20. Ini hanya separuh cerita kita

35 0 0
                                    

Indonesia, Jakarta.

"Jika kamu telusuri, ada yang hilang di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kamu telusuri, ada yang hilang di sana. Sebab sampai kapanpun tempat itu selalu ada untuk dia."

***
Moment ini sebenarnya sering terjadi, jika di kaitkan dengan masa lalu. Tapi sayang, bagaikan barang antik yang hanya di keluarkan kala lebaran maka begitulah yang dapat di gambarkan untuk keadaan ke-6 laki laki itu saat ini. Perkumpulan mereka di Markaz Sohib Sparta. Yah, meski semua tau, setidaknya untuk saat ini mereka hanya bisa be-6 tanpa adanya sosok leader pun abang di tengah-tengah mereka.

"Jadi besok gua temenin lu kontrol, dra?" tanya Jiannarta sembari menatap Chandra yang sibuk dengan ponselnya. Duduk di atas sofa. Chandra menoleh kemudian mengangguk.

"Jadi lah. Kenapa? Lu ada kelas?"

Jiannarta menggeleng. "ngak, mastiin aja." jawabnya lagi.

"Aneh ni anak, padahal punya supir pribadi, bodyguard segede gaban, asisten pribadi bejibun tapi tetep aja minta anterin nya sama kita-kita." celetuk Reynan sembari mencomot sepotong tahu isi dari atas meja.

"Lu ga mau nganterin gue lagi bang? Atau yang lain nya ngerasa keberatan dengan jadwal nganterin check up gue?" Pertanyaan Chandra sontak saja membuat ke 5 nya terdiam penuh kebingungan.

"Bukan gitu Can, maksud Reynan tuh kenapa gak lo manfaatin rezeki yang udah Allah titipkan ke lo dengan sebaik-baiknya dan dengan tempo waktu yang sesingkat-singkatnya gitu? Bukan berarti kita keberatan, ngak kok. Kita seneng banget malah, karna kita jadi lebih tau kondisi lo gimana. Ya kan Rey?" Hansel buka suara. Memastikan kepada Reynan atas apa yang baru saja dia ucapkan. Reynan jelas mengangguk cepat.

"Dengan tempo waktu yang sesingkat-singkatnya, lu kata proklamasi." tukas Nathan sembari tertawa kecil. "lu juga sadar diri ngab."

"Lah sadar diri apaan lagi gue? Buktinya gue ga pernah pingsan." jawab Hansel tak terima.

"Ya lu juga tidak memanfaatkan rezeki yang udah tuhan kasih melalui keluarga lu. Bukannya jadi direktur malah jadi babu." Kali ini Joshua yang meroasting Hansel. Langsung membuat yang lainnya tertawa puas. Termasuk Chandra yang mulai tersenyum kecil. Anaknya memang gitu, ga bisa kesel lama-lama.

"Enak aja jadi babu. Gue nih petualang yah. Gue nih pekerja keras. Biar bisa jadi-

"STOP! diem udah sampai situ aja. Lu terusin gua jejelin kulit semangka. Sumpah Sel!" Reynan langsung mengancam dengan kedua mata membola ke arah Hansel. Sudah pasti Chandra dan Jiannarta tertawa terpingkal-pingkal. Untung Chandra masih sulit berjalan, bukan tidak mungkin sekarang dia sudah guling-guling karna melihat bagaimana lucunya wajah Reynan saat ini.

Sebiru Angkasa, sehangat ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang