
"Cepet buruan sini udah dicariin nyokap lu." Setelah mendengar teriakan khas dari sahabatnya Kanala langsung berpamitan kepada Yohan dan berlari kecil menuju mobil Nasya.
Suasana di dalam mobil mendadak hening tidak seperti biasanya kini Nasya diam seribu bahasa dan hanya fokus menyetir.
"Lu ga mau nanya sesuatu cya?" Ucap Kanala yang mulai merasa tidak nyaman dengan keheningan ini. Namun, bukannya terdengar jawaban justru helaan nafas panjang terdengar dari sebelahnya.
"Sejak kapan lu jadi babu nya Areksa gini?" Entah mengapa saat mendengarnya Kanala merasa kata 'babu' sedikit tidak sesuai dengan situasinya saat ini.
"Bukan 'babu'. Areksa cuma bergantung sama gua dan gua suka artinya dia nganggep gua ada buat dia."
"Terserah lu dah, atur aja." Nasya memberhentikan mobil nya tepat di depan rumah Kanala tidak ada ucapan berpamitan Kanala segera turun dan Nasya langsung menjalankan mobilnya kembali untuk pergi dari sana.
• • •
"Cici dipanggil mami disuruh makan." Terdengar suara Alea sang adik dari balik pintu kamarnya.
"Nanti aja cici nggak laper."
Jam telah menunjukkan pukul 11:25 dan Kanala sedang berkutat dengan laptop nya. "AAAAA Otak gua mau meledak gimana caranya ngelarin makalah 2 mata kuliah dalam semalem monyet."
Tringgg...
"Halo?" Kanala refleks mengangkat telepon tanpa melihat nama yang tertera diponselnya.
"Gua kirim file ke email lu, kerjain. Gua ada janji sama anak-anak." Yang diajak bicara terdiam sejenak otaknya berusaha memahami apa maksud dari laki-laki ini.
"Sa, bukannya aku gamau.." Kanala menelan ludah kelu, ia tidak pernah menolak permintaan Areksa sebelumnya. "Tapi tugas aku juga masih numpuk banyak yang belum selesai."
"Ah elah ribet, disuru kerjain gitu doang gabisa. Bisa lu apasih?" Kanala merasa ada sesuatu yang perih di dadanya setelah mendengar kata-kata Areksa.
"Ga gitu Sa maksud aku."
"Bodoamat gua gamau tau besok pagi itu file udah harus ditangan gua." Belum sempat Kanala menjawab sambungan telepon telah diputus secara sepihak oleh Areksa.
"Kebiasaan."
Saat ini jam telah menunjukkan pukul 2 pagi dini hari, Kanala mulai mengucek matanya hingga memerah, mulutnya pun sudah tak sanggup menahan untuk tidak menguap.
Tubuhnya meminta nya untuk tidur namun hingga saat ini tugas nya belum selesai, ia terlalu fokus mengerjakan tugas Areksa hingga lupa bahwa tugas nya sendiri juga penting bagi dirinya.
Tidak berselang lama kantuk mulai memenuhi kepalanya, matanya terasa berat hingga akhirnya Kanala tidak mampu menahan rasa kantuknya. Kanala terlelap dengan laptop masih menyala di depannya.
Disaat Kanala sedang terlelap dalam tidurnya, ditempat yang berbeda Areksa tengah tertawa bercanda ria dengan teman-temannya disebuah club malam yang cukup besar di Jakarta.
"Punya pacar malah dijadiin babu." Sindir Yohan kepada Areksa setelah mendengar cerita dari Areksa yang baru saja menyuruh Kanala untuk mengerjakan semua tugasnya.
"Tapi lu kenapa deh sa mau sama si Kanala?" Kini Bintang yang bertanya, karena jujur saja ia bingung apa alasan sahabatnya ini memilih untuk berpacaran dengan perempuan yang jauh berbeda dunia nya dengan Areksa.
"Tau tuh udah mana lemot, diajak ngomong 'hah hoh hah hoh' doang. Kesel gua tiap ngomong sama dia." Bintang dan Areksa sontak tertawa mendengar perkataan Aidan.
"Gatau, lumayan kali bisa gua manfaatin?" Ucap Areksa disela tawanya.
"Gila lu Sa." Yohan yang sedari tadi merasa percakapan ini sudah tidak benar akhirnya tidak bisa menahan umpatannya.
"Biarin lah Han cewe Areksa juga, bukan urusan lu."
• • •
Hari ini adalah hari terburuk bagi Kanala, ia merutuki dirinya sendiri karena tidak mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Tringgg...
Kanala membuka ponselnya terlihat nama kontak Areksa disana. "Halo?"
"Lu sengaja ya?"
"Hah? Gimana Sa?" Kanala tidak mengerti apa yang menyebabkan Areksa tiba-tiba seperti ini.
"Tugas gua jadi B- gara-gara lu ngasal ngerjainnya."
"Bukan gitu, Sa. Kan semalem aku udah bilang ke kamu tugas aku juga banyak."
"Ah elah, lu tuh emang gabisa di andelin. Ga kaya Karen."
Sambungan telepon terputus meninggalkan sebilah pisau yang terasa menusuk dada Kanala, hatinya tidak bisa berbohong ini sakit sekali.
'Karen ya Sa? Udah lama aku ga denger nama dia keluar dari mulut kamu, aku pikir kamu udah mulai lupa ternyata aku salah.'
• • •
~ to be continued?

KAMU SEDANG MEMBACA
PRETEND
أدب المراهقين"Sebelum menjadi kupu-kupu dewasa yang indah, ia harus melewati proses yang panjang dan berat hingga akhirnya menemukan kebahagiaan yang ia inginkan." Kata-kata itu yang selalu ku dengar dari seorang wanita yang telah melahirkanku, dan saat ini kepa...