Bab 3

556 87 47
                                    

Kini, Deira sedang berada di sebuah cafe menikmati secangkir kopi. Memainkan ponsel yang berada digenggamannya.

"Mamah! Aku mau milkshake rasa stroberi!"

Suara anak kecil membuat dia mengalihkan pandangannya. Terlihat ada seorang anak kecil beserta keluarganya. Deira menatap sendu keluarga cemara itu yang sangat harmonis.

"Gue juga mau ngerasain bagaimana keluarga lengkap itu, punya Abang yang sayang bangettt sama gue, Ibu, Ayah. Kekayaan gak membuat bahagia. Gue mau keluarga gue lengkap, harmonis. Tapi itu gak mungkin terjadi,Hanya bisa berandai-andai." batin Deira. Sakit hatinya ketika melihat keluarga cemara itu, Deira juga ingin merasakan bagaimana keluarganya lengkap dan harmonis. Memikirkan ayahnya yang sibuk bekerja dan kakaknya yang benci padanya membuat hati Deira bertambah sakit.

"Sudahlah, jangan mimpi terlalu tinggi Deira." monolognya, lalu kembali fokus pada layar ponselnya.

"Eh ada nak Deira." seorang wanita paruh baya duduk di hadapan Deira. Deira menatap wanita paruh baya itu dengan rasa sayang. Ia menyimpan ponselnya lalu memeluk Heni Ibu dari Nasya sahabat kecilnya. Deira sudah menganggap Heni sebagai Ibunya.

"Bu, kemana aja? Aku baru liat ibu lagi." ucap Deira.

Heni mengelus rambut Deira, "Kamu yang kemana aja, Ibu selalu ada dirumah. Main kerumah atuh, ibu juga ngerasa kalau Nasya sekarang jarang main sama kamu." ucap Heni.

"Aku sibuk bu, harus belajar buat lomba di sekolah jadi jarang main sama Nasya." bohong Deira.

"Jangan sampai kalian musuhan ya. Eh iya ibu kesana ya mau ketemu teman ibu." pamit Heni.

Deira tersenyum, "Baik ibu."

Kemudian Heni pergi ke meja yang berada di pojok kanan untuk menemui teman lamanya.

"Asal ibu tahu persahabatan kita sudah hancur," batin Deira sendu.

Karena sudah bosan di cafe, Deira membayar minumannya lalu pergi.

Sore hari yang sangat sepi, di jalan mobil yang dikendarai Deira melaju cepat, hingga ada beberapa laki-laki pengendara motor sport yang berada di sebelah mobil Deira dan ada juga yang di belakang.

"Ck, cuma mau pulang aja ada halangan kek gini." batin Deira kesal.

Beberapa pengendara motor itu semakin menjadi membuat Deira terpaksa berhenti lalu keluar dari mobilnya. Para pengendara motor itu juga ikut berhenti lalu berjalan menuju Deira. Ada empat orang laki-laki berjaket hitam dengan celana jeans yang tidak Deira kenal.

"Jangan halangin jalan bisa?" ucap Deira dingin.

"Ck! Cewe sok jago lo! Hahaha!" ucap salah satu diantara mereka.

"Sabilah bos kita pakai, bodynya bagus juga." seorang laki-laki menatap Deira dari bawah sampai atas dengan tatapan menggoda.

Ayolah, Deira saat ini hanya memakai sweater dan celana pendeknya.

Deira berdecak malas, dia menatap tajam ke empat lelaki itu, "Satu banding empat, bisa?" ucap Deira menantang.

"Maksud lo apa? Mau lawan kita yang berempat? Lawak lo!" ucap laki-laki yang mereka anggap bos.

"Hahahaha! Cewek kayak lu jangan sok jagoan deh, mending main sini sama kita ya kan? Asik loh neng."

Amarah Deira meluap saat mendengar kalimat itu, "Bajingan kayak kalian remeh bagi gue." ejek Deira.

Bugh...

Satu bogeman mentah Deira layangkan pada bosnya. Membuat bos mereka tersungkur.

"Ck! MAJU KALIAN!" perintahnya.

Terjadi perkelahian sengit antara cewek satu dan empat laki-laki.

Deira gesit menangkis serangan. Mereka dibuat babak belur olehnya.

Semua laki-laki terjatuh tak berdaya, "Cemen lo pada, mana katanya kuat? Iya sepuh gue cewek lemah." ledek Deira.

"Kurang ajar lo! S-shh perih anjing!" ucap salah satu diantara mereka sembari menahan perihnya.

"Kurang pukulan kali lo!" ucap Deira, lalu dia menonjok tepat pada dada laki-laki itu.

"Arghhh! TAI!" ringis laki-laki itu.

Mereka berempat langsung berdiri dan melajukan motornya dengan keadaan terdapat banyak bekas tonjokan.

Brummm...

Brummm...

"Ck, omongannya aja yang besar. Dasar para BANCI!" teriak Deira. Deira senang seperti ia mendapatkan hadiah saja. Dia bisa meluapkan emosi pada empat lelaki tadi.

Prok...

Prok...

Prok...

Suara tepukan tangan membuat Deira menatap asal suara itu.

"Hebat juga lo, keren! Jagoan amat!" heboh Denis. Masih ingat kan dengan Denis? Ya, Denis. Dia melewati jalan itu dan melihat ada yang sedang berkelahi. Denis memarkirkan motornya di pinggir jalan, ia melihat apa yang terjadi. Ternyata perkelahian antara satu cewek dengan empat cowok. Denis tadinya ingin membantu tapi melihat cewek itu bisa mengalahkan empat cowok. Setelah diteliti ternyata cewek itu adalah Deira. Denis sangat kagum.

Deira tidak merespon apa pun dia langsung menaiki mobil dan menancapkan gasnya pergi meninggalkan jalanan tersebut.

"Lah? Kacang banget gue, tai lo deira!" kesal Denis.

*
*
*

Deira telah sampai di rumahnya, dia langsung memarkirkan mobilnya lalu masuk ke dalam rumahnya.

"Fyuhhh, capek juga gue." ucap Deira.

"Apa? Kalian gak bisa kalahin satu cewek? GUE BAYAR KALIAN MAHAL LOH!"  Deira mendengar suara Abangnya sedang bertelepon.

"Maksudnya? Jadi empat orang cowok tadi suruhan abang gue?" batin Deira.

Deira terkejut, sampai begitukah abangnya membencinya? Ya tuhan...

Deira berjalan menuju tempat Abangnya berada.

Bughh...

Satu bogeman Gheo dapatkan.

"MAKSUDNYA APA NJING! ABANG GAK GUNA ANJING! TAI LO! KALAU MAU BUNUH GUE YA BUNUH AJA! SAMPE SEGITUNYA LO BENCI GUE HAH? GUE SALAH APA? Gue salah apa bang..." ucap Deira, tak lama air matanya membasahi pipi.

Sedangkan Gheo terkejut mendapatkan pukulan tiba-tiba. Dan entah kenapa dia juga merasa sakit hati dengan ucapan yang dilontarkan Deira.

"Maaf kalau kehadiran gue disini membuat lu menderita, tenang aja gue juga bakalan mati cepet ko." setelah mengucapkan itu Deira pergi meninggalkan Gheo yang termenung, apakah ini terlalu berlebihan?

Dia merasa iba pada Deira sang adik, "Gak mungkin gue kasihan, dia yang buat mamah meninggal." ucap Gheo.

"Arrgh!"

Gheo mengacak-ngacak rambutnya lalu pergi ke kamarnya.

***

Terima kasih sudah membaca....

Jangan lupa votmen

Terima kasih kawan 😊

Deira NOT ANTAGONIS! ||  [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang