Carlison berjalan pelan didepan kamar Sangkara. Ada Aston yang tengah berjaga disamping pintu. Ia sudah beberapa kali lewat karena masih tak yakin dengan perasaannya sendiri.
Ia tak tau mengapa, sedari tadi dirinya ingin sekali menemui putra bungsunya. Aston bahkan tak dapat mengalihkan pandangan dari tuan besarnya yang entah kenapa sudah berkali-kali melewati kamar Sangkara.
"Aston."
"Ya, tuan?"
"Dimana anak itu?"
"Tuan muda kecil sedang tidur siang, tuan," jawab Aston.
Tanpa berpikir panjang lagi, Carlison membuka pintu dan masuk kedalam kamar bungsunya. Ia dapat melihat anak kecil itu tengah tertidur nyenyak.
Tangannya bergerak meraih botol dot kosong yang tergeletak disamping wajah Sangkara. Lama ia hanya menatap wajah Sangkara yang sangat mirip dengan mendiang istrinya. Tangannya terangkat mengelus pelan kain kasa yang membalut luka dilengan Sangkara.
"Maaf...."
Sangkara menggeliat membuat Carlison sontak menjauhkan tangannya. Sesaat setelahnya, mata indah itu terbuka perlahan.
"Papa ... sshh!" Sangkara meringis saat tak sengaja menimpa lengannya saat dirinya ingin menghadap sepenuhnya pada Carlison.
"Pelan-pelan, Sangkara."
Sangkara tersenyum lebar. "Adek okay, Papa," ucapnya. Sangkara mendudukkan dirinya perlahan. Ia mendongak balik menatap Papanya yang juga sedang memperhatikan dirinya. Namun tak lama, Sangkara kembali menunduk seraya memilin ujung bajunya.
"Papa, maafin adek ya tadi masuk ke kamal mama sembalangan," cicit Sangkara. "Tadi juga adek mau sentuh gelang kupu-kupu punya mama. Mau pegang sedikit kok, nggak banyak. Adek suka banget sama buttelfly Papa."
Carlison menghela napasnya panjang. Ia tak bisa menyangkal bahwa sekarang ia sedang merasa bersalah sudah membuat anak itu terluka.
"Papa juga minta maaf."
"Eum?" Sangkara mendongak. "No need to say solly Papa, adek yang salah."
"Kau bisa masuk kesana sesukamu," ujar Carlison.
Sangkara tersenyum lebar. "Benelan? Adek boleh ke kamal mama lagi?" tanyanya antusias.
"Hm. Asal jangan merusak barang yang ada disana," peringat Carlison.
Sangkara menganggukkan kepalanya ribut. "Adek gak akan lusak balang mama, adek plomise!"
Carlison tersenyum kecil. Sangkara bahkan tak menyadari bahwa Papanya itu tengah tersenyum saking kecilnya senyum Carlison.
"Telima kasih, Papa."
Carlison menganggukkan kepalanya pelan. "Tidurlah lagi."
"Adek udah gak ngantuk, Papa mau kelja ya?"
"Tidak," jawab Carlison singkat.
"Liat kupu-kupu sama adek, mau?" tanya Sangkara menatap Carlison penuh harap.
"Papa si-"
"Please Papa...." Sangkara menatap Carlison dengan mata bulatnya.
Carlison menghela napasnya panjang. Entah kenapa ia tak tega menolak. "Baiklah."
Senyum lebar muncul menampakkan lesung pipi anak itu. Sangkara turun dari ranjang seraya menggenggam jari telunjuk Papanya.
"Jam segini banyak sekali kupu-kupu ditaman belakang Papa," beritaunya antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkara Ainsworth
RandomSangkara Ainsworth, anak berumur sepuluh tahun yang sangat polos. Gaya bicaranya yang cadel membuat anak itu semakin menggemaskan. Sangkara harus menjalani kehidupan tanpa mengetahui bahwa Papa dan abang-abangnya mempunyai rasa tak suka atas dirinya...