Si kucing

199 14 0
                                    

15 menit lagi sepertinya jam istirahat akan menunjukkan tanda-tanda berakhir. beberapa anak yang memang sudah selesai menyantap makan siangnya dari kantin, terlihat kembali menuju kelasnya masing-masing. anak-anak yang tadinya sibuk untuk bermain dengan teman-temannya juga terlihat mondar-mandir untuk kembali ke kelas karena takut terlambat untuk pelajaran selanjutnya.

salah satunya Jennifer, murid pindahan yang baru saja keluar dari perpustakaan di lantai 3. sambil membawa satu buku yang sepertinya dia baru pinjam dari sana, Dia berjalan sendirian melewati koridor menuju salah satu kelas yang ada di ujung.

lantai 3 memang hanya khusus untuk anak kelas 3 dan beberapa laboratorium serta ruangan-ruangan publik di sekolah itu. tak heran jika lantai ini adalah lantai yang paling tidak sibuk dibanding lantai-lantai lainnya.

saat Jennifer melewati koridor pun hanya terlihat satu atau dua anak yang berpapasan dengannya. kebetulan di samping perpustakaan juga ada satu tangga yang menuju ke bawah, mungkin beberapa orang yang berkunjung ke perpustakaan lebih memilih untuk turun melalui tangga itu.

karena kelas Jennifer ada di lantai yang sama dengan perpustakaan, tentu saja gadis itu lebih memilih untuk melewati koridor yang sepi dibanding harus turun dulu ke bawah. awalnya, dia merasa biasa saja karena memang sudah sering melewati koridor itu beberapa hari setelah kepindahannya.

namun kali ini ada sedikit hal yang berbeda ketika dia melewati ruangan gudang yang berada di pojok koridor sebelah kanan. sejauh yang dia tahu, gudang itu adalah gudang penyimpanan barang-barang yang sudah rusak milik petinggi dari sekolah. otomatis, jarang sekali orang yang keluar masuk ke gudang itu kecuali memang ada hal penting yang ingin dicari di gudang.

bukan melihat orang atau melihat sesuatu yang aneh, Jennifer justru mendengar ada suara lengkingan yang terdengar samar dari arah pojok koridor. langkah kaki sang puan terhenti sebentar sambil netranya menoleh ke arah suara yang terdengar.

"ga salah dengar, kan?", gumamnya.

suara itu memang hanya satu kali dia dengar, dan bisa saja dia mengabaikan suara itu karena memang tidak terdengar lagi setelahnya. namun entah mengapa langkah kaki Jennifer justru malah membawanya mendekat pada pintu gudang.

gudang itu memang bukan ruangan tertutup yang tidak bercelah. ada satu kaca jendela yang terpasang di samping pintu gudang yang terkunci. di balik kaca yang terlihat memburam karena tertumpuk oleh debu, Jennifer berinisiatif untuk menengok ke dalam gudang.

dari jendela itu dia bisa melihat banyak sekali barang-barang dan berkas yang tertumpuk acak di ruangan yang tidak terlalu besar. dari bentuk dan ukurannya tidak ada satupun barang yang mencurigakan di dalam sana, namun dari salah satu kardus besar yang ada di lantai, dia melihat ada satu jeruji besi seperti kandang hewan yang tertutup oleh kardus besar.

Jennifer mengerutkan keningnya sambil berusaha mempertajam pandangannya supaya dia bisa meyakini dirinya sendiri bahwa penglihatannya tidaklah salah. Dia bergumam sendiri, "itu kandang hewan?"

berkat suaranya yang bisa dibilang tidak pelan itu, Jennifer ternyata memancing suara lengkingan yang tadi sempat dia dengar untuk kembali bersuara. dari jarak sedekat ini, Jennifer bisa melihat ada ekor berbulu dari dalam kandang dan suara lengkingan yang tadi dia dengar jelas terdengar seperti suara anak kucing yang kesakitan.

naluri seorang manusia milik Jennifer ternyata terpanggil. dia begitu terkejut ketika melihat ekor berbulu itu bergerak dan suara lengkingan yang dia dengar semakin kencang. lebih paniknya lagi, Jennifer bisa melihat ada darah yang mengalir dari sela kandang besi itu di lantai.

"astaga!", pekik jennifer.

dengan kepanikan yang ujarkan secara spontan, Jennifer segera meletakkan bukunya pada kursi yang ada di depan gudang. dia mencoba untuk membuka pintu gudang dengan tangan kosong walaupun sebenarnya dia tahu bahwa pintu gudang itu pasti terkunci.

SEVENTEEN : Hide 'n SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang