- Chapter 6 -

496 14 2
                                    

          "Koko tau nggak kalo pingsan abis minum gitu harus gimana?"

          Kanala mendengarkan setiap saran dan masukan dari kakak laki-lakinya, ia mencatat setiap point yang diucapkan oleh kakaknya di notes ponselnya agar tidak lupa.

          "Ingetin Areksa jangan boleh minum minuman keras dulu sementara ini."

          "Okay, noted. Makasih, ko." Kanala menutup panggilannya dan kembali menuju brankar Areksa.

          "Sa? Kamu uda bangun? Kepalanya sakit nggak? Kalo lemes jangan bangun dulu." Kanala berlari kecil saat melihat Areksa sudah terduduk dari tidurnya.

          "Ngapain lu disini?" Kanala reflek menjauhkan tangannya yg ingin menggapai pundak Areksa.

          Yohan yang mendengar suara Areksa pun datang dari arah luar dan melihat Kanala yang sedang menjauh perlahan dari brankar Areksa.

          "Lu jangan kaya gitu lah Sa. Kanala orang pertama yang dateng waktu kita kabarin lu tepar." Yohan melihat situasi sekitar mencari keberadaan perawat untuk mengecek keadaan Areksa.

          "Gua bisa ngurus diri gua sendiri." Tidak lama Bintang dan Aldan pun datang karena mendengar suara keributan di dalam.

          "Yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya. Itu resep obat yang dikasih sama Ko Evan udah aku kirim ke Line kamu." Pamit Kanala setelah mengetahui bahwa kehadirannya disini memang tidak Areksa inginkan

          "Biar gua anter Na." Kanala refleks menggeleng mendengar tawaran Yohan. "Gausah, papi masi nunggu kok di depan."

          Kanala pergi keluar dari area IGD Rumah Sakit meninggalkan 4 orang laki-laki yang saling diam dan saling melempar pandang satu sama lain.

          "Lu bisa nggak si Sa sekali aja ngehargain Kanala? Dia udah nungguin lu sejam buat mastiin kondisi lu baik-baik aja." Oceh Yohan memecah keheningan diantara mereka berempat.

          "Bukan urusan kalian. Lagian lu ngapain tiba-tiba peduli gini sama Kanala? Naksir lu?" Bintang dan Aldan tampak terkejut dengan pertanyaan Areksa yang tiba-tiba.

          "Terus kalo lu kaya gini kenapa lu pacarin Kanala Sa?" Pertanyaan ini sangat ingin Bintang tanyakan sedari dulu karena kehidupan Areksa yang sangat berbeda jauh dari Kanala sangat tidak memungkinkan keduanya mampu berpacaran seperti sekarang.

          "Gatau ya? Soalnya bisa gua manfaatin maybe? heh." Jawaban Areksa membuat ketiga sahabatnya terdiam ditambah tawa remeh diakhir ucapannya.

          "Gila lu ya? Anak orang baik-baik lu gituin Sa." Yohan refleks menaikkan nada suaranya 1 oktaf.

          "Kan? Naksir kan lu sama Kanala? Kalo naksir ambil Han kek lu bisa aja." Tangan Yohan mulai terkepal mendengar jawaban Areksa.

          "Weits! Udah-udah bro inget rumah sakit ini." Aldan yang merasa situasi mulai tidak kondusif pun berusaha melerai mereka berdua.

• • •


        Setelah kejadian rumah sakit malam itu Kanala memutuskan untuk melupakan kejadian itu, meskipun setiap malamnya ia tetap menangisi setiap perubahan sifat Areksa belakangan ini.

          "Na, ini bagus ga si?" Seperti saat ini Kanala tidak mendengarkan saat Nasya memanggilnya untuk melihat baju yang baru saja ia coba.

          "NA! WOI MONYET!" Lamunan Kanala seketika hilang mendengar teriakan nenek lampir sahabatnya.

          "Apaan?" Dengan tidak berdosanya Kanala merespon dengan tatapan bingungnya kepada Nasya.

          "Gua uda manggil lu 5x ya kampret. Lu mikirin apaan si?" Nasya kembali masuk kedalam ruang ganti untuk memakai pakaiannya semula.

          "Bukan apa-apa."

          Kanala terdiam sejenak lalu teringat akan sesuatu. "Cya ikut gua ya abisni."

          "Kemana?"

          Disinilah mereka saat ini didepan sebuah outlet yang menjual barang-barang luxury, Dior.

          "Bantuin gua pilih kado buat Areksa." Kanala menarik tangan Nasya untuk ikut masuk kedalam bersamanya.

          Tidak terasa satu jam waktu mereka berlalu hanya untuk memilih sebuah Dior Oblique.

          "Nanti malem ikut gua ya ke apartment Areksa, gua mau surprise in dia." Nasya hanya mengangguk mengiyakan apa yang diinginkan sahabat nya.

• • •

          Kanala dan Nasya saat ini telah sampai di parking area apartment Areksa. Kanala segera turun dari mobil Nasya, namun perkataan Nasya membuat Kanala menghentikan kegiatannya untuk turun dari mobil itu.

          "Perasaan gua gaenak deh, Na." Kanala turun dari mobil Nasya dan berpura-pura tidak mendengar suara-suara ghaib yang meneriakkan namanya.

          Saat ini Kanala berada tepat didepan pintu apartment Areksa membawa satu kotak kado dan kue yang lilinnya sudah tinggal setengah termakan api.

          Saat Kanala hendak menekan angka dipintu itu, tiba tiba saja pintu terbuka dan memperlihatkan Areksa dengan setelan khas yang biasa dia gunakan saat ingin keluar bersama Kanala.

          Kanala tersenyum 'Kamu tau ya kalo aku mau dateng Sa?'

          Setelah terpaku cukup lama Kanala dikejutkan dengan suara Areksa "Ngapain?"

          Kanala mulai bernyanyi "Happy birthday to you, semoga kamu bahagia sama aku dan kembali jadi Areksa yang aku kenal.". Kanala tersenyum sangat lebar ia berharap doa-doa yang ia panjatkan barusan segera didengar Tuhan dan Areksa memeluknya.

          Namun, angan² tersebut segera dipatahkan oleh lelaki di hadapannya "Udah? gua mau cabut sama anak-anak kalo lu mau masuk, masuk aja.". Setelah mengucapkan kalimat yang terasa seperti asam panas yang mengenai kulit tangan Kanala, Areksa berlalu melewati Kanala.

          Nasya yang sedari tadi masih berada di mobil tidak sengaja melihat Areksa yang keluar dari pintu darurat apartment dan menuju kearah sebuah mobil lalu pergi dari sana. "Lah? Terus Kanala mana?"

Cklek!

          "Eh monyong!" Nasya dikejutkan dengan suara pintu mobil yang tiba-tiba terbuka dan menampakkan Kanala yang langsung masuk dan duduk disebelahnya tanpa berkata apa-apa.

          'Kan bener firasat gua.'

• • •

~to be continued?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRETENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang