18. Lukanya jangan di buka lagi

26 1 2
                                    

"silahkan datang, tapi luka yang dulu jangan di bawa lagi yah. Cukup, aku sudah sembuh."

Jakarta, Februari 2022

Setidaknya itulah yang ada di fikiran Hansel saat menatap wanita di depannya. Sedang duduk dengan anggun dan karismatik yang tidak pernah hilang sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Udah lama balik dari Sydney, kak?" tanya Reynan mencoba mencairkan suasana yang membeku sejak beberapa menit yang lalu. Sejak Hansel masuk ke ruang kerjanya dan mendapati Ashana duduk di sofa ruangannya. Jangan tanya bagaimana ekspresi laki-laki 22 tahun itu, sekuat apapun dia menyembunyikan nya, Reynan jelas tau apa yang tersembunyi di balik wajah manis itu.

"Baru seminggu ini sih." jawabnya sembari tersenyum. Sangat cantik. Bohong kalau Hansel tidak berdebar.

"Hmmm jadi pak Tama yang nawarin kak Asha buat jadi model brand kami yang mau launching?"

Oh, akhirnya Hansel tau kenapa Reynan sibuk sekali menyuruhnya datang ke ruangan kerjanya di saat seharusnya Hansel sibuk mencari model produk mereka di sosial media. Tau begini Hansel tidak perlu repot mencari lagi sejak beberapa hari terakhir. Dasar pak Tama. Bukannya konfirmasi kalau sudah ketemu modelnya.

"Iya, Tama itu sepupu aku. Yah lumayan lah buat ngisi waktu kosong di indo." Lagi-lagi senyuman tidak lepas dari wajahnya. Bisa tidak Hansel keluar saja? Dia jadi gerah sendiri.

"Owh sepupu kakak toh. Baru tau, hehehe." Awakward sekali situasi ini. Reynan menatap kedua mata Hansel. Memberi sinyal seperti "ayolah sel, ngomong apa kek?" Tapi sepertinya Hansel sedang tidak ingin basa-basi.

"Dan aku juga baru tau kalau ternyata kalian juga kerja di sini." tiba-tiba Ashana berujar. "Btw gimana kabar Angkasa?"

Sumpah demi apapun, rasanya Hansel seperti laki-laki pengecut yang kepergok habis mencuri ayam milik tetangga. Padahal seingat dia, dia tidak se-takut ini saat masih satu SMA dengan Ashana dulu. Memang tidak ada interaksi yang berlebihan sejak dia memutuskan untuk berhenti mengejar wanita itu, tapi dia masih bisa menutupi degup jantung nya kala itu. Apa karna ada Angkasa? Dia jadi lebih tenang saat berhadapan dengan Ashana. Tidak seperti saat ini. Oh ayolah.

"Bang Angkasa nyambung S2 kak di western. Tahun ini sih harusnya udah selesai." Lagi-lagi Reynan yang menjawab.

"Wah, ternyata dia beneran kejer impian itu. Keren sih." Ashana bergumam takjub.

"Lo apa kabar sel? Ga kerja di hotel papa?"

Merasa pertanyaan itu tertuju padanya, Hansel memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Ashana. Lantas menggeleng.

"Ngak, gue mau mandiri aja." jawabnya singkat.

"Wah keren sih. Ga bergantung sama keluarga ya kan. Keren-keren. Makin dewasa aja yah kalian." Ashana terkekeh sendiri.

"Iya dong kak. Kan kita udah bukan bocah yang kemana-mana ngintilin bang Angkasa mulu." Reynan menimpali.

"Jadi gimana? Fiks gak nih gue tanda tangan kontrak kerja?" Ashana membuka kembali percakapan tentang kontrak kerja nya.

"Gimana Sel? Udah ada nih modelnya. Lo ga perlu capek-capek lagi buat nyari." Reynan meminta jawaban dari Hansel. Bukan karna Reynan tidak bisa memutuskan sendiri, tapi dia juga ingin keputusan ini di setujui oleh mereka bersama. Apalagi Reynan tau jelas bagaimana hubungan kedua orang ini di masa lalu.

Sebiru Angkasa, sehangat ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang