《22》

4.1K 374 24
                                    

Fiksi Oke!

****

Sehabis nongkrong ala ala anak muda itu mereka lanjut nongkrong lagi di tempat lain yang masih sama sama di satu wilayah pinggiran kota. Dengan Mavein yang menyetir dan membayar semuanya, mereka berniat jalan jalan sampai malam.

Senja sudah mulai nampak, Ethan sehabis membuang hajatnya di salah satu toilet SPBU berhenti terlebih dahulu di depan cermin untuk mengaca, dia berlagak seperti pria tampan dan keren dengan menyisir rambutnya pakai jari jari tangan.

"Gue gak tahu kenapa ada makhluk hidup paket lengkap gini. Udah ganteng, ganteng, ganteng banget lagi, kurang lo apa si Than?"

"Kurang adab." Sambar seseorang di belakangnya.

Ethan terlonjak melihat kehadiran tiba tiba Regan. Cowok itu nampak bersungut dengan mata melotot tajam memberi kesan ngeri untuk Ethan.

"Hehe.., kebelet juga Reg?"

"Iya! Gara gara nungguin manusia banyak kekurangan yang lagi sok gak punya kekurangan! Gak usah di pikir lo kurangnya apa, karena udah jelas lo hidup aja udah sebuah kekurangan!"

Ethan mencebik. "Jahat..,"

Regan tak peduli, dia menatap tajam Ethan sekali lagi. "Tunggu sini! Gue buang air kecil dulu, kalau gue keluar lo udah gak ada awas aja. Gue cekokin solar kalau ketemu."

Ethan mendengus melihat Regan memasuki salah satu bilik. Dia berbalik kembali mengaca, saat menunduk tanpa sengaja dia melihat barang yang Regan berikan. Ada ponselnya, karena dari semalam dia belum pernah melihat ponsel itu akhirnya Ethan memutuskan untuk menyalakannya.

Ternyata sudah aktif dengan batrai penuh padahal seingatnya ponselnya mati kehabisan batrai dan dia biarkan begitu saja, mungkin ini ulah Regan atau Yairo.

Ada begitu banyak pesan dan panggilan tak terjawan yang masuk, di dominasi oleh Athan. Ethan diam, tanpa berniat membuka pesan pesan tersebut atau menelpon balik Athan, Ethan lebih tertarik untuk membalas chat dari maminya.

Di obok obok, airnya di obok obok~~ ik--

"Moshi moshi? Dengan Ethan tampan parnipurna di sini." Sapanya tersenyum lucu.

Terdengar dengusan dari sebrang. "Pulang, mainnya udahan."

Ethan berdecak kecil. "Belum juga gelap, masih pagi gini masa udah di suruh pulang."

"Pagi dari mana nya?! Ck, jangan kamu pikir mami gak tahu jam di sana ya! Udah mau malem, pulang kamu."

Ethan mengerucutkan bibir. "Masih mau main mami..,"

"Pulang, kasihan Athan sama papi kamu."

"Emang mereka kenapa? Bangkrut makanya Ethan harus merasa kasihan?"

"Heh! Mulutnya ya.., pokoknya mami gak mau tahu, satu jam dari sekarang kamu sudah harus ngabarin mami kalau kamu sudah di rumah."

"Dua jam ya?"

"Satu jam."

"Tiga jam deh,"

Bisa di pastikan Yolanda melotot di sana. "Gak ada tawar menawar! Pulang, sebelum itu kabarin dulu papi sama kembaran kamu."

"Buat apa? Kan Ethan udah mau pulang."

Regan keluar dari bilik dan melihat Ethan yang berdiri tak bisa diam, kakinya sibuk menendang nendang kecil tembok dengan satu tangan yang menyalakan dan mematikan keran, tak lupa dengan wajah yang menampilkan berbagai ekspresinya.

Regan hanya bisa mendengus tanpa suara, saat sedang teleponan pun Ethan tetap tak bisa diam.

"Iya iya, Ethan tahu kok mami sekarang lebih sayang Athan. Eyy, bercanda! Just kidding mi, don't spaneng lah..,"

Laksamana EthanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang