Setelah membaca artikel tersebut, Jam memikirkan cara untuk memberitahu Film. Akhirnya, pada malam hari, Jam memilih untuk pergi ke rumah Film.
Ting.. Tong...
Jam menunggu pintu di depannya dibuka oleh sang pemilik rumah. Film yang awalnya santai sambil bermain handphone di atas kasur pun bergerak untuk membuka pintu setelah mendengar bel berbunyi.
"Jam? Kenapa malam-malam datang ke sini?" tanya Film ketika melihat Jam di depan pintu.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan"
Film sedikit bingung ketika melihat ekspresi Jam sangat serius, "Ya sudah, masuk dulu"
Mereka berbincang di ruang tamu. Keheningan menyelimuti ruangan itu untuk beberapa saat.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Jam?"
Jam menatap mata Film, lalu berkata "Menurutmu, Nawin itu orang yang seperti apa?"
"Nawin? CEO Phaingam Corp?" Film berusaha memastikan bahwa mereka membicarakan orang yang sama
"Iya, Nawin yang tadi siang ku lihat di ruang meeting mu"
Film terlihat berpikir sejenak, "Eumm, aku tidak yakin karena tadi adalah pertama kalinya aku bertemu dia"
Jam dengan tatapan memohon dan refleks memegang tangan Film, berkata "Bisakah kamu menjaga jarak dengannya? Bisakah Kawila Corp tidak ada kerjasama dengan Phaingam Corp?"
"Memangnya kenapa? Berikan aku alasan yang jelas"
Jam tak tau harus memberi alasan apa, kalau ia berkata tentang lawan bisnis, pasti Film akan bertanya mengapa Jam berpikiran seperti itu. Jam tidak ingin Film tau tentang kejadian di masa lalu. Ia tak ingin Film merasa bersalah, lagipula Jam juga belum punya bukti bahwa Phaingam Corp terlibat dalam kematian ibunya Film, Jam hanya waspada.
Film yang melihat Jam terdiam, lalu bertanya sekali lagi "Jam, beritahu aku alasannya"
"Film, bisakah kamu hanya percaya denganku? Aku tidak bisa memberitahu alasannya, kalaupun kamu tidak bisa memutus kerjasama itu, tolong jaga jarak dengan Nawin"
Ekspresi wajah Film terlihat marah dan serius, "Jam, selama aku mengenalmu, aku selalu percaya denganmu, tapi kepercayaan itu kamu hancurkan. Lalu kamu datang lagi dan aku bodoh karena berpikir semua akan berbeda, semua akan berubah. Ketika aku sudah mulai mendapatkan posisiku sebagai CEO, menjalin kerjasama dengan perusahaan lain, menuju kesuksesan, harusnya kau turut senang, Jam. Bukannya ingin aku menjauhkan mitra kerjaku"
Jam berusaha meyakinkan Film, "Film, aku berpikir bahwa Nawin punya maksud tersembunyi ketika ingin bekerjasama denganmu"
"Aku tidak peduli. Sekarang keluar dari rumahku" Film menarik tangan Jam dengan kuat untuk pergi dari rumahnya.
BRRAAKKK...
Hempasan pintu terdengar jelas di telinga Jam saat pintu tersebut ditutup dengan keras oleh Film tepat di hadapannya.
**
Beberapa hari kemudian, Nawin mengajak Film meeting di salah satu restoran mewah. Nawin berkata bahwa ia ingin suasana meeting lebih santai dan membuat diskusi lebih nyaman. Sekarang Nawin dan Film duduk dengan posisi saling berhadapan.
"Beruntung ya, Pak Not sedang sibuk dan tidak dapat hadir hari ini" celetuk Nawin.
Film yang tadinya melihat menu, kini melihat Nawin, "Maksudnya apa?"
"Tidak apa-apa" Nawin berkata sambil menyentuh tangan Film. Film yang terkejut langsung menarik tangannya.
Nawin sedikit terkekeh, "Tidak perlu terkejut begitu Film, perusahaan kita memutuskan untuk bekerjasama, jadi kita akan sering bertemu. Biasakan untuk berbicara santai saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Promise (JamFilm)
FanfictionBagi Jam, sosok Film adalah orang yang harus ia lindungi. Namun bagi Film, sosok Jam adalah orang yang sangat ia benci. "Film, apakah kamu tidak ingat janji kita pada saat dulu?" "Janji? Janji itu telah kau ingkari duluan, Jam"