Keheningan terjadi sebentar dan keheningan pun terpecah ketika orang itu berbicara lagi, "Tapi... bagaimana jika kenyataannya adalah ibunya Film bukan meninggal karena tembakan pistolmu?"
Mendengar ucapan tersebut, tubuh Jam terasa kaku. Ia terdiam untuk beberapa saat, berusaha keras memahami kalimat tadi.
"Bodoh, kalian harusnya sadar bahwa kalian hanya bocah kecil yang mudah termanipulasi" ucap orang itu.
//////////
Flashback On
"Wah, Film, coba lihat ini, ada mainan baru" Jam sedikit berteriak untuk memanggil Film yang sedang membongkar laci
Brummmm...
Brummmm...
Belum sempat Film melihat mainan yang dipegang Jam, suara mobil terdengar dari depan rumah.
"Hmm, Film sepertinya ibumu sudah datang, suara mobilnya terdengar" Jam berucap sambil membawa mainan tersebut keluar kamar. Jam ingin menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan ibunya Film yang baru saja pulang dari kerja. Film masih di kamar ibunya mencoba mencari mainan lain pada saat Jam sudah keluar kamar.
Jam yang masih berusia 6 tahun, membawa pistol yang awalnya dikira pistol mainan ke luar rumah.
Saat Jam membuka pintu depan, Jam hanya melihat mobil ibunya Film terparkir di depan rumah. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk orang di dalamnya keluar dari mobil tersebut.
'Mengapa ibunya Film lama sekali keluarnya' batin Jam yang heran ketika melihat ibunya Film terduduk lemas di dalam mobil. Jam hanya berpikir ia kelelahan.
Setelah beberapa detik, terlihat gerak-gerik ibunya Film akan membuka pintu mobil. Jam berniat akan bermain tembak-tembakan dengan pistol mainan itu.
Ketika pintu mobil baru saja terbuka....
DORRRRR.....
Ibunya Film terjatuh ke bawah.
Tanpa Jam sadari bahwa tembakannya dilakukan bersamaan dengan keadaan ibunya Film terjatuh ke bawah.
Jam mengarahkan pistolnya lebih tinggi dari posisi ibunya Film berdiri. Itu artinya, tembakan Jam meleset dan tidak mengenai ibunya Film sedikitpun.
Dari awal, ibunya Film sudah tertembak oleh orang lain. Tertembak sebelum pulang ke rumah. Ia terluka di bagian bahu dan meninggal karena begitu banyak darah yang keluar.
Flashback Off
//////////
Setelah menyadari semua itu, Jam berkata, "Itu berarti, kau penyebab ibunya Film meninggal? Kau yang menembaknya?!"
"Hey bocah, dengar. Kawila Corp sangatlah sukses pada saat itu maupun sekarang. Coba kau pikir, berapa banyak lawan bisnis Kawila Corp. Banyak lawan bisnis yang itu artinya banyak juga yang ingin menjatuhkan perusahaan ini"
Jam masih belum juga menemukan keberadaan orang tadi, mereka hanya berbincang tanpa saling memandang, "Siapa lawan bisnis yang kau maksud? Siapa lawan bisnis yang ingin menjatuhkan Kawila Corp?
Hening.
Jam menunggu jawaban tetapi hanya keheningan yang menyelimuti parkiran basement tersebut. Jam mengelilingi semua sudut parkiran dan tidak juga menemukannya. Orang itu telah pergi.
**
Saat Jam sadar bahwa orang itu tidak ada lagi di parkiran, Jam mengingat Film. Ia takut bahwa orang tadi bisa saja pergi ke ruang CEO untuk mencoba melukai Film.
Jam segera lari ke lantai 5. Setibanya di depan ruang CEO, tanpa mengetuk, Jam langsung membuka pintu tersebut.
Di dalam ruang CEO, terdapat Film, paman Not, dan satu orang laki-laki yang duduk berhadapan dengan Film.
"Jam, untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Film.
Paman Not dan satu orang laki-laki itu hanya terdiam memandang Jam yang berusaha mengatur napasnya karena lelah berlari.
Film segera menarik Jam untuk dapat berbicara di ruangan lain dimana orang tak dapat mendengar perbincangan mereka.
"Aku bertanya sekali lagi, untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Film.
"Siapa laki-laki yang ada di ruanganmu tadi?" Jam bertanya tanpa menjawab pertanyaan Film terlebih dahulu.
"Jam, jawab aku, bukan bertanya kembali"
"Oke, aku awalnya datang untuk menjelaskan bahwa Tre itu benar-benar bukan pacarku dan yang kedua, aku datang ke sini untuk memastikan kamu aman. Tapi itu sudah berlalu, sekarang aku tanya, siapa laki-laki tadi?"
"Paman Not?" Film memastikan siapa orang yang Jam tanya.
"Bukan, kalau paman Not, aku sudah tau. Tapi ..."
"Ohhh, Nawin. Dia CEO perusahaan Phaingam Corp, menawarkan kerjasama dengan perusahaanku."
"Dan kamu terima?" tanya Jam.
"Iya, aku sudah berdiskusi dengan paman Not, kami setuju."
Jam hanya menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian, Jam terlihat gelisah.
"Ada apa?" Film bingung ketika melihat Jam seperti mau berbicara sesuatu.
"Hah? Ehm, tidak apa-apa. Kalau begitu, silahkan lanjutkan meeting nya, aku akan kembali ke kantor polisi. Sampai jumpa" Jam langsung pergi dari hadapan Film.
Awalnya Jam ingin memberitahu bahwa ia bukan penyebab ibunya Film meninggal, tapi Jam tidak tega. Jam tidak ingin Film merasa bersalah karena telah menuduhnya sebagai pembunuh selama bertahun-tahun.
'Biarkan saja Film tetap membenciku daripada Film harus menyalahkan dirinya sendiri' batin Jam.
**
Suasana di kantor polisi cukup tenang, Jam dan rekan-rekannya membaca berkas-berkas laporan kasus yang harus ditangani.
Tiba-tiba Jam teringat Nawin, laki-laki yang berada di ruangan CEO Kawila Corp. Jam cukup merasa tersaingi, Nawin memiliki postur tubuh yang bagus, kaya, dan jabatannya tinggi. Jam mencoba mencari profil Nawin yang merupakan CEO dari Phaingam Corp serta membaca beberapa artikel mengenai perusahaan tersebut.
Jari tangan Jam berhenti ketika melihat artikel yang menarik perhatiannya, artikel yang dipublikasi beberapa tahun lalu.
'Kawila Corp Mengalami Peningkatan Pendapatan, Menggeser Posisi Phaingam Corp sebagai Perusahaan Nomor Satu di Thailand'
Jam membaca artikel tersebut dengan menyeluruh dan berpikir, 'Jadi, beberapa tahun yang lalu, Kawila Corp dan Phaingam Corp termasuk dua perusahaan yang saling bersaing dalam bisnis. Apakah Nawin punya maksud tersembunyi ketika mengajak perusahaan Film bekerjasama?'
**
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/352635246-288-k204961.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise (JamFilm)
FanfictionBagi Jam, sosok Film adalah orang yang harus ia lindungi. Namun bagi Film, sosok Jam adalah orang yang sangat ia benci. "Film, apakah kamu tidak ingat janji kita pada saat dulu?" "Janji? Janji itu telah kau ingkari duluan, Jam"