Bab 6

7 3 3
                                    

Nasmi menjalani hukuman yang diberikan guru BK kepadanya. Tidak diperbolehkan datang ke sekolah selama tiga hari. Dan ini hari pertama bagi Nasmi. Meskipun ia tidak perlu berangkat sekolah namun, Nasmi tetap terbangun di pagi hari seperti biasanya dan berganti baju dengan rapi. Bukan seragam, melainkan hanya kaos berlengan pendek casual serta celana panjang hitam. Kemudian ikut sarapan bersama dengan kedua orang tuanya di lantai bawah.

"Tumben sekali bangun pagi disaat tidak ke sekolah?" tutur Sintia, Mama dari Nasmi.

"Iya nih, biasanya juga bangun siang. Ada angin apa?" Herman, Papa Nasmi ikut menimpali.

"Mau menjemput Indri, Pa, Ma," jawab Nasmi sembari memulai sarapannya.

Herman dan Sintia hanya ber-oh-ria menanggapinya. Kedua orang tua Nasmi telah mengetahui hubungan putranya itu dengan Indri. Bahkan Indri pun pernah beberapa kali main ke rumah Nasmi dan di sambut baik di keluarga itu. Herman dan Sintia sangat mengenal Indri, gadis manis, baik, polos dan ramah itu menarik hati kedua orang tua Nasmi sejak pertama kali mereka di pertemukan. Meski tanpa meminta persetujuan pun, Herman dan Sintia dengan senang hati menerima hubungan anak mereka dengan Indri.

"Pergi dulu ya, Pa, Ma," pamit Nasmi pada kedua orang tuanya.

"Hati-hati di jalan," ucap Sintia yang di balas dengan acungan jempol oleh Nasmi.

Nasmi pun kemudian menuju ke garasi di samping rumahnya. Naik ke atas motor kesayangannya lalu mengendarainya keluar dari area perumahan menuju jalan raya. Hanya berselang hitungan menit, Nasmi tiba di rumah Indri. Ia turun terlebih dahulu untuk bersalaman dengan Nenek Rohaya yang juga ada di depan rumah tersebut bersama Indri. Usai berpamitan, mereka berdua berangkat dengan Indri yang dibonceng oleh Nasmi.

Sebenarnya Indri sudah menolak untuk di antar karena tak ingin merepotkan Nasmi. Tetapi ketika kekasihnya itu bersikukuh dan teguh atas pendiriannya, Indri pun hanya bisa menyerah. Niat asli Nasmi sebetulnya hanya ingin agar bisa berboncengan dengan Indri serta mendapat pelukan dari Indri di bagian pinggangnya. Lagipula Nasmi saat ini sedang dalam masa skors, ia tidak di perkenankan untuk datang ke sekolah. Dan alasan itulah, yang membuat Nasmi menjadi sedikit bosan karena tak melakukan apapun. Terlebih, waktunya untuk bersama dengan Indri menjadi berkurang karena tak berjumpa sepanjang waktu sekolah.

Seperti yang telah di rencanakan, Nasmi melajukan motornya dalam kecepatan yang lambat. Terlalu lambat hingga Indri mengerutkan kening memikirkan kemungkinan bahwa motor Nasmi rusak.

"Nasmi." Indri memanggil, memposisikan dagunya di atas bahu Nasmi agar lelaki itu bisa mendengar meski berbisik.

Nasmi menolehkan kepalanya ke samping. Terlalu menyamping hingga Nasmi mendapatkan satu ciuman tak sengaja dari Indri. Posisi wajah Indri yang berada di bahunya membuat pipi Nasmi membentur wajah Indri. Nasmi mengetahui itu, sengaja ia menolehkan kepalanya 90⁰ memang agar dapat ciuman dari Indri dan menggoda gadis manis yang masih membonceng manis tanpa melepas pelukan pada pinggangnya.

"Indri, apa kau berbisik agar kau bisa modus untuk menciumku?" Pertanyaan Nasmi justru mengundang sedikit kekesalan bagi Indri.

Pasalnya, Indri menyadari bahwa Nasmi dengan sengaja terlalu menolehkan kepalanya agar mendapat ciuman singkat darinya. Ini bukan sekali, tapi berkali-kali Nasmi melakukan hal yang sama. Modusnya itu telah dapat di tebak oleh Indri saking dari seringnya. Dan Indri hanya memukul pundak Nasmi dengan jengkelnya.

"Siapa juga yang mau menciummu. Lebih baik mencium lantai," sanggah Indri dan kekehan dari Nasmi terdengar.

"Jadi ada apa sayangku?" Nasmi pun bertanya.

"B-Berhenti memanggilku dengan sebutan menggelikan." Indri berucap gugup, merasa tak nyaman namun sebetulnya suka.

"Memangnya salah memanggilmu sayang?" Suara Nasmi dibuat-buat seperti orang yang sedang merajuk.

"Nasmi, berhenti bermain-main dan lajukan motormu. Aku bisa terlambat," seru Indri tak sabaran.

Nasmi pun melihat ke arah jam tangannya dimana telah menunjukkan pukul 6:50. Melihat waktu masuk sekolah sudah hampir, Nasmi pun mau tak mau berhenti menggoda Indri lebih jauh. Ia segera tancap gas, mengendari dengan mengebut hingga membuat Indri semakin mempererat pelukannya di pinggang Nasmi. Hanya berselang tak sampai lima menit, mereka sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah. Indri pun turun dari motor, memberikan senyuman terlebih dahulu pada Nasmi yang telah mengantarnya seraya berterimakasih.

"Aku akan menjemputmu nanti," kata Nasmi.

Indri hanya mengangguk mengiyakan lalu kemudian ia masuk melalui gerbang sementara Nasmi kembali pulang.

I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang