Team 1 - Badai di Lantai 2

138 10 4
                                    

Awalnya memang keadaan yang terbilang berantakan ini masih bisa sejalan dengan rencana Jeonghan tadi. Ingat kan perihal perkataan Jeonghan bagian "kita harus keluar" sebelumnya? Saat itu dan sekarang memang hanya itu rencana tunggal sang primadona. Dan terbilang mulus saja walaupun saat menuju tangga tengah di lantai 3, Jeonghan, Sejeong, dan juga Jun yang bersamanya harus terseret arus kerumunan siswa yang juga berteriak serta panik ingin cepat turun ke bawah.

Namun, nasib tak baik harus mereka alami karena kaki Jeonghan harus tersandung kaki siswa lainnya dan membuat dia beserta beberapa orang disekitarnya terjatuh dan bertumpukan. Genggaman tangannya dengan Sejeong memang terlepas, namun hal itu tak lantas membuat gadis belia itu kehilangan sahabatnya dari kecil, sebagai catatan sebenarnya ada hati yang diletakkan gadis itu pada si primadona dalam diam.

"TIDAKK!! JEONGHAN!"

Begitu pekikan Sejeong yang samar di dengar Jeonghan di bawah kerumunan itu. Dia hanya sanggup untuk menahan tubuhnya yang terhimpit sambil berusaha untuk berdiri agar dia tidak lantas mati di tempat karena tertindih lautan manusia. "sial", hanya itu umpatan yang bisa keluar dari mulutnya.

"HAN! PEGANGAN!"

Jun, yang ternyata masih disana, berhasil menemukan keberadaan Jeonghan. Entah dimana Sejeong sekarang namun saat berhasil melihat Jun di atas sana, Jeonghan langsung meraih tangan kawan sekelasnya itu dan berusaha bangkit.

"Aduh sialan! Ini gue udah kayak ada di tsunami manusia"

"Tahan, Jun. Jangan sampai keseret. Kita menepi."

"Belakang lo kosong, Han. Mundur!"

Oke, rasanya memang tak adil, tapi Jeonghan menurut. Dia sadar kok perihal kawanya satu lagi yang seharusnya dia juga cari sebelum menepi. Cuma mungkin mencari di tengah arus orang begini juga bukan hal baik. Jadi, disinilah dia dan Jun berada. Dia menepi di depan kelas paling pojok dengan kedua tubuh mereka didempetkan ke tembok, ini menghindari seretan arus kembali karna arah manusia masih berlarian menuju tangga.

"Gila, mereka semua mau ke bawah?", Jun membuka suara.

Jeonghan melihat sekilas beberapa adik kelasnya yang berlarian melewati dirinya dan Jun. Kemudian dia menjawab perkataan Jun tanpa menoleh pada yang mengajak bicara.

"Kenapa mereka lari?", begitu pertanyaannya.

Jun tiba tiba saja melayangkan satu tepakan tangan pada kepala belakang Jeonghan yang saat itu membelakangi pandangannya. Tak peduli karena mendapatkan erangan kesal dari korban, Jun justru terlihat lebih menggebu-gebu.

"Heh! Pertanyaan lo harus gue jawab kah?"

"Ya namanya gue nanya harusnya ada jawaban. Kalo gue merem namanya tidur"

"Hadeh Yoon Jeonghan! Lo liat sendiri tadi Jennifer udah kayak monster di kelas kan? Terus? Menurut lo aja ini anak anak lari-lari kenapa?"

Iya, sih. Jun benar. Jeonghan juga jadi seketika berpikir dan mengingat kembali bagaimana Jennifer bersimbah darah dan bersikap layaknya monster di kelas tadi. Tapi memangnya ini sungguhan terjadi? Maksudnya............. Apa situasinya memburuk dengan Jennifer begitu tadi?

Jun sebenarnya masih mengoceh di samping Jeonghan, tapi lamunan Jeonghan tadi membuatnya seolah tuli. Bahkan dirinya tidak menyadari kalau kerumunan orang di sekitarnya sudah mereda, dan satu langkah kaki mendekat padanya.

"Han, lo gapapa?"

Jeonghan menoleh. Oh, ternyata itu Sejeong. Gadis itu selamat dari kerumunan maut tadi. Hanya anggukan yang Jeonghan berikan sebagai jawaban dan tubuhnya mulai berdiri tegak sambil menoleh ke kanan dan kiri melihat situasi.

SEVENTEEN : Hide 'n SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang