Aku bersumpah akan membuat dia menanggung waktu tidur nyenyakku yang terbuang malam ini. Kutarik gagang pintu kos dengan erat, melangkah mantap untuk menghadang tetangga baru.BLLAAMM!!!
Dentuman pintuku berkali lipat dari ritme musiknya. Teman metal Aydan memanggilnya untuk bicara padaku.
“Ada apa? Buruan!” Kata Aydan mendesak.
“Ck! Harusnya gue yang ngomong begitu, buruan matiin musik lo yang nggak berfaedah itu.” Kusimpan kedua jemari dalam saku piyama.
“Sini, lo!”
Aydan menarikku hingga melewati dua kamar dari kamarnya.
“Iihhhh… lepasin! Sakit tangan gue!!!” Rengekku.
“Denger ya, cewek nggak becus kerja, jangan pernah sekalipun lo gangguin hidup gue lagi. Gue nggak mau kena sial terus. Jadi sebaiknya lo jaga jarak dari gue!”
Mendengar hal itu, jujur aku sakit hati. Tapi aku tak tinggal diam.
“Lo nggak usah ngerembetin masalah yang sudah lewat! Gue Cuma mau bilang matiin musik lo. Gue mau tidur sekarang juga.”
“Gue nggak peduli! Bodo amat!!! Mau lo tidur, atau jungkir balik kek, bukan urusan gue! Yang gue minta Cuma satu. ‘Jangan dekat-dekat’.”
Alisku menyatu saking tak mengerti dengan maksud ucapan Aydan.
“Emangnya lo pikir gue suka deket-deket sama lo? HELLO …. Jangan geer, ya, Gengs!”
“Cck!”Aku bergeleng pelan melihat pemikiran dangkal anak satu ini.
“Pokoknya gue nggak mau matiin musik itu sampe pagi, titik.”
“APA???” Aku mengejarnya.
“Lo udah gila, ya?” Kesabaranku sudah habis melihat ulahnya. “Matiin musiknya nggak, atau gue laporin ke Ibu kos?”
Cowok berkulit putih ini mengangkat alisnya. “Laporkan saja sana. Gue nggak takut. Bahkan seisi kos ini sudah gue usir pergi dari sini!” Terang Aydan dengan mata berbinar, bahkan hampir lepas dari tempatnya.
“Maksud lo, apa?” Aku melihat setiap pintu kos yang lain. Tertutup rapat tanpa ada sandal satupun yang nongkrong di depan pintu.
“Kemana semua orang?” Kutanya dia dengan wajah kebingungan.
“Bukan urusan lo! Sebaiknya lo tidur di tempat lain malam ini, karena gue mau pesta sampai pagi!”
Aydan berbalik dan kembali ke kosnya. Sedang aku menganga tak mengerti.
Kemana semua orang? Ibu kos tumben sekali pergi? Delapan anak kos disini juga, kok bisa pergi secara bersamaan? Hebat! Aku tak dapat informasi apapun selain amarah dari cowok bertubuh jangkung itu.
Aku memejamkan mata beberapa saat sebelum menghela napas panjang. Seluruh sendiku rasanya sudah hampir rontok karena bekerja seharian. Dan sekarang, yang kuhadapi lebih parah.
Aydan dan teman-temannya semakin mengeraskan volume musik. Kali ini semakin keras bercampur gelak tawa mereka yang membuat darahku semakin mendidih.
Detik itu aku tak bisa lagi menahannya. Aku berjalan sangat cepat ke kamarnya.
“AYDAAAN, GUE BENCI BANGET SAMA LO!!!”
Entah punya kekuatan dari mana, aku mencabut colokan dari pengeras suaranya. Seketika tingkahku menyita empat pasang mata yang membulat penuh.
“Lo hidup bukan sendirian di kos ini. Jangan seenaknya. Kalau mau pesta di klub sana! Bukan di kos. Nggak modal banget!” Aku melangkah lebar keluar dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY KAMAR SEBELAH
Teen FictionCERITA INI MURNI KARYA AUTHOR. DILARANG KERAS PLAGIAT. NERAKA MENUNGGUMU! Renata Tsalisatunnisa memutuskan untuk pergi dari rumahnya karena sang ayah membawa istri baru ke rumah mereka. Ia memilih untuk hidup mandiri dengan mengkos di salah satu kos...