Pada pagi hari yang cukup cerah, di ruangan CEO Kawila Corp, paman Not dan Film sedang duduk santai, sesekali menyeruput teh yang ada di depan mereka. Berbincang-bincang, mulai dari basa basi hingga ke topik yang cukup serius.
"Film, kamu sekarang sudah cukup umur untuk menjadi CEO di Kawila Corp ini. Kapan kamu siap?" tanya paman Not pada Film yang berada di hadapannya.
"Aku sudah cukup siap untuk meneruskan perusahaan ini. Tempat ini sudah dibangun oleh orang tuaku dengan susah payah, sekarang waktunya aku untuk meneruskannya"
"Bagus Film. Paman juga turut bahagia" Paman Not tersenyum melihat Film yang bersemangat.
"Jangan lupa bimbing aku. Aku masih perlu banyak belajar untuk menjadi CEO yang hebat seperti paman"
"Tak perlu khawatir. Kamu akan menjadi CEO yang lebih hebat dariku" Paman Not mengangkat cangkir teh nya, mengisyaratkan agar melakukan cheers dengan Film
Tinggg..
Suara dentingan cangkir teh Film dengan Paman Not bergema di ruangan CEO yang besar itu.
Kringgg.. Kringgg.. Kringgg..
Bunyi telepon Film berbunyi, Film berdiri lalu berjalan beberapa langkah menjauh dari paman Not.
"Halo" ucap Film kepada orang yang meneleponnya.
'Phi, aku mau memberitahu sesuatu, tapi jangan terkejut ya. Aku tak mau Phi memberitahu ayahku tentang hal ini. Nanti ayahku marah. Hanya kita berdua yang tau' Suara yang bervolume kecil seperti sebuah bisikan terdengar dari orang yang menelepon Film
"Ada apa memangnya?" Film semakin penasaran.
'Aku tadi melanggar rambu lalu lintas. Sekarang aku di kantor polisi, Phi. Kantor polisi Phaya'
"HAH?!" Film tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
Paman Not yang awalnya diam sambil memainkan handphone-nya, kini melihat Film dengan terheran-heran, "Kenapa Film?"
"Tidak apa-apa, hanya mendengar kabar tidak penting. Aku saja yang berlebihan menanggapinya"
'What? Aku? Tidak penting? Why??' suara yang meneleponnya protes saat mendengar Film mengatakan ia tidak penting.
Film berkata lagi kepada orang itu, "Aku akan segera ke sana"
Film berjalan mendekati paman Not, "Aku pamit sebentar, ada hal yang harus aku urus"
Paman Not mengangguk dan Film langsung menuju ke kantor polisi.
**
Sesampainya Film di kantor polisi, ia langsung mencari orang yang meneleponnya tadi.
"Phi, di sini" ucap orang itu sambil melambaikan tangannya agar Film melihat dirinya.
"See, kenapa kamu bisa sampai melanggar rambu lalu lintas?" Film sedikit memarahi See saat ia baru saja tiba.
"Aku kan baru saja pulang dari luar kota. Aku tidak tau area di kota ini jadi pakai google maps, rambu nya juga tertutup pohon, mana bisa aku lihat" See menggerutu sambil melipat tangan di depan dada nya.
Polisi yang mengintrogasi See memulai validasi keberadaan Film sebagai walinya See, "Selamat pagi, saya Tre. Apakah saya boleh tau, siapa nama anda dan apa hubungan anda dengan pelaku pelanggar rambu lalu lintas ini?"
"See, See Parattakorn Kaiyanan. Aku punya nama, bukan 'pelaku pelanggar rambu lalu lintas ini'." protes See.
Film memukul pelan lengan See agar ia diam, Film berkata pada Tre, "Saya Film Thanapat, saya kakak sepupu dari See"
![](https://img.wattpad.com/cover/352635246-288-k204961.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise (JamFilm)
Fiksi PenggemarBagi Jam, sosok Film adalah orang yang harus ia lindungi. Namun bagi Film, sosok Jam adalah orang yang sangat ia benci. "Film, apakah kamu tidak ingat janji kita pada saat dulu?" "Janji? Janji itu telah kau ingkari duluan, Jam"