Danu mengatur napasnya yang memburu setelah bermain futsal seperti yang biasanya mereka lakukan pada istirahat kedua. Apalagi setelah rasa kecewanya bertumpuk pada sahabat perempuannya, ia rasa untuk kali ini ia tidak ingin mengobrol dengan Kanzia untuk sementara.
Ia bisa menerima jika prank tersebut bukanlah merujuk tentang perasaan gadis itu padanya. Ia rasa, perasaan bukanlah hal yang pantas untuk dibercandakan.
Davin yang sudah lebih dulu berada di tepi lapangan kini melempar botol air mineral ke arah Danu. “Thanks!” serunya ke arah Davin.
Cowok itu ikut duduk diantara Devan dan Davin, membuka botol air mineral tersebut dan meneguknya hingga setengah.
“Lo masih diemin Zia?”
Danu menghentikan kegiatannya saat mendengar pertanyaan Devan.
“Gue mau jujur. Kemarin kita bertiga enggak ada niatan buat nge-prank elo,” lanjut Devan.
Alis Danu bertaut. “Maksud lo?”
Devan meneguk air mineralnya sekali lagi, meletakannya pada bangku kemudian melanjutkan. “Gue tahu Zia beneran suka sama lo.”
“Anjir! Kok, gue kagak tahu?” seru Davin spontan.
Devan sempat melirik ke arah adik kembarnya, tetapi ia lebih memilih mengabaikan. “Gue tahu Zia itu menjunjung tinggi persahabatan dan punya prinsip enggak akan pacaran sama sahabatnya sendiri.” Devan menjeda sebentar. “Lo tahu alasannya?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Danu menggeleng.“Disitu salahnya elo!” kata Devan, ia memajukan tubuhnya agar terlihat lebih serius. “Dia cuma enggak mau ada yang berubah diantara kita. Dia suka sama lo, bukan berarti dia mau jadi pacar lo. Dia mau kita tetap sahabatan kayak gini.”
Danu terdiam, bagaimana mungkin ia tidak tahu alasan di balik prinsip Zia yang sudah ia ketahui itu?
Devan melirik adik kembarnya kemudian berucap, “Itu alasan kenapa gue minta lo ngerekam adegan itu. Gue enggak mau ada yang berubah diantara persahabatan kita berempat.”
“Lo enggak bercanda, kan?” tanya Danu.
“Gue emang suka bercanda, tapi gue enggak akan ngelucu untuk hal kayak gitu.”
Davin berdeham. “Sejak gue kenal Abang gue dari rahim, jarang banget dia bisa ngomong serius kayak gini. Gue juga baru tahu ini dari dia.” Benar, yang mengetahui alasan mengapa Zia memegang prinsip tersebut hanyalah Devan. Yang Davin pikir saat itu adalah Abang kembarnya dan sahabatnya itu sudah merencanakan ini tanpanya. Namun,kenyataannya justru diluar dugaan.
“Saran gue sekarang, lo temuin Zia, minta maaf karena lo udah diemin dia,” lanjut Davin.
“Tapi—“
“Soal perasaan?” tanya Devan, “itu urusan belakangan. Yang penting lo tetap ada di samping Zia, lo tetap bisa ngelindungin Zia. Itu, kan, tugas seorang pacar?”
Tanpa menjawab, Danu bergegas menemui gadis itu. Benar apa yang dikatakan dua sahabatnya, tidak seharusnya ia bersikap seperti itu pada gadis yang ia sayang. Bukankah arti dari kata sayang adalah membebaskan apa yang mereka inginkan?
*****
Istirahat kedua kali ini Zia tidak sendirian karena ketiga sahabatnya akan bermain futsal seperti biasa. Kali ini Zia ditemani oleh Juna.
Saat ini mereka sedang berada di taman sekolah, entah karena alasan apa gadis itu saat ini lebih ingin berada di tempat yang sepi dan menenangkan.
“Sebelas tahun temenan, lo enggak pernah suka sama salah satu dari mereka?” tanya Juna setelah Zia banyak menceritakan tentang persahabat mereka berempat sejak kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
3DZia : Rasa
Fiksi Remaja"Kata orang, tertawa yang membuat kita bahagia, tetapi kenapa justru luka yang hadir setelahnya?" Content creator dengan nama 3DZia team adalah milik empat manusia absurd bernama Danu, Devan, Davin, dan Zia. Karena sangat akrab, mereka memutuskan un...