Chapter 2

507 43 3
                                        

Setelah pertemuan singkat Jam dengan Film, Jam kembali ke kantor polisi dengan perasaan yang berkecamuk. Sepanjang perjalanan ke kantor, tatapan Jam hanya kosong, sangat tidak fokus.

Rekan Jam yang telah tiba duluan di kantor hanya menatap bingung.

'Setelah belasan tahun, dia benar-benar kembali ke sini' batin Jam.

**

Waktu istirahat pun tiba, beberapa rekan polisi pergi untuk makan siang, yang lainnya memilih untuk menetap sebentar di kantor. Sementara Jam hanya memainkan handphone nya, menatap layar tersebut selama beberapa menit.

"Siapa? Pacarmu?" celetuk Tre yang tanpa Jam sadari berada dibelakangnya pada saat ia main handphone.

"huh?! Buat kaget aja. Sejak kapan kau di situ?" Jam mengelus dadanya beberapa kali untuk menenangkan diri.

"Aku yang bertanya duluan. Kamu sudah menatap layar handphone itu cukup lama dengan tatapan seperti orang yang mau menangis. Siapa tadi namanya? Film? Kamu melihat akun instagram nya lama sekali tadi, atau jangan-jangan kamu hanya pengagum rahasianya? atau... akhh"

Perkataan Tre terputus oleh Jam yang menginjak kaki Tre untuk menghentikan pertanyaan sepanjang kereta api itu.

"Sudahlah, tak perlu tau. Bukan urusanmu" jawab Jam lalu pergi meninggalkan Tre.

**

Beberapa hari setelah kejadian itu, Jam tidak bertemu dengan Film. Saat ini, pikiran dan perasaan Jam sedang tidak sinkron. Pikiran berkata bahwa ia tidak perlu ada urusan dengan Film lagi, sedangkan perasaannya berkata bahwa ia sangat merindukan sosok itu.

Karena hari ini Jam mengambil cuti kerja dan perasaannya sedang kacau. Jam memilih untuk jalan-jalan sendiri ke pusat perbelanjaan tradisional. Jika saja ada makanan yang enak atau barang bagus yang bisa dibeli, sekalian cuci mata dan menenangkan hati.

Setibanya Jam disana, ia cukup tertarik untuk membeli beberapa barang, menelusuri beberapa tempat lain sembari melihat orang berlalu lalang. Namun, ada satu orang yang menarik perhatiannya.

"Film" ucap Jam

Jam sudah berusaha untuk menghindari Film, tetapi tubuhnya berkata lain, kakinya tanpa sadar bergerak dan melangkah cepat untuk mengejar Film.

Beberapa saat kemudian, pergerakan kaki Jam sedikit melambat karena harus memastikan sesuatu. Ketika Film berjalan, terdapat orang mencurigakan yang mengikuti Film dari belakang.

"Siapa orang itu?" Jam bermonolog sambil memfokuskan matanya untuk melihat orang mencurigakan tersebut.

Orang yang mengikuti Film, terlihat mengambil sesuatu dari kantung celananya, dan benda itu adalah pisau.

Masih harus berjalan beberapa langkah untuk menggapai Film. Seakan cobaan terus menimpa Jam dan Film, kerumunan orang yang ramai di perbelanjaan tradisional seperti menghalangi langkah Jam.

"Film, kamu dimana?" Jam semakin panik karena kehilangan jejak Film dan orang mencurigakan itu.

Jam sangat bertekad untuk tidak pulang hingga ia bisa menemukan Film.

Segala arah coba dicari, menanyakan orang sekitar mengenai apakah mereka melihat Film dengan menunjukkan foto Film yang ada di instagram. Hasilnya nihil. Sudah banyak waktu yang terbuang untuk mencari, Jam memilih untuk istirahat di tempat yang cukup sepi karena ia akan menenangkan diri terlebih dahulu.

**

Setelah menemukan tempat yang sepi di sekitar perbelanjaan tradisional itu, Jam duduk dan menatap kosong ke arah depan, "Kamu sebenarnya dimana?"

Hiksss..

Hiksss..

Hiksss...

Suara isak tangis lirih terdengar di telinga Jam. Jam segera berdiri dan mencari sumber suara, ia menyingkirkan dan menggeser benda-benda yang ada di tempat itu. Hingga sampai di pojok ruangan yang terdapat banyak kotak kayu besar, Jam berusaha membuka satu per satu kotak tersebut.

"Film?! Film, kamu kenapa?" Jam terkejut melihat Film terduduk lemas bersembunyi di dalam kotak kayu besar dengan wajahnya yang basah karena menangis.

Jam membantu Film untuk berdiri dan beranjak keluar dari kotak tersebut.

"Oiiii, lenganmu juga terluka, pasti perbuatan orang itu" ucap Jam saat melihat dengan jelas bahwa lengan Film juga berdarah akibat sayatan pisau.

Grebbbbb....

Tubuh Jam terasa membeku ketika Film tiba-tiba memeluk dirinya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Film menyandarkan kepalanya di bahu Jam, membiarkan air mata mengalir dengan derasnya.

Perlahan tangan Jam memeluk kembali orang yang selama ini ia rindukan, sangat dirindukan.

**

Bersambung...

Our Promise (JamFilm) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang