Badboy Kamar Sebelah
Mama ...
Papa ...
Kakak ...
Maaf karena sudah meninggalkan kalian. Renata pikir hidup sendiri itu bisa mendapatkan ketenangan dan lebih bahagia. Nyatanya, sulit sekali.Renata selalu mendapat masalah. Dan hari ini, seseorang hendak melakukan hal buruk pada Renata. Sumpah, Renata nggak sanggup, Ma, Pa, jika hal itu sampai terjadi. Renata nggak kuat.
Aku berlari kencang sekuat tenaga yang tersisa. Aydan turun dari motor dan kaget melihatku berlari ngos-ngosan dengan air mata meleleh.
"Lo kenapa?" Dia menunduk menyusulku duduk tersimpuh.
Hikkss ... Hikkss ...
"Tolongin gue, ada orang menerobos masuk ke kamar gue tadi. Gue takut banget," keluhku bersuara hampir putus-putus.
Aydan memegang tanganku. "Renata, yang tenang dulu. Ada apa? Ceritain pelan-pelan."
Saking paniknya, Aydan sampai tidak paham dengan perkataanku.
"Di kamar, ada orang yang mau jahatin gue. Gue takut banget."
Mungkin rambutku terlihat sangat berantakan sampai-sampai Aydan menautkannya ke telingaku. Aku tertunduk layu sembari menangisi keadaan diriku.
"Lo tunggu di sini. Biar gue kasi pelajaran tu anak!"
Rahang Aydan mengeras. Ia melepas tanganku dan berlari memeriksa.
Aku meringkuk di bawah motor Aydan. Kulihat sekitar, motor matic Yogi tidak ada di sini. Kemana anak itu pergi? Aku jadi takut jikalau harus bertemu dengannya di cafe besok.
Pov 3
Aydan berlari kembali ke Renata. "Nggak ada siapa-siapa di sana," katanya sembari merentangkan telapak tangan.
"Tapi tadi dia di dalam. Gue takut banget, Aydan." Renata mencoba berdiri setelah menghapus air matanya.
Cowok berjaket kulit dengan tindik di telinganya, membantu tetangga kosnya itu untuk berdiri.
"Duduk dulu, tenangin diri lo," kata Aydan setiba memapah Renata kembali ke kamarnya.
"Minum dulu." Gadis berambut sepunggung itu menerima sebotol air yang Aydan ambil dari rumahnya.
Aydan merunduk untuk mengambil ponsel Renata di bawah kolong karena cahaya senter yang masih menyala. Suasana cukup gelap. Pandangan mereka terbatas mengingat Aydan tak mendapat senter di toko 24 jam manapun.
"Sorry, gue nggak nemu penjual senternya. Jadi, lo bisa pakai ini buat sementara."
Cowok berbau cologne campuran lemon, cardamon, tonka bean dan amber ini mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
"Nih, ambil."
Renata menerima benda itu. "Tahu nyalainnya kan?" tanya cowok itu. Gadis berpiyama toska gelap menggelengkan kepala membuat rambutnya bergoyang lembut.
Aydan pun menyalakan. "Nih, buat jaga-jaga kali aja hape lo mati. Btw, lo sudah mendingan 'kan. Coba ceritain ke gue kejadian sebenarnya." Aydan menarik bangku dari meja belajar Renata menyejajarkan posisi. Kini mereka duduk berhadapan, dengan letak Renata di ujung tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY KAMAR SEBELAH
Teen FictionCERITA INI MURNI KARYA AUTHOR. DILARANG KERAS PLAGIAT. NERAKA MENUNGGUMU! Renata Tsalisatunnisa memutuskan untuk pergi dari rumahnya karena sang ayah membawa istri baru ke rumah mereka. Ia memilih untuk hidup mandiri dengan mengkos di salah satu kos...