11. Jangan ganggu mereka dulu

29 0 0
                                    

Malam ini, malam Minggu. Hansel sendiri sudah menyelesaikan semua urusan yang harus dia urus tentang keperluan wisudanya yang akan di adakan Minggu depan. Namun rasanya sedikit tidak enak. Kepalanya tidak berhenti berdenyut sejak magrib tadi. Maka mencari minyak angin dan mengurut keningnya sendiri adalah pilihan nya sebelum membaringkan tubuh di atas tempat tidur.

"Kak? Kamu udah makan?"

Pintu kamarnya terbuka, menampakkan sosok wanita berkisar 42 tahunan dengan penampilan yang selalu Hansel suka. Sederhana dengan daster bermerk namun juga elegan dan rambut yang di cepol rapi. Hansel mengangguk pelan kemudian memaksa tersenyum.

"Udah mah tadi sore." jawab Hansel pelan. Mamanya tersenyum kemudian melangkah mendekat dan duduk di samping putra sulungnya.

"Kamu demam?" Tangannya ter-arah menyentuh pelipis Hansel dan merasakan keringat dingin menggenang diantara anak rambutnya.

"Ngak mah, mungkin agak ga enak badan aja." jawab Hansel sembari memejamkan kedua matanya. Usapan lembut sang mamah cukup memanjakan. Usapan yang jarang sekali dia rasakan sejak beranjak remaja. Atau lebih tepatnya sejak Athalla lahir diantara mereka.

"Berobat yah kak, kamu kecapean ini. Kan udah mama bilang, jangan sering-sering ngumpul sama temen-temen kamu itu. Kamu harus banyak pulang, istirahat. Kayak adik kamu itu." Hansel seketika menggeser tubuhnya sedikit lebih jauh dari tubuh mamahnya yang otomatis mengehentikan usapan di pelipis dan kepalanya.

"Aku ga papa mah. Ga usah bawa bawa sohib sparta lah. Mereka juga tempat aku istirahat."

Lagi dan lagi, ini yang Hansel malaskan jika sudah di dekat mama nya. Meski sudah 8 tahun berlalu, mamanya belum juga bisa menerima keberadaan sohib sparta. Hanya Angkasa yang mamanya suka. Sebab laki-laki itu tidak pernah terkena masalah seperti teman-teman Hansel lainnya. padahal yang menyebabkan mereka terkena masalah tak jarang itu karna kejahilan dan ke ingintahuan Hansel. Tapi tetap saja mamah nya merasa Hansel yang terpengaruh buruknya anak-anak remaja itu. Belum lagi dia harus mendengar mamahnya yang selalu membanding-bandingkan dia dengan Athalla Hafka Recaldo, si bungsu yang di bangga-banggakan karna menjadi atlet berprestasi. Ah, tidak salah jika Hansel menjadi anak yang periang dan usil di luar sana, namun menjadi anak yang pendiam di rumahnya.

"Mamah keluar aja, aku cuma butuh istirahat." usai berkata begitu, Hansel menaikkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Mengusir secara terang-terangan sang mama yang hanya bisa menghela nafas berat.

"Yaudah kamu istirahat yah, nanti mamah suruh Athalla buat panggil dokter Smith."

"Ga usah. Katanya Reynan mau antar obat!"

Lagi-lagi, Hansel hanya mendengar helaan nafas berat mamanya. Hingga suara pintu terbuka dan tertutup kemudian menjadi hal yang membuat Hansel membuka selimutnya.

"Aagghhhhh!" Hansel mengacak-acak rambutnya kesal. "anak itu aja yang di sebut-sebut. Gue mati baru gue yang di sebut." racaunya kesal.

Drrtt drrtt

Handphone nya bergetar. Hansel menoleh dan mendapati pesan reynan.

Reynan Calum edrea 💌
Udah enakan kepala Lo? Jadi gue bawain obatnya?

Jadilah, bawain aja. Kalau bisa
sekalian bawain obat sakit jiwa

Astaga? Kenapa Lo? Nyokab lagi?

Hmmm, kayaknya gue pindah aja
deh ke rumah Chandra atau Jian?

Kenapa gitu? Kurang besar rumah Lo?

Sebiru Angkasa, sehangat ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang