Bab 4

12 3 3
                                    

Nasmi menggerutu di sepanjang perjalanan menuju ke sekolahnya. Pasalnya, ibu dan ayahnya dengan sengaja bersekongkol untuk tidak memberikan uang saku untuknya dikarenakan kesalahan yang diperbuatnya semalam. Pulang lambat dan berkelahi hingga wajahnya yang lebam. Meski sudah menjelaskan bahwa ia melakukan itu karena untuk melindungi Indri, tetapi tetap saja Ayah dan Ibu Nasmi memarahi putranya tersebut dan menjatuhkan hukuman. Sampai di sekolah, kekesalan Nasmi bertambah. Baru saja ia memarkirkan motornya di parkiran dan berjalan santai untuk masuk, ia dicegat oleh seorang yang menjadi seniornya. Bagaskara Putra, ketua kedisiplinan sekolah yang ditakuti oleh seisi siswa termasuk Daniel. Bahkan berandalan semacam Daniel akan langsung menunduk dan cepat-cepat merapikan pakaiannya ketika berpapasan dengan Bagas.

"Ada apa?" Nasmi dengan santainya bertanya. Mood-nya sedang buruk jadi ia tak ingin berbasa-basi.

"Kau berkelahi dengan Daniel?" Bagas bertanya untuk memastikan.

"Aku tak butuh perhatianmu," balas Nasmi ketus. Bagas mengerutkan keningnya dalam. Pertanyaannya adalah murni karena ia ingin memastikan dan bukan karena ia menaruh perhatian.

"Ini surat teguran untukmu. Pergilah ke ruang konseling jam kedua nanti," kata Bagas menegaskan. Nasmi sontak terkejut sekaligus tak terima dengan hal itu. Ia merasa bahwa dirinya bukanlah pihak yang bersalah.

"Aku berkelahi karena suatu alasan. Selain itu kejadiannya adalah saat jam sekolah berakhir." Nasmi memberikan pembelaan.

"Jelaskan itu semua pada guru konselingmu nanti," kata Bagas tak mau mendengar pembelaan sia-sia dari Nasmi.

"Tapi yang kukatakan adalah benar. Seharusnya kau memberikan surat ini hanya pada Daniel dan bukan padaku." Masih tak terima, Nasmi meninggikan suaranya membuat kerutan di kening Bagas semakin dalam hingga tatapannya memicing tak suka.

"Berkelahi dengan seragam sekolah dan di dalam lingkungan sekolah sangat dilarang!" Bagas kembali memberikan penegasan, tidak mau terus-terusan berdebat dengan adik kelasnya tersebut.

"Tapi aku–"

"Cih! Diam dan terima saja suratmu ini, Bocah!" kesal Bagas sembari melempar surat di tangannya ke muka Nasmi lalu melenggang pergi.

Nasmi mengumpat kesal, mau tak mau ia menerima surat teguran tersebut dan menemui guru konseling di waktu seperti yang disebutkan Bagas nanti. Nasmi menghentakkan kakinya kesal lalu melangkah masuk sampai ke kelasnya. Dengan wajah yang masih cemberut nan masam, Nasmi membanting tas yang digendongnya kasar ke atas meja. Duduk dengan membenturkan pantat ke kursi hingga berderit lalu bertopang dagu dengan tatapan tajam ke depan namun tak memperhatikan apapun.

"Nasmi." Suara panggilan yang berhasil membuat sang pemilik nama tersentak karena terkejut.

Nasmi mengalihkan perhatiannya, mendapati Indri yang kini berdiri di sampingnya. Wajah bad mood Nasmi langsung berubah seketika. Tergantikan oleh senyuman hangat nan ramah seperti biasanya.

"Ada apa? Kau terlihat sedang tidak baik." Indri bertanya sembari berpindah duduk di atas meja Nasmi.

"Tidak ada apa-apa, Indri. Aku hanya diberikan surat peringatan oleh ketua kedisiplinan." Jawaban Nasmi sedikit mengubah ekspresi Indri menjadi lebih sendu.

"Maafkan aku," tutur Indri dengan pelan namun masih dapat di dengar.

"Hah? Apa maksudmu?" Nasmi mempertanyakan.

"Karena salahku kau jadi mendapat teguran dari Ketua Komite Kedisiplinan," jawab Indri dengan wajah sedihnya.

Nasmi hanya tersenyum kecil menanggapi hal itu, ia mengulurkan tangan ke wajah Indri dan menarik sebelah pipinya dengan cubitan kecil. Indri hanya mengerjap, dua kali dalam tempo cepat ketika Nasmi melakukan hal itu kepadanya.

"N-Nasmi?" Indri menyebut nama Nasmi dengan terbata.

"Itu semua bukan salahmu, Indri. Dan sudah sepatutnya aku melindungimu karena kau adalah kekasihku." Wajah Indri bersemu merah mendengar hal itu.

Keromantisan kedua insan itu pun harus terhenti karena bel masuk telah berbunyi. Masing-masing murid yang ada di kelas itu juga buru-buru masuk bagi yang baru datang, segera duduk di tempat masing-masing dan membetulkan segala macam barang hingga benar-benar dalam posisi siap menerima pelajaran.

I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang