《45》

2.9K 366 76
                                    

Hai, tolong bantu koreksi typo ya:)
.
.
.
Fiksi oke!

****

"Gue mau kerja di sini. Beri gue seragam."

Tala yang sedang merekap laporan bulanan kafe di kagetkan dengan tamu tak di undangnya. Tanpa mengetuk pintu atau mengucap salam, tiba tiba datang menerobos masuk dan meminta di jadikan karyawan. Apa anak ini sakit jiwa?

Segera Tala menutup buku laporan dan menyingkirkan dari hadapannya. Dia bersedekap dada menilai tampilan anak itu. "Gak ada lowongan pekerjaan di kafe ini. Lo siapa? Siapa yang beri izin lo masuk ke ruangan ini? Lo gak baca ini ruangan apa?"

"Gue tahu dan gue gak butuh izin. Kenalin gue Jeovan, sahabat si kembar. Maksud dan tujuan gue di sini gue mau kerja bareng mereka." Gaya bicara Jeovan begitu angkuh dan terlihat percaya diri di mata Tala.

Tala cuma terkekeh remeh. Jadi ini Jeovan yang katanya beberapa hari ini menganggu ketentraman kafe alias menganggu Ethan. Menganggu Ethan sama saja menganggu ketentraman kafe. Karena tenangnya kafe ini bergantung pada mood Ethan.

"Lo tahu siapa gue?" Tanya Tala bersedekap dada angkuh mengikuti gaya Jeovan.

"Tidak. Tapi yang pasti lo punya peran penting di sini, karena lo menempati ruangan ini?" Jeovan menjawab dengan sedikit ragu karena takut dugaanya salah.

Dia mengedarkan mata untuk mencari kebenaran pikirannya kalau orang di depannya ini adalah orang yang harus dirinya temui jika ingin bekerja di sini. Tetapi Jeovan malah di buat salah fokus dengan desain ruangan yang sederhana, hanya ada satu meja kerja dengan tiga kursi dengan di belakangnya terdapat lemari buku, serta terdapat sofa panjang yang di perkirakan muat untuk kurang lebih sepuluh orang, dan terdapat banyak foto yang menjadi hiasan dindingnya. Jeovan terdiam menatap foto foto itu.

Tuk

Tuk

Tala mengetuk meja dua kali untuk menarik perhatian Jeovan. Dia tersenyum saat berhasil menarik fokus anak itu. "Lo bener, gue orang yang punya peran di sini. Kenalin, gue Jentala Mauris Gutama, general manajer di kafe ini."

"Ah, gue Jeovan Naka Allioga." Jeovan segera memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih sopan. Dia bahkan mengulurkan tangan terlebih dahulu tetapi di abaikan oleh Tala, maka di tarik kembali ulurannya oleh anak itu.

Tala di buat salah fokus dengan dua hal. Satu karena nama belakang yang di sandang anak itu, dua karena perubahan sikap anak itu yang menjadi sedikit lebih sopan ketika mengetahui siapa dirinya. Tapi melihat nama belakangnya, wajar jika dia memiliki sopan santun yang bagus, mau bagaimanapun anak anak dari keluarga ternama sepertinya harus menguasai basic manner.

"Jadi? Ada urusan apa tuan muda Allioga datang ke tempat ini? Meminta sebuah pekerjaan, apa ini lelucon?"

"Lo tahu keluarga gue? Bagus deh." Ekspresi Jeovan malah terlihat lega. Tala menahan senyum melihatnya.

"Siapa yang tidak mengenal Allioga? Seluruh umat di negeri ini harus tahu siapa orang yang berada di balik kesuksesan berjalannya hukum negeri ini. Benar bukan?"

Jeovan nampak semakin congak dan percaya diri. "Benar, tapi itu gak penting sekarang. Gue cuma mau lo kasih gue kerjaan di kafe ini. Gue beneran mau kerja sambilan di sini bareng si kembar, ini bukan lelucon."

Tala manggut manggut sok paham, lalu mengulurkan tangan meminta sesuatu. "Kalau mau kerja, harus ada berkas yang di serahkan. Bawa ke sini."

Jeovan menatap tangan itu, dia mana mungkin mempersiapkan daftar lamaran. Dia ke sini cuma modal kemauan. "Gak ada."

Tala tersenyum menarik tangannya kembali. "Kalau gitu, silahkan keluar."

Jeovan tidak mau beranjak. Dia malah dengan berani memasang ekspresi datar yang nampak menantang. Tala cuma menaikan satu alis menunggu apa yang anak itu akan katakan.

Laksamana EthanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang