19. My name is....

21 0 0
                                    

London, 08.05 (GMT+1)

Pameran ini tampak ramai. Banyak stand stand yang di dirikan khusus untuk meramaikan acara pameran kampus pada hari ini. Sebagai panitia pelaksana, Aiza merasa puas sebab sejauh ini pameran nya berjalan baik-baik saja. Maka dia memutuskan untuk duduk sejenak di bawah salah satu stand panitia. Ntah kenapa alih alih riang, Aiza malah sedikit merasa lemas pagi ini.

"Ga haus? Nih buat Lo." Ananta, dengan jiwa bestie nya menyodorkan se-cup ice coffee yang baru dia beli dari stand sebelah. Aiza mendongak lantas menerimanya dengan senyuman dan ucapan terimakasih.

"Ga nyangka sih, acara ini bakalan beneran terjadi atas nama mahasiswa Indonesia. Bangga gue." tutur Ananta sembari menarik bangku dan duduk di samping Aiza.

"Ya semoga bermanfaat lah ya." Hanya itu yang bisa Aiza jawab.

"Ga mau keliling? Cari apa gitu?" Ananta kembali bertanya. Aiza berfikir sejenak kemudian menggeleng. "ngak deh, tadi udah. Lo aja sana. Kalau ada yang enak beli aja."

"Lo kenapa sih hari ini? Mager banget kayak nya?" Akhirnya Ananta menyadari ada yang tidak biasa dari Aiza pagi ini. Aiza yang dia kenal akan merasa excited dan heboh saat menyambut pagi hari, tapi kali ini dia tampak tak banyak bicara. Sepertinya sedang irit bicara yah.

"Ga papa. Tiba-tiba kepala gue ga enak aja rasanya." jawab Aiza. Karna dia sendiri bingung kenapa hari ini. Seingatnya dia sarapan tadi pagi sebelum berangkat ke kampus.

"Kan, yaudah ayok balik aja deh. Istirahat. Ntar lo kenapa-napa lagi?" Ananta jadi khawatir.

"No no, im okey. Yaudah sana buruan beli apa yang mau di beli. Gue ke toilet dulu deh cuci muka. Siapa tau seger lagi." Aiza memilih bangkit dan melangkah meninggalkan Ananta yang hanya bisa mematung di tempatnya. Aiza ini memang keras betul.

Maka dengan langkah yang agak di paksa tegap, Aiza menyusuri koridor yang tak terlalu ramai orang sebab semua orang lebih memilih untuk keluar dan menikmati pameran yang mereka sediakan. Sedikit bersyukur setidaknya dia tidak harus berpapasan dengan banyak mahasiswa. Kepalanya sedang tidak bisa di ajak kompromi, berdenyut.

"Dude, thats mine!"

Aiza menghentikan langkahnya saat mendengar cekikikan dan langkah kaki yang mendekat kearahnya. Dengan cepat Aiza menoleh kebelakang dan mendapati 3 laki-laki yang tak asing lagi untuknya. Dan seorang laki-laki yang sepertinya sedang jadi korban kejahilan geng itu. Maka ketika salah satunya berada dalam jangkauan nya, mau tidak mau Aiza menarik tangannya hingga menyebabkan laki-laki bernama Smith itu tersungkur.

"Oh shit. What are you doing with me?" makinya dan berusaha berdiri dengan di bantu kedua temannya, Lim dan Kristov.

Sebelum menjawab, dengan santai Aiza meraih tas di dekat kakinya yang dia yakini bukan milik mereka ber-3. Lalu dengan tenang dia menatap ketiga laki-laki yang di kenal brandalan, suka mengganggu dan tukang buat onar di fakultas mereka.

"It's nothing. Aku hanya mengambil apa yang bukan punya kamu." jawabnya. Tapi sepertinya Smith tidak sesantai Aiza. Wajahnya penuh kekesalan.

"Dasar mahasiswa asing kampungan. Kembali saja ke negara asal mu sana. Bikin sampah saja." makinya dengan penuh kekesalan. Bahkan Aiza dapat melihat wajah pucat bule itu memerah.

"Oho, ada yang takut tersaingi nih sepertinya." Aiza tersenyum miring.

"You-

"Go Smith, or I'm gonna tell you to our lacture. Now!" pada akhirnya, demi mempertahankan keseimbangan tubuhnya yang mulai lunglai, Aiza membentak ketiganya. Meski masih di penuhi rasa kesal, akhirnya ketiganya melangkah menjauh dengan cepat. Tau bahwa resiko yang mereka tanggung tidak akan kecil jika apa yang di ancam Aiza benar terjadi. Sebab mahasiswa asing di lindungi undang-undang dan perintah.

Sebiru Angkasa, sehangat ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang